Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 23 November 2015 : PARA JANDA ADALAH GAMBARAN GEREJA YANG BERUSAHA TETAP SETIA

Bacaan Ekaristi : Dan 1:1-6,8-20; Luk 21:1-4.

"Satu-satunya harta" Gereja adalah Kristus, karena ia beresiko menjadi "suam-suam kuku, biasa-biasa saja dan pada umumnya" jika ia menempatkan keamanannya "dalam kenyataan-kenyataan lain". Maka, dengan sebuah panggilan untuk mengulangi "Datanglah Tuhan Yesus", Paus Fransiskus merayakan Misa harian Senin pagi 23 November 2015 di Casa Santa Marta, Vatikan.

Paus Fransiskus memulai homilinya dengan mengacu pada "kedua Bacaan Liturgi hari itu", satu dari Kitab Nabi Daniel (1:1-6, 8-20) dan lainnya dari Injil menurut Lukas (21:1-4), yang "berbicara kepada kita tentang orang-orang miskin, khususnya dalam tradisi Israel : orang asing dan janda". Dan, beliau melanjutkan, "orang miskin yang ketiga adalah anak yatim".

Menjelaskan Bacaan Pertama, Paus Fransiskus mengatakan bahwa "orang-orang muda yang dibawa ke Babel ini adalah orang-orang asing : mereka jauh dari tanah air mereka dan memutuskan untuk tetap setia kepada tradisi-tradisi mereka, kepada hukum Tuhan". Namun, "sosok yang menarik perhatian yang besar dalam Injil ini adalah janda". Dalam Kitab Suci, Paus Fransiskus menegaskan, "para janda muncul berkali-kali, sangat berkali-kali, baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru". Seorang janda, Paus Fransiskus melanjutkan, "adalah wanita tunggal yang tidak memiliki suami untuk melindunginya; seorang wanita yang harus berbuat apa yang ia bisa perbuat, yang hidup dalam amal kasih publik".

Secara khusus, beliau berkata, "janda dari perikop Injil ini, yang diperlihatkan Yesus kepada kita, adalah seorang janda yang satu-satunya harapannya berada dalam Tuhan". Dan "Ketika Yesus melihat orang-orang yang memasukkan persembahan di Bait Allah, Ia melihat wanita ini yang memasukkan hanya dua peser dan Ia berkata : 'Sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya'".

"Saya suka melihat para janda dalam Injil", Paus Fransiskus mengatakan, "gambaran 'kejandaan' Gereja yang menanti kedatangan Yesus". Memang, "Gereja adalah mempelai Yesus, tetapi Tuhannya telah pergi, dan harta satu-satunya adalah Tuhannya". Dan "Gereja, ketika ia setia, meninggalkan segalanya menanti Tuhannya. Namun, ketika Gereja tidak setia, atau ketika ia sangat tidak setia atau tidak memiliki banyak kepercayaan dalam kasih Tuhannya, juga berusaha mencukupkan dengan hal-hal lain, dengan keamanan-keamanan lainnya, lebih dari dunia ketimbang dari Allah".

"Para janda dalam Injil", lanjut Paus Fransiskus, "mengatakan kepada kita sebuah pesan yang indah dari Yesus tentang Gereja". Demikian pula ada wanita "yang meninggalkan Nain dengan peti mati anak laki-lakinya : menangis sendirian". Ya, "orang-orang yang sangat baik menemaninya, tapi hatinya sendirian!". "Janda Gerejalah yang menangis ketika anak-anaknya mati menuju kehidupan Yesus".

Kemudian ada wanita lain "yang, untuk melindungi anak-anaknya, pergi kepada hakim yang jahat : ia membuat hidupnya tidak mungkin, mengetuk pintunya setiap hari, mengatakan "lakukanlah keadilan untukku". Dan "pada akhirnya", hakim itu "melakukan keadilan". Dan "Gereja jandalah yang berdoa, mengantarai bagi anak-anaknya".

Tetapi "hati Gereja selalu bersama Mempelainya, bersama Yesus. Ia berada di atas. Jiwa kita juga, menurut para bapa padang gurun, sangat seperti Gereja", kata Paus Fransiskus. Dan "ketika jiwa kita, hidup kita, lebih dekat kepada Yesus ia terpisahkan dari begitu banyak hal duniawi, hal-hal yang tidak berguna, yang tidak membantu dan yang memisahkan kita dari Yesus". Dengan demikian, "Gereja kitalah yang mencari Mempelainya, yang menanti Mempelainya, yang menanti pertemuan itu, yang menangis untuk anak-anaknya, berjuang untuk anak-anaknya, memberikan segala yang ia miliki karena minatnya adalah Mempelainya sendiri".

"Pada hari-hari terakhir tahun liturgi ini", Paus Fransiskus mengatakan, "akan ada baiknya kita bertanya pada diri kita sendiri apakah jiwa kita adalah seperti Gereja yang menginginkan Yesus ini, jika jiwa kita berpaling kepada Mempelainya dan mengatakan : 'Mari datanglah Tuhan Yesus! Datanglah'". Dan jika "kita mengesampingkan semua hal yang tidak berguna, tidakkah membantu untuk kesetiaan, seperti kaum muda dalam Bacaan Pertama mengesampingkan makanan yang tidak membantu kesetiaan mereka itu".

"'Kejandaan' Gereja", Paus Fransiskus menjelaskan, "mengacu pada fakta bahwa Gereja sedang menanti Yesus, ini adalah salah satu kenyataan : ia bisa menjadi sebuah Gereja yang setia dalam pengharapan ini, menanti dengan kepercayaan kepulangan suaminya, atau sebuah Gereja tidak setia kepada 'kejandaan' ini, mencari lagi keamanan dalam kenyataan-kenyataan lain ... Gereja yang suam-suam kuku, Gereja yang biasa-biasa saja, Gereja yang duniawi". Dan, Paus Fransiskus menawarkan sebagai penutup, "marilah kita juga memikirkan jiwa-jiwa kita: apakah jiwa-jiwa kita mencari keamanan di dalam Tuhan saja atau apakah mereka mencari keamanan-keamanan lainnya yang tidak menyenangkan Tuhan?". Dengan demikian, "pada hari-hari terakhir ini, akan ada baiknya kita mengulangi ayat terakhir dari Kitab Suci : "Datanglah Tuhan Yesus!".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.