Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA BERSAMA KOMUNITAS KAPUSIN SEDUNIA 9 Februari 2016 : APAKAH ENGKAU MELAKUKAN SEPERTI YESUS ATAU SEPERTI IBLIS?

Bacaan Ekaristi : 1Raj 8:22-23.27-30; Mrk 7:1-13

Dua sikap dirasakan dalam Liturgi Sabda hari ini. Sikap di hadapan kemegahan Allah, yang dinyatakan dalam kerendahan hati Raja Salomo, dan lainnya sikap kepicikan yang digambarkan oleh Yesus sendiri : sikap yang dimiliki para ahli Taurat, bagi mereka segalanya seksama, yang meninggalkan Hukum Taurat di satu sisi demi mengamat-amati tradisi-tradisi kecil mereka.

Tradisi kalian, tradisi para Kapusin, adalah sebuah tradisi pengampunan, memberikan pengampunan. Ada begitu banyak bapa pengakuan yang baik di antara kalian : itu karena mereka merasakan diri mereka berdosa, sebagaimana biarawan rekan kita Christopher. Mereka tahu mereka adalah orang-orang berdosa besar, dan di hadapan kemegahan Allah, mereka berdoa terus-menerus: "Dengarlah, Tuhan, dan ampunilah" (bdk. 1 Raj 8:30). Dan karena mereka tahu bagaimana berdoa dengan cara ini, mereka tahu bagaimana mengampuni. Sebaliknya, ketika seseorang melupakan kebutuhan bahwa ia harus mengampuni, ia perlahan-lahan melupakan Allah, ia lupa untuk memohon pengampunan dan tidak tahu bagaimana mengampuni. Orang yang rendah hati, ia yang merasakan dirinya orang berdosa, adalah seorang pengampun yang besar dalam bilik pengakuan dosa. Orang lainnya, seperti para ahli Taurat ini yang menganggap diri mereka "murni", "para guru", hanya tahu bagaimana mengutuk.

Saya berbicara kepada kalian sebagai seorang saudara, dan di dalam diri kalian saya ingin berbicara kepada semua bapa pengakuan, khususnya di Tahun Kerahiman ini : pengakuan dosa adalah mengampuni. Dan jika kalian tidak dapat memberikan absolusi - saya mengandaikan hipotesis ini - tolong, jangan "memukul". Orang yang datang, datang untuk mencari kenyamanan, pengampunan, kedamaian dalam jiwanya; semoga ia menemukan seorang Bapa yang memeluknya dan mengatakan : "Allah sangat mengasihi kamu"; dan membuat dia merasakannya! Dan saya tidak ingin mengatakannya, tetapi berapa banyak orang - saya pikir sebagian besar dari kita telah mendengarnya - mengatakan : Aku tidak pernah mengaku dosa, karena sekali waktu aku ditanyai pertanyaan-pertanyaan ini, mereka melakukan ini padaku ...". Tolong ...

Tetapi kalian para Kapusin memiliki karunia khusus dari Tuhan : mengampuni. Saya memohon kepada kalian : jangan pernah lelah mengampuni! Saya sedang memikirkan seseorang yang saya temui di keuskupan lain, seorang penentu kebijakan yang kemudian, setelah masa purna baktinya sebagai pamong dan provinsial berakhir, diutus pada usia 70 tahun ke suatu tempat suci untuk mendengarkan pengakuan dosa. Dan orang ini memiliki antrian orang-orang, semua orang, semua orang : para imam, umat, orang-orang kaya, orang-orang miskin, semua! Ia adalah seorang pengampun besar. Ia selalu menemukan cara untuk mengampuni, atau setidaknya meninggalkan jiwa dalam kedamaian dengan sebuah pelukan. Dan sekali waktu saya pergi untuk mengunjunginya dan ia berkata kepada saya : "Dengarlah, Anda adalah seorang Uskup dan Anda dapat memberitahuku : Aku pikir aku berdosa karena aku terlalu banyak mengampuni, dan aku mendapatkan keraguan ini ...". "Mengapa" - "Aku tidak tahu, tetapi aku selalu menemukan cara untuk mengampuni ... " - "Dan apa yang Anda lakukan, ketika Anda merasa seperti ini" - "Saya pergi ke kapel, di hadapan Tabernakel, dan saya berkata kepada Tuhan : Maaf, Tuhan, ampunilah aku. Saya pikir saya telah terlalu banyak mengampuni hari ini. Tetapi, Tuhan, Engkaulah yang memberi saya teladan yang buruk!" Lihatlah. Jadilah manusia pengampunan, rekonsiliasi, kedamaian.

Ada begitu banyak bahasa dalam kehidupan : bahasa kata, dan ada juga bahasa isyarat. Jika seseorang mendekati saya, di bilik pengakuan, itu karena ia merasakan sesuatu yang memberatkannya, yang ia ingin hapuskan dari dirinya. Mungkin ia tidak tahu bagaimana mengatakannya, tetapi ini adalah isyaratnya. Jika orang tersebut mendekati, itu karena ia ingin berubah, bukan melakukan sesuatu lagi, berubah, menjadi sejenis lain orang, dan ia mengatakannya dengan isyarat mendekati, ia mengatakannya dengan isyarat mendekati. Tidaklah perlu untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan : "Tetapi, kamu, kamu ...?". Jika seseorang datang, itu karena di dalam jiwanya ia tidak ingin melakukan sesuatu lagi. Tetapi begitu sering mereka tidak bisa, karena mereka dikondisikan oleh psikologi mereka, oleh kehidupan mereka, oleh situasi mereka ... "Ad impossibilia nemo tenetur".

Hati yang lapang ... Pengampunan ... Pengampunan adalah sebuah benih, ia adalah sebuah belaian Allah. Milikilah kepercayaan dalam pengampunan Allah. Janganlah jatuh ke dalam Pelagianisme! "Kalian harus melakukan hal ini, dan hal ini, dan hal ini, dan hal ini ..." Tetapi kalian memiliki karisma para bapa pengakuan ini : mengambilnya kembali, memperbaharuinya selalu. Dan jadilah para pengampun besar, karena orang yang tidak tahu bagaimana mengampuni berakhir sebagai para ahli Taurat dalam Injil ini : ia adalah seorang pengutuk besar, selalu siap menuduh ... Dan, siapakah penuduh besar dalam Alkitab? Iblis! Ataukah kalian melakukan jabatan Yesus, yang mengampuni memberikan hidup-Nya, berdoa, berjam-jam di sana, duduk, sebagaimana dua orang ini [Santo Leopold dan Santo Pio]; atau kalian melakukankan jabatan iblis yang mengutuk, menuduh ... saya tidak tahu, saya tidak dapat mengatakan apa-apa lagi kepada kalian. Di dalam diri kalian saya mengatakannya kepada semua orang, kepada semua imam yang mendengarkan pengakuan dosa. Dan jika mereka tidak merasakan seperti itu, mereka harus rendah hati dan mengatakan : "Tidak, tidak, aku merayakan Misa, membersihkan lantai, melakukan segala sesuatu, tetapi aku tidak mendengar pengakuan dosa karena aku tidak tahu bagaimana melakukannya dengan baik". Dan mohonkanlah rahmat kepada Tuhan, rahmat yang saya mohonkan untuk kalian masing-masing, untuk kalian semua, untuk semua bapa pengakuan, juga untuk diri saya sendiri.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.