Bacaan Ekaristi : 2Sam 11:1-4a.5-10a.13-17; Mrk 4:26-34
Bagi seluruh Gereja : semoga ia tidak pernah jatuh dari dosa menjadi korupsi. Paus Fransiskus menyerukan doa ini selama Misa harian Jumat pagi, 29 Januari 2016, di kapel Casa Santa Marta, Vatikan.
Mengacu pada Bacaan Pertama, yang diambil dari Kitab Kedua Samuel (11:1-4,5-10,13-17), Paus Fransiskus memulai dengan menunjukkan : "Kita mendengar tentang dosa Daud, dosa berat Raja Daud yang suci. Karena Daud suci, tetapi orang berdosa juga, ia adalah orang berdosa". Bahkan, "ada sesuatu yang berubah dalam kisah orang ini". Begitulah terjadi bahwa "pada saat pertempuran, Daud mengutus Yoab dan hamba-hambanya bersamanya untuk berperang, sementara Daud tetap di istana". Biasanya, "ia akan berada di barisan depan tentara", tetapi kali ini ia melakukan sebaliknya. Kisah Alkitab, Paus Fransiskus menjelaskan, "menunjukkan kepada kita Daud yang agak nyaman, yang agak tenang, tetapi tidak dalam arti kata yang baik". Kemudian, "suatu larut sore, setelah tidur siang, saat ia berjalan di atas atap istana, ia melihat seorang wanita dan merasakan gairah, godaan hawa nafsu, dan ia jatuh ke dalam dosa". Wanita itu Batsyeba, istri Uria, orang Het. Dengan demikian, ia sebesar "sebuah dosa". Dan, Paus Fransiskus mengamati, "Allah benar-benar mengasihi Daud".
Setelah itu, "hal-hal menjadi rumit karena, setelah beberapa waktu, wanita itu mengatakan kepadanya bahwa ia hamil". Suaminya, Paus Fransiskus bercerita, "sedang berjuang untuk rakyat Israel, untuk kemuliaan Umat Allah". Sementara itu, "Daud mengkhianati kesetiaan tentara itu untuk negaranya, ia mengkhianati kesetiaan wanita itu untuk suaminya, dan ia mencapai dasar".
Kemudian, "ketika ia menerima kabar bahwa wanita itu sedang mengharapkan, apa yang ia lakukan?", Paus Fransiskus bertanya. "Apakah ia pergi berdoa, meminta maaf?". Tidak, ia tetap "tenang" dan berkata kepada dirinya sendiri: "Aku bisa melakukannya". Dengan demikian, ia memanggil suami wanita itu "dan membuatnya merasa penting". Perikop tersebut berbunyi bahwa Daud "bertanya bagaimana Yoab yang sedang berperang, dan bagaimana nasib rakyat, dan bagaimana peperangan berhasil baik". Dengan kata lain, itu adalah "sapuan kuas kesombongan, untuk membuatnya merasa sedikit penting". Kemudian, berterima kasih kepadanya, ia memberinya "sebuah hadiah yang bagus" dengan mengatakan kepadanya untuk pulang beristirahat. Ini adalah bagaimana Daud "mencoba menutupi perselingkuhan : anak itu akan menjadi anak suami Batsyeba".
Orang ini, bagaimanapun, "adalah orang yang berjiwa mulia, ia memiliki cinta yang besar dan tidak pulang ke rumah. Ia memikirkan teman-temannya, ia memikirkan tabut Allah di bawah tenda, karena mereka sedang membawa tabut itu, dan ia menghabiskan malam dengan teman-temannya, dengan hamba-hambanya, dan tidak segera pergi kepada istrinya". Dengan demikian, "ketika mereka menyarankan Daud" - karena semua orang tahu cerita tersebut, gosip sedang terjadi di sekitar - bayangkan saja".
Oleh karena itu, "Daud mengundangnya untuk makan dan minum dengan dia - dan di sini teks agak dipersingkat - 'Mengapa kamu tidak pergi ke rumahmu', tanya Daud. Dan orang yang mulia itu menjawab : "Rekan-rekanku berada di tenda-tenda, tabut Allah berada di tenda, memerangi musuh"; jadi, ia bertanya: "Bagaimana bisa aku membiarkan diriku pergi ke rumahku, makan dan minum, serta tidur dengan istriku? Tidak! Aku tidak bisa melakukan ini". Dan dengan demikian, "Daud membuatnya datang kembali, mengundangnya sekali lagi untuk makan dan minum, dan membuatnya mabuk". Tettapi sekali lagi, "Uria tidak kembali ke rumahnya, menghabiskan malam kedua dengan rekan-rekannya".
