Bacaan Ekaristi : 1Ptr 5:1-4; Mzm 23:1-3.4.5.6; Mat 16:13-19
Pesta liturgi Takhta Santo Petrus menjumpai kita berkumpul untuk merayakan Yubileum Kerahiman sebagai sebuah komunitas pelayanan Kuria Roma, pemerintahan dan lembaga-lembaga yang terkait dengan Takhta Suci. Kita telah melintasi Pintu Suci dan mencapai makam Rasul Petrus untuk membuat pengakuan iman kita, dan hari ini Sabda Allah menerangi gerak isyarat kita dengan cara yang khusus.
Pada saat ini, Tuhan Yesus mengulangi kepada kita masing-masing pertanyaan-Nya : "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" (Mat 16:15). Ini adalah sebuah pertanyaan yang jelas dan langsung, dalam menghadapinya tidaklah mungkin melarikan diri atau tetap tak berpihak, atau mengirimkan jawabannya atau mendelegasikannya kepada orang lain. Namun, tidak ada pemeriksaan di dalamnya, malahan, ia penuh akan kasih! - kasih satu-satunya Sang Guru kita, yang hari ini memanggil kita untuk memperbaharui iman kita kepada-Nya, mengakui-Nya sebagai Putra Allah dan Tuhan atas kehidupan kita. Dan yang pertama dipanggil untuk memperbaharui pengakuan imannya adalah Penerus Santo Petrus, yang memikul di dalam dirinya sendiri tanggung jawab untuk meneguhkan saudara-saudaranya (bdk. Luk 22:32).
Marilah kita memungkinkan rahmat untuk membentuk hati kita kembali percaya, dan membuka mulut kita untuk melaksanakan pengakuan iman kita dan memperoleh keselamatan (bdk. Rm 10:10). Oleh karena itu, mari kita menjadikan kata-kata Petrus milik kita sendiri : "Engkau adalah Mesias, Putra Allah yang hidup" (Mat 16:16). Semoga pikiran kita dan pandangan kita tertuju pada Yesus Kristus, awal dan akhir setiap tindakan Gereja. Ia adalah dasar dan tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain (1 Kor 3:11). Ia adalah "sang batu karang" yang padanya kita harus membangun. Santo Agustinus mengingatkan akan hal ini ketika ia menulis bahwa Gereja, meskipun gelisah dan terguncang oleh peristiwa-peristiwa sejarah, "tidak runtuh karena ia didirikan di atas batu karang, yang daripadanya nama Petrus berasal. Bukan batu karang yang mendapatkan namanya dari Petrus, tetapi Petruslah yang mendapatkannya dari batu karang, seperti nama Kristus tidak berasal dari orang Kristen, tetapi nama Kristen berasal dari Kristus. [...] Kristus adalah sang batu karang, yang di atas dasarnya Petrus juga dibangun" (In Joh 124,5: PL 35,1972).
Dari pengakuan iman ini tugas kita masing-masing berasal terkait dengan panggilan Allah. Diminta dari para gembala, pertama-tama, adalah memiliki Allah sendiri sebagai model, yang mengurus domba-domba-Nya. Nabi Yehezkiel menggambarkan cara Allah bertindak : Ia pergi mencari domba yang hilang, dan membawa yang tersesat kembali ke kandang domba, membalut yang terluka dan merawat orang sakit (34:16) - perilaku yang merupakan tanda kasih yang memahami tanpa batas. Hal ini merupakan pengabdian yang setia, berkesinambungan, tanpa syarat, sehingga kerahiman-Nya dapat menjamah semua orang yang paling lemah. Dan, namun, kita seharusnya tidak melupakan nubuat Yehezkiel dimulai dari pemeriksaan akan kegagalan-kegagalan dari para gembala Israel. Oleh karena itu, juga akan ada baiknya bagi kita - dipanggil untuk menjadi para gembala di dalam Gereja - membiarkan wajah Allah Sang Gembala yang Baik menerangi kita, menyucikan kita, mengubah kita dan memulihkan kita sepenuhnya diperbarui untuk perutusan kita, sehingga juga dalam lingkungan kerja kita, kita bisa merasakan, mengolah dan menerapkan rasa pastoral yang kuat, pertama-tama dengan orang-orang yang kita temui setiap hari. Semoga tak seorangpun merasa diabaikan atau dianiaya, tetapi semoga semua orang dapat mengalami, pertama-tama di sini, kepedulian berhasrat dari Sang Gembala yang Baik.
Kita dipanggil untuk menjadi para rekan kerja Allah dalam pengusahaan yang sedemikian dasariah dan unik ketika ia memberi kesaksian dengan keberadaan kita kekuatan rahmat yang mengubah dan kuasa Roh yang memperbaharui. Marilah kita membiarkan Tuhan membebaskan kita dari segala godaan yang mencampakkan kita dari apa yang penting dalam perutusan kita dan marilah kita menemukan kembali keindahan mengakui iman kita kepada Tuhan Yesus. Kesetiaan terhadap pelayanan bergabung secara baik dengan kerahiman yang ingin kita alami. Dalam Kitab Suci, selain itu, kesetiaan dan kerahiman adalah suku ganda yang tak terpisahkan. Di mana yang satu berada, yang lain juga ditemukan, dan tepatnya dalam ketimbalbalikkan dan kesalingmelengkapan mereka kehadiran Sang Gembala yang baik itu sendiri dapat terlihat. Kesetiaan yang diminta dari kita adalah bertindak seturut hati Kristus. Seperti yang kita dengar dari kata-kata Rasul Petrus, kita harus berkecenderungan kepada kawanan domba dengan "semangat yang berlimpah" dan menjadi "model" bagi semua orang. Dengan demikian, "apabila Gembala Agung datang", kita akan menerima "mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu" (1 Ptr 5:4).
