Bacaan Ekaristi : Yes 41:13-20; Mzm 145:1,9,10-11,12-13ab; Mat 11:11-15
Seorang ayah atau seorang ibu mengatakan kepada anak mereka : "Jangan takut, saya di sini" dan memanjakan anak dengan belaian. Ini adalah keadaan istimewa manusia : kecil, lemah, tetapi diyakinkan, didukung dan diampuni oleh Allah yang jatuh cinta dengannya. Pada awal Yubileum, dalam homilinya Paus Fransiskus mengambil kesempatan untuk kembali ke tema belas kasih Bapa seraya merenungkan bacaan-bacaan liturgi selama Misa harian Kamis pagi 10 Desember 2015 di Casa Santa Marta, Vatikan. Para penasehat kardinal juga ikut menghadiri Misa.
Permenungan diilhami oleh refren Mazmur Tanggapan : "Tuhan berbelas kasih dan agung dalam kasih". Paus Fransiskus menyebutnya sebuah "pengakuan iman" yang di dalamnya orang Kristen mengakui bahwa Allah "berbelas kasih, dan Ia agung, tetapi agung dalam kasih". Pernyataan ini sederhana hanya dalam penampilan, karena "pemahaman belas kasih Allah adalah sebuah misteri, ia adalah sebuah perjalanan yang harus dilakukan sepanjang hidup".
Untuk membantu lebih masuk ke dalam misteri ini, Paus Fransiskus mengacu pada Bacaan Pertama (Yes 41:13-20), yang merupakan sebuah monolog Allah yang dialamatkan kepada umat-Nya. Monolog ini menceritakan tentang bagaimana Ia "mengatakan kepada umat-Nya bahwa Ia telah memilih mereka bukan karena mereka besar atau kuat", tetapi "karena mereka adalah yang terkecil, yang termiskin". Paus Fransiskus menjelaskan bahwa Allah benar-benar "jatuh cinta dengan kemiskinan ini", dengan "kekecilan" ini.
Ini adalah sebuah teks yang mana kasih ini dengan jelas muncul : "sebuah kasih yang lembut, sebuah kasih seperti kasih seorang ayah atau seorang ibu" yang berbicara kepada anak mereka "yang terbangun pada malam hari oleh karena takut akan mimpi". Allah berbicara dengan keprihatinan yang sama kepada umat-Nya dan mengatakan: "Aku akan memegang tangan kananmu, yakinlah, jangan takut". Menggunakan gambaran untuk menjelaskan kondisi kekecilan tersebut, beliau melanjutkan: "Janganlah takut, hai si cacing Yakub, hai si ulat Israel! Akulah yang menolong engkau, demikianlah firman TUHAN, dan yang menebus engkau ialah Yang Mahakudus, Allah Israel".
Jangan takut. Berkaitan dengan kata-kata ini, Paus Fransiskus kembali ke contoh kehidupan keluarga : "Kita semua tahu belaian seorang ibu dan seorang ayah, ketika anak-anak gelisah dengan rasa takut". Mereka juga mengatakan : "Jangan takut, aku di sini". Tuhan mengingatkan kita masing-masing, dengan lembut: "Aku jatuh cinta dengan kekecilanmu, dengan ketiadaanmu", dan Ia mengatakan: "Jangan takut akan dosa-dosamu, Aku sangat mengasihimu, Aku di sini untuk mengampunimu". Ini, pada dasarnya, Paus Fransiskus menjelaskan, "adalah belas kasih Allah".
Melanjutkan permenungannya, Paus Fransiskus memberi contoh sebuah hagiografi ("Saya pikir itu adalah Santo Hironimus, tetapi saya tidak yakin", beliau mengakui), mengingatkan bagaimana sang santo itu dikatakan telah sangat menyesal dalam hidupnya, mempersembahkan korban dan doa, dan bahwa Allah selalu bertanya lebih dari dirinya. Sang santo kemudian bertanya : "Tuhan apa yang bisa saya berikan?", sampai akhirnya ia berkata, "Tetapi Tuhan, aku tidak memiliki apa-apa lagi untuk diberikan, aku telah memberikan kepada-Mu segalanya". Dan jawaban yang ia terima adalah : "Tidak, satu hal yang terlewat" - "Apa yang terlewat, Tuhan?" - "Berikanlah Aku dosa-dosamu". Dengan cerita ini, Paus Fransiskus berusaha untuk menekankan bahwa "Tuhan ingin mengambil kelemahan-kelemahan kita, dosa-dosa kita dan kelelahan-kelelahan kita, atas diri-Nya". Ini adalah sebuah pendekatan yang kita juga temukan dalam Injil, dalam diri Yesus, yang mengatakan : "Datanglah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan Aku akan memberi kelegaan". Paus Fransiskus mengatakan bahwa Allah mengulanginya lagi dan lagi : "Akulah TUHAN, Allahmu, yang akan memegang tangan kananmu, janganlah takut sedikitpun, janganlah takut. Aku akan memberi kamu kekuatan. Berilah Aku segalanya dan Aku akan mengampunimu, Aku akan memberi kamu ketenangan". Ini, beliau menambahkan, adalah "belaian Allah", belaian "Bapa kita, ketika Ia mengungkapkan diri-Nya dengan belas kasih-Nya".