Oleh karena itu, Paus Fransiskus melanjutkan, "Daud menemukan dirinya dalam kesulitan, tetapi ia memikirkan dirinya sendiri : 'Tidak, aku bisa melakukannya'". Dan maka "ia menulis surat, seperti yang kita dengar : 'Tempatkanlah Uria di barisan depan dalam pertempuran yang paling hebat, kemudian kamu mengundurkan diri dari padanya, supaya ia terbunuh mati'". Singkatnya, itu adalah "sebuah hukuman mati : orang yang setia ini - setia kepada hukum, setia kepada rakyatnya, setia kepada rajanya - dihukum mati".
Paus Fransiskus mengakui : "dalam membaca perikop ini, saya bertanya pada diri saya sendiri : di manakah Daud itu, pemuda pemberani yang bertarung melawan orang Filistin dengan pengumban dan lima batu serta mengatakan kepadanya : 'Tuhan adalah kekuatanku'? Tidak, itu bukan senjata. Bahkan senjata Saul tidak melayaninya dengan baik".
Ini, Paus Fransiskus mengatakan, "Daud yang lain". Memang, "di manakah Daud itu yang, mengetahui bahwa Saul ingin membunuhnya dan, dua kali memiliki kesempatan untuk membunuh Raja Saul, mengatakan : 'Tidak, aku tidak bisa menyentuh orang yang diurapi Tuhan'?". Kenyataannya adalah, Paus Fransiskus menjelaskan, bahwa "orang ini telah berubah, orang ini telah melunak". Dan, beliau menambahkan, "ia mengingatkan sebuah perikop Nabi Yehezkiel, Bab 16, ayat 15, ketika Allah berbicara kepada umat-Nya sebagai seorang mempelai pria kepada mempelai perempuan-Nya, mengatakan : 'Setelah aku memberikan semua ini kepadamu, engkau melanda dengan kecantikanmu, mengambil keuntungan dengan keterkenalanmu, dan bersundal. Engkau merasa aman dan engkau melupakanku'".
Inilah "apa yang terjadi dengan Daud pada saat itu", kata Paus Fransiskus. "Daud yang agung, yang mulia merasa yakin akan dirinya sendiri, karena kerajaan itu kuat, dan dengan demikian ia berdosa : ia berdosa dalam nafsu, ia melakukan perzinahan, dan ia juga secara tidak adil membunuh seorang pria yang mulia, dalam rangka untuk menutupi dosanya".
"Ini adalah suatu saat dalam kehidupan Daud", Paus Fransiskus mencatat, "yang kita bisa perlakukan untuk diri kita sendiri : melalui dosa menuju korupsi". Di sini "Daud memulai, ia mengambil langkah pertama menuju korupsi : ia memperoleh kekuasaan, kekuatan". Karena alasan ini "korupsi adalah dosa yang lebih mudah bagi kita semua yang memiliki kekuasaan tertentu, baik itu gerejawi, keagamaan, ekonomi atau kekuasaan politik". Dan, Paus Fransiskus mengatakan, "Iblis membuat kita merasa aman : 'Aku bisa melakukannya'". Tetapi "Tuhan benar-benar mencintai Daud, begitu mencintai" sehingga Tuhan "mengutus nabi Natan untuk merenungkan jiwanya", dan Daud "bertobat, ia berteriak - 'Aku telah berdosa' - dan ia menyadarinya".
"Saya ingin menggarisbawahi hanya hari ini", Paus Fransiskus menyatakan: "ada saat di mana kecenderungan untuk berbuat dosa atau saat di mana situasi kita benar-benar aman dan kita memandang positif serta kita memiliki banyak kekuatan, banyak uang, saya tidak tahu, banyak hal". Hal ini dapat terjadi bahkan "pada kami para imam : bahwa dosa berhenti sebagai dosa dan menjadi korupsi. Tuhan selalu mengampuni. Tetapi salah satu hal terburuk berkenaan dengan korupsi yaitu orang yang korup tidak perlu memohon pengampunan, ia tidak merasa perlu".
Paus Fransiskus kemudian memanjatkan doa "bagi Gereja, dimulai dengan kita, bagi Paus, bagi para uskup, bagi para imam, bagi para pelaku hidup bakti, bagi umat awam : 'Tuhan, selamatkanlah kami, selamatkanlah kami dari korupsi. Orang-orang berdosa ya, Tuhan, kami semua, tetapi jangan pernah korup! Marilah kita memohon kepada Tuhan kasih karunia ini'", Paus Fransiskus mengakhiri.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.