Pesta liturgi Takhta Santo Petrus menjumpai kita berkumpul untuk merayakan Yubileum Kerahiman sebagai sebuah komunitas pelayanan Kuria Roma, pemerintahan dan lembaga-lembaga yang terkait dengan Takhta Suci. Kita telah melintasi Pintu Suci dan mencapai makam Rasul Petrus untuk membuat pengakuan iman kita, dan hari ini Sabda Allah menerangi gerak isyarat kita dengan cara yang khusus.
Pada saat ini, Tuhan Yesus mengulangi kepada kita masing-masing pertanyaan-Nya : "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" (Mat 16:15). Ini adalah sebuah pertanyaan yang jelas dan langsung, dalam menghadapinya tidaklah mungkin melarikan diri atau tetap tak berpihak, atau mengirimkan jawabannya atau mendelegasikannya kepada orang lain. Namun, tidak ada pemeriksaan di dalamnya, malahan, ia penuh akan kasih! - kasih satu-satunya Sang Guru kita, yang hari ini memanggil kita untuk memperbaharui iman kita kepada-Nya, mengakui-Nya sebagai Putra Allah dan Tuhan atas kehidupan kita. Dan yang pertama dipanggil untuk memperbaharui pengakuan imannya adalah Penerus Santo Petrus, yang memikul di dalam dirinya sendiri tanggung jawab untuk meneguhkan saudara-saudaranya (bdk. Luk 22:32).
Marilah kita memungkinkan rahmat untuk membentuk hati kita kembali percaya, dan membuka mulut kita untuk melaksanakan pengakuan iman kita dan memperoleh keselamatan (bdk. Rm 10:10). Oleh karena itu, mari kita menjadikan kata-kata Petrus milik kita sendiri : "Engkau adalah Mesias, Putra Allah yang hidup" (Mat 16:16). Semoga pikiran kita dan pandangan kita tertuju pada Yesus Kristus, awal dan akhir setiap tindakan Gereja. Ia adalah dasar dan tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain (1 Kor 3:11). Ia adalah "sang batu karang" yang padanya kita harus membangun. Santo Agustinus mengingatkan akan hal ini ketika ia menulis bahwa Gereja, meskipun gelisah dan terguncang oleh peristiwa-peristiwa sejarah, "tidak runtuh karena ia didirikan di atas batu karang, yang daripadanya nama Petrus berasal. Bukan batu karang yang mendapatkan namanya dari Petrus, tetapi Petruslah yang mendapatkannya dari batu karang, seperti nama Kristus tidak berasal dari orang Kristen, tetapi nama Kristen berasal dari Kristus. [...] Kristus adalah sang batu karang, yang di atas dasarnya Petrus juga dibangun" (In Joh 124,5: PL 35,1972).
Dari pengakuan iman ini tugas kita masing-masing berasal terkait dengan panggilan Allah. Diminta dari para gembala, pertama-tama, adalah memiliki Allah sendiri sebagai model, yang mengurus domba-domba-Nya. Nabi Yehezkiel menggambarkan cara Allah bertindak : Ia pergi mencari domba yang hilang, dan membawa yang tersesat kembali ke kandang domba, membalut yang terluka dan merawat orang sakit (34:16) - perilaku yang merupakan tanda kasih yang memahami tanpa batas. Hal ini merupakan pengabdian yang setia, berkesinambungan, tanpa syarat, sehingga kerahiman-Nya dapat menjamah semua orang yang paling lemah. Dan, namun, kita seharusnya tidak melupakan nubuat Yehezkiel dimulai dari pemeriksaan akan kegagalan-kegagalan dari para gembala Israel. Oleh karena itu, juga akan ada baiknya bagi kita - dipanggil untuk menjadi para gembala di dalam Gereja - membiarkan wajah Allah Sang Gembala yang Baik menerangi kita, menyucikan kita, mengubah kita dan memulihkan kita sepenuhnya diperbarui untuk perutusan kita, sehingga juga dalam lingkungan kerja kita, kita bisa merasakan, mengolah dan menerapkan rasa pastoral yang kuat, pertama-tama dengan orang-orang yang kita temui setiap hari. Semoga tak seorangpun merasa diabaikan atau dianiaya, tetapi semoga semua orang dapat mengalami, pertama-tama di sini, kepedulian berhasrat dari Sang Gembala yang Baik.
Kita dipanggil untuk menjadi para rekan kerja Allah dalam pengusahaan yang sedemikian dasariah dan unik ketika ia memberi kesaksian dengan keberadaan kita kekuatan rahmat yang mengubah dan kuasa Roh yang memperbaharui. Marilah kita membiarkan Tuhan membebaskan kita dari segala godaan yang mencampakkan kita dari apa yang penting dalam perutusan kita dan marilah kita menemukan kembali keindahan mengakui iman kita kepada Tuhan Yesus. Kesetiaan terhadap pelayanan bergabung secara baik dengan kerahiman yang ingin kita alami. Dalam Kitab Suci, selain itu, kesetiaan dan kerahiman adalah suku ganda yang tak terpisahkan. Di mana yang satu berada, yang lain juga ditemukan, dan tepatnya dalam ketimbalbalikkan dan kesalingmelengkapan mereka kehadiran Sang Gembala yang baik itu sendiri dapat terlihat. Kesetiaan yang diminta dari kita adalah bertindak seturut hati