Kita manusia, lanjut Paus Fransiskus, "kita sangat gugup" dan "ketika sesuatu tidak berjalan dengan baik, kita menjerit dan kita tidak sabar". Sementara Allah malahan menghibur kita : "Jangan khawatir, kamu telah membuat sebuah kesalahan besar, ya, tetapi jangan khawatir; jangan takut, Aku mengampunimu". Dengan cara ini Ia menyambut kita sepenuhnya, bahkan dengan kesalahan-kesalahan kita dan dosa-dosa kita. Inilah tepatnya apa yang dikatakan oleh refren Mazmur Tanggapan : "Tuhan berbelas kasih dan agung dalam kasih". Dengan demikian, Paus Fransiskus mengatakan dengan kesimpulan, "kita adalah kecil. Ia telah memberi kita segalanya. Ia meminta kita hanya kesengsaraan-kesengsaraan kita, kekecilan kita dan dosa-dosa kita, merangkul dan membelai kita".
Mengingatkan doa yang didaraskan pada awal Misa ("Tuhan, bangkitkanlah iman umat-Mu"), Paus Fransiskus mengakhiri dengan mengundang seluruh umat memohon kepada Tuhan "untuk membangkitkan di dalam diri kita semua, dan dalam seluruh umat, iman dalam kebapaan-Nya, dalam belas kasih ini, dalam hati-Nya", dan memohon agar "iman dalam kebapaan dan belas kasih-Nya ini" membuat kita "sedikit lebih menaruh belas kasih terhadap orang lain".
Seorang ayah atau seorang ibu mengatakan kepada anak mereka : "Jangan takut, saya di sini" dan memanjakan anak dengan belaian. Ini adalah keadaan istimewa manusia : kecil, lemah, tetapi diyakinkan, didukung dan diampuni oleh Allah yang jatuh cinta dengannya. Pada awal Yubileum, dalam homilinya Paus Fransiskus mengambil kesempatan untuk kembali ke tema belas kasih Bapa seraya merenungkan bacaan-bacaan liturgi selama Misa harian Kamis pagi 10 Desember 2015 di Casa Santa Marta, Vatikan. Para penasehat kardinal juga ikut menghadiri Misa.
Permenungan diilhami oleh refren Mazmur Tanggapan : "Tuhan berbelas kasih dan agung dalam kasih". Paus Fransiskus menyebutnya sebuah "pengakuan iman" yang di dalamnya orang Kristen mengakui bahwa Allah "berbelas kasih, dan Ia agung, tetapi agung dalam kasih". Pernyataan ini sederhana hanya dalam penampilan, karena "pemahaman belas kasih Allah adalah sebuah misteri, ia adalah sebuah perjalanan yang harus dilakukan sepanjang hidup".
Untuk membantu lebih masuk ke dalam misteri ini, Paus Fransiskus mengacu pada Bacaan Pertama (Yes 41:13-20), yang merupakan sebuah monolog Allah yang dialamatkan kepada umat-Nya. Monolog ini menceritakan tentang bagaimana Ia "mengatakan kepada umat-Nya bahwa Ia telah memilih mereka bukan karena mereka besar atau kuat", tetapi "karena mereka adalah yang terkecil, yang termiskin". Paus Fransiskus menjelaskan bahwa Allah benar-benar "jatuh cinta dengan kemiskinan ini", dengan "kekecilan" ini.
