Bacaan Ekaristi : Ibr 2:14-18; Luk 2:22-40
Hari ini, di depan mata kita ada fakta sederhana, rendah hati dan agung : Maria dan Yosef membawa Yesus ke Bait Allah di Yerusalem. Ia adalah seorang anak seperti kebanyakan anak lain, sama seperti anak lain, tetapi Ia unik : ia adalah Putra Tuhan yang tunggal yang telah datang untuk semua umat manusia. Anak ini telah membawa kerahiman dan kelembutan Allah : Yesus adalah wajah Kerahiman Bapa. Ini adalah ikon yang ditawarkan Injil kepada kita pada akhir Tahun Hidup Bakti, satu tahun yang telah dijalani dengan banyak antusiasme. Seperti sebuah sungai, ia sekarang mengalir ke lautan kerahiman, ke dalam misteri kasih yang sangat besar yang sedang kita alami melalui Yubileum Luar Biasa.
Pesta hari ini, terutama di Timur, disebut Pesta Perjumpaan. Sebagaimana sebenarnya, dalam Injil kita dapat membaca beberapa perjumpaan (bdk. Luk 2:22-40). Di Bait Suci Yesus datang ke arah kita dan kita pergi untuk bertemu dengan-Nya. Kita merenungkan perjumpaan dengan Simeon yang lanjut usia yang mewakili Israel yang dengan penuh kepercayaan menanti-nantikan kedatangan Tuhan dan sukaria hati untuk pemenuhan janji. Kita juga dapat mengagumi perjumpaan dengan nabiah, Hana, yang setelah melihat Sang Anak bersukaria dengan sukacita dan memuji Allah. Simeon dan Hana adalah sang penantian dan penubuat, Yesus adalah kabar baik dan sang pemenuh : Ia menyajikan diri-Nya kepada kita sebagai kejutan abadi Allah; dalam Anak yang lahir untuk semua orang ini, masa lalu, dijadikan kenangan dan janji, serta masa depan, yang penuh pengharapan, bertemu.
Dalam hal ini kita dapat melihat awal hidup bakti. Para pelaku hidup bakti dipanggil pertama-tama dan terutama untuk menjadi laki-laki dan perempuan perjumpaan. Panggilan, pada kenyataannya, tidak termotivasi oleh sebuah proyek yang telah direncanakan "di meja gambar", tetapi oleh kasih karunia Tuhan yang datang kepada kita melalui perjumpaan yang mengubah kehidupan. Mereka yang benar-benar bertemu Yesus tidak dapat tetap sama seperti sebelumnya. Ia adalah kebaruan yang menjadikan semua hal baru. Ia yang menghayati perjumpaan ini menjadi saksi dan menjadikan pertemuan mungkin bagi orang lain; ia juga menjadi penggagas budaya perjumpaan, menghindari sikap mengacu diri yang menyebabkan seseorang tetap tertutup dalam dirinya sendiri.
Perikop dari Surat Ibrani yang baru saja kita dengar, mengingatkan kita bahwa Yesus sendiri, dalam pertemuan-Nya dengan kita, tidak ragu-ragu berbagi keadaan manusiawi kita : "Karena anak-anak memiliki darah dan daging, Kristus juga berbagi dalam kemanusiaan mereka" (ayat 14). Yesus tidak menyelamatkan kita "dari luar", Ia tidak tinggal di luar drama kita, Ia ingin ikut serta dalam kehidupan kita. Para pelaku hidup bakti dipanggil untuk menjadi tanda nyata dan kenabian kedekatan Allah, berbagi ini dalam keadaan kerapuhan, dosa dan luka-luka manusia di zaman kita. Semua bentuk hidup bakti, masing-masing sesuai dengan karakteristiknya, dipanggil untuk berada dalam keadaan perutusan yang tetap, berbagi "Sukacita dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman ini, terutama mereka yang miskin atau dengan cara apapun menderita" (Gaudium et Spes, 1).
Injil juga memberitahu kita bahwa "ayah dan ibu Yesus kagum pada apa yang dikatakan tentang Dia" (ayat 33). Yosef dan Maria menjaga keheranan atas perjumpaan yang penuh terang dan harapan bagi semua orang ini. Dan kita juga, sebagai orang-orang Kristen dan sebagai para pelaku hidup bakti, kita adalah para penjaga keheranan. Sebuah keheranan yang meminta terus-menerus diperbarui; celakalah terjadinya rutinitas dalam kehidupan rohani; celakalah terjadinya kristalisasi karisma-karisma kita dalam ajaran yang abstrak : karisma-karisma para pendiri - seperti yang telah saya katakan sebelumnya - tidak disegel dalam sebuah botol, mereka bukanlah serpihan-serpihan museum. Para pendiri kita digerakkan oleh Roh dan mereka tidak takut mendapati tangan mereka kotor dengan kehidupan sehari-hari, dengan masalah-masalah umat, mereka tidak takut dengan berani berjalan di pinggiran geografis dan keberadaan. Mereka tidak berhenti di hadapan rintangan dan kesalahpahaman orang lain, karena mereka mempertahankan keajaiban perjumpaan mereka dengan Kristus di dalam hati mereka. Mereka membuat menarik kasih karunia Injil; mereka memiliki kerinduan yang sehat bagi Tuhan dalam hati mereka, kerinduan untuk membawa-Nya kepada orang lain, seperti yang dilakukan Maria dan Yosef di Bait Allah. Kita juga, dipanggil hari ini, untuk membuat pilihan kenabian dan berani.
Akhirnya, kita belajar dari pesta hari ini untuk menjalani syukur atas perjumpaan dengan Yesus dan atas karunia panggilan untuk hidup bakti. Berterima kasih, mengucapkan terima kasih atas kasih karunia : Ekaristi. Betapa indahnya ketika kita bertemu wajah gembira para pelaku hidup bakti, yang mungkin sudah lanjut usia, seperti Simeon dan Hana, bahagia dan penuh rasa syukur atas panggilan mereka. Ini adalah sebuah kata yang bisa merangkum segala yang telah kita jalani di Tahun Hidup Bakti ini : rasa syujur atas karunia Roh Kudus, yang selalu mengilhami Gereja melalui berbagai kharismanya.
Injil berakhir dengan ungkapan ini : "Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya" (ayat 40). Semoga Tuhan Yesus, melalui perantaraan keibuan Maria, tumbuh di dalam diri kita, dan masing-masing meningkatkan di dalam diri kita masing-masing keinginan perjumpaan, penjaga keheranan dan sukacita rasa syukur. Maka orang lain akan tertarik oleh terang-Nya, dan akan mampu bertemu kerahiman Bapa.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.