Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA PEMBUKAAN TAHUN YUBILEUM KERAHIMAN 8 Desember 2015

Bacaan Ekaristi : Kej 3:9-15.20; Ef 1:3-6.11-12; Luk 1:26-38

Pada hari Selasa, 8 Desember 2015, yang bertepatan dengan Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda, Paus Fransiskus secara resmi membuka Tahun Yubileum Kerahiman dengan perayaan Misa Kudus di Lapangan Santo Petrus, Vatikan. "Tahun Suci Luar Biasa ini dengan sendirinya merupakan sebuah karunia rahmat", kata Paus Fransiskus dalam homilinya. Melewati Pintu Suci berarti menemukan kembali kerahiman Bapa yang tak terbatas yang menyambut semua orang dan berjalan keluar secara pribadi untuk menjumpai mereka masing-masing". Berikut adalah homili Paus Fransiskus dalam Misa tersebut.
********

Saudara dan saudari terkasih,

Dalam beberapa saat saya akan memiliki sukacita membuka Pintu Suci Kerahiman. Kita melaksanakan tindakan ini, begitu sederhana namun begitu sangat simbolis, dalam terang sabda Allah yang baru saja kita dengar. Sabda itu menyoroti keutamaan rahmat. Berulang kali bacaan-bacaan ini membuat kita berpikir tentang kata-kata yang dikatakan Malaikat Gabriel kepada seorang gadis muda yang keheranan akan misteri yang hendak merengkuhnya : "Salam, hai engkau yang dikaruniai" (Luk 1:28).

Perawan Maria dipanggil untuk bersukacita terutama oleh karena apa yang Tuhan kerjakan di dalam dirinya. Rahmat Allah merengkuhnya dan membuatnya layak menjadi Bunda Kristus. Ketika Malaikat Gabriel memasuki rumahnya, bahkan misteri-misteri yang terdalam dan tak terpahami menjadi baginya sebuah alasan untuk bersukacita, iman dan kelepasan bagi pesan yang terungkap padanya. Kepenuhan rahmat dapat mengubah hati manusia dan memungkinkannya untuk melakukan sesuatu yang sedemikian besar untuk mengubah jalannya sejarah manusia.

Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda mengungkapkan kemegahan kasih Allah. Ia tidak hanya mengampuni dosa, tetapi dalam diri Maria Ia bahkan menghindarkan dosa asal hadir dalam setiap pria dan wanita yang datang ke dunia ini. Ini adalah kasih Allah yang mendahului, mengantisipasi dan menyelamatkan. Awal sejarah dosa di Taman Firdaus menghasilkan suatu rencana kasih yang menyelamatkan. Kata-kata dari Kitab Kejadian mencerminkan pengalaman sehari-hari kita sendiri : kita terus-menerus tergoda terhadap ketidaktaatan, sebuah ketidaktaatan yang diungkapkan dalam keinginan menjalani kehidupan kita tanpa mengindahkan kehendak Allah. Ini adalah permusuhan yang terus menyerang kehidupan umat, menempatkan mereka dalam pertentangan dengan rencana Allah. Namun sejarah dosa hanya dapat dipahami dalam terang kasih dan pengampunan Allah. Di mana dosa merupakan satu-satunya hal yang berarti, kita akan menjadi makhluk-makhluk yang paling putus asa. Tetapi kejayaan yang dijanjikan kasih Kristus merengkuh segalanya dalam kerahiman Bapa. Sabda Allah yang baru saja kita dengar tidak meninggalkan keraguan tentang hal ini. Sang Perawan yang Tak Bernoda berdiri di hadapan kita sebagai saksi istimewa akan janji ini dan pemenuhannya.

Tahun Suci Luar Biasa ini dengan sendirinya merupakan sebuah karunia rahmat. Melewati Pintu Suci berarti menemukan kembali kerahiman Bapa yang tak terbatas yang menyambut semua orang dan berjalan keluar secara pribadi untuk menjumpai mereka masing-masing. Ini akan menjadi sebuah tahun yang di dalamnya kita tumbuh semakin yakin akan kerahiman Allah. Berapa banyak kesalahan yang kita lakukan terhadap Allah dan rahmat-Nya ketika kita berbicara tentang dosa-dosa yang dihukum oleh penghakiman-Nya sebelum kita berbicara tentang diampuninya mereka oleh kerahiman-Nya (bdk. Santo Agustinus, De Praedestinatione Sanctorum, 12, 24)! Tetapi itu adalah kebenaran. Kita harus menempatkan kerahiman di hadapan penghakiman, dan dalam setiap peristiwa apapun penghakiman Allah akan selalu berada dalam terang kerahiman-Nya. Dalam melalui Pintu Suci, maka, semoga kita merasa bahwa kita sendiri adalah bagian dari misteri kasih ini. Marilah kita mengesampingkan semua ketakutan dan kengerian, karena hal ini tidak menyerasikan pria dan wanita yang dikasihi. Sebaliknya, marilah kita mengalami sukacita berjumpa rahmat itu yang mengubah segalanya.

Hari ini, ketika kita melewati Pintu Suci, kita juga ingin mengingat pintu lain, yang lima puluh yang tahun lalu dibuka para Bapa Konsili Vatikan II bagi dunia. Ulang tahun ini tidak dapat diingat hanya karena warisan dokumen-dokumen Konsili Vatikan II, yang memberi kesaksian bagi sebuah kemajuan besar dalam iman. Sebelum semua yang lain, Konsili adalah sebuah perjumpaan. Sebuah perjumpaan asli antara Gereja dengan laki-laki dan perempuan masa kita. Sebuah perjumpaan yang ditandai oleh kuasa Roh, yang mendorong Gereja muncul dari tempat yang dangkal yang selama bertahun-tahun telah membuat dirinya sendiri tertutup sehingga berangkat sekali lagi, dengan antusias, pada perjalanan misionernya. Itu dimulainya kembali sebuah perjalanan berjumpa orang-orang di mana mereka tinggal: di kota-kota dan rumah-rumah mereka, di tempat-tempat kerja mereka. Dimana pun ada orang-orang, Gereja dipanggil untuk menjangkau mereka dan membawa sukacita Injil. Setelah beberapa dekade ini, kita kembali mengambil kendali misioner ini dengan kekuatan dan antusiasme yang sama. Yubileum menantang kita untuk keterbukaan ini, dan menuntut agar kita tidak mengabaikan semangat yang muncul dari Konsili Vatikan II, semangat orang Samaria, sebagaimana diungkapkan oleh Beato Paulus VI pada penutupan Konsili. Semoga lewatnya kita melalui Pintu Suci hari ini memberi kita komitmen untuk menjadikan pintu kita sendiri kerahiman orang Samaria yang baik.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.