Ini adalah sebuah teks yang mana kasih ini dengan jelas muncul : "sebuah kasih yang lembut, sebuah kasih seperti kasih seorang ayah atau seorang ibu" yang berbicara kepada anak mereka "yang terbangun pada malam hari oleh karena takut akan mimpi". Allah berbicara dengan keprihatinan yang sama kepada umat-Nya dan mengatakan: "Aku akan memegang tangan kananmu, yakinlah, jangan takut". Menggunakan gambaran untuk menjelaskan kondisi kekecilan tersebut, beliau melanjutkan: "Janganlah takut, hai si cacing Yakub, hai si ulat Israel! Akulah yang menolong engkau, demikianlah firman TUHAN, dan yang menebus engkau ialah Yang Mahakudus, Allah Israel".
Jangan takut. Berkaitan dengan kata-kata ini, Paus Fransiskus kembali ke contoh kehidupan keluarga : "Kita semua tahu belaian seorang ibu dan seorang ayah, ketika anak-anak gelisah dengan rasa takut". Mereka juga mengatakan : "Jangan takut, aku di sini". Tuhan mengingatkan kita masing-masing, dengan lembut: "Aku jatuh cinta dengan kekecilanmu, dengan ketiadaanmu", dan Ia mengatakan: "Jangan takut akan dosa-dosamu, Aku sangat mengasihimu, Aku di sini untuk mengampunimu". Ini, pada dasarnya, Paus Fransiskus menjelaskan, "adalah belas kasih Allah".
Melanjutkan permenungannya, Paus Fransiskus memberi contoh sebuah hagiografi ("Saya pikir itu adalah Santo Hironimus, tetapi saya tidak yakin", beliau mengakui), mengingatkan bagaimana sang santo itu dikatakan telah sangat menyesal dalam hidupnya, mempersembahkan korban dan doa, dan bahwa Allah selalu bertanya lebih dari dirinya. Sang santo kemudian bertanya : "Tuhan apa yang bisa saya berikan?", sampai akhirnya ia berkata, "Tetapi Tuhan, aku tidak memiliki apa-apa lagi untuk diberikan, aku telah memberikan kepada-Mu segalanya". Dan jawaban yang ia terima adalah : "Tidak, satu hal yang terlewat" - "Apa yang terlewat, Tuhan?" - "Berikanlah Aku dosa-dosamu". Dengan cerita ini, Paus Fransiskus berusaha untuk menekankan bahwa "Tuhan ingin mengambil kelemahan-kelemahan kita, dosa-dosa kita dan kelelahan-kelelahan kita, atas diri-Nya". Ini adalah sebuah pendekatan yang kita juga temukan dalam Injil, dalam diri Yesus, yang mengatakan : "Datanglah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan Aku akan memberi kelegaan". Paus Fransiskus mengatakan bahwa Allah mengulanginya lagi dan lagi : "Akulah TUHAN, Allahmu, yang akan memegang tangan kananmu, janganlah takut sedikitpun, janganlah takut. Aku akan memberi kamu kekuatan. Berilah Aku segalanya dan Aku akan mengampunimu, Aku akan memberi kamu ketenangan". Ini, beliau menambahkan, adalah "belaian Allah", belaian "Bapa kita, ketika Ia mengungkapkan diri-Nya dengan belas kasih-Nya".
Kita manusia, lanjut Paus Fransiskus, "kita sangat gugup" dan "ketika sesuatu tidak berjalan dengan baik, kita menjerit dan kita tidak sabar". Sementara Allah malahan menghibur kita : "Jangan khawatir, kamu telah membuat sebuah kesalahan besar, ya, tetapi jangan khawatir; jangan takut, Aku mengampunimu". Dengan cara ini Ia menyambut kita sepenuhnya, bahkan dengan kesalahan-kesalahan kita dan dosa-dosa kita. Inilah tepatnya apa yang dikatakan oleh refren Mazmur Tanggapan : "Tuhan berbelas kasih dan agung dalam kasih". Dengan demikian, Paus Fransiskus mengatakan dengan kesimpulan, "kita adalah kecil. Ia telah memberi kita segalanya. Ia meminta kita hanya kesengsaraan-kesengsaraan kita, kekecilan kita dan dosa-dosa kita, merangkul dan membelai kita".
Mengingatkan doa yang didaraskan pada awal Misa ("Tuhan, bangkitkanlah iman umat-Mu"), Paus Fransiskus mengakhiri dengan mengundang seluruh umat memohon kepada Tuhan "untuk membangkitkan di dalam diri kita semua, dan dalam seluruh umat, iman dalam kebapaan-Nya, dalam belas kasih ini, dalam hati-Nya", dan memohon agar "iman dalam kebapaan dan belas kasih-Nya ini" membuat kita "sedikit lebih menaruh belas kasih terhadap orang lain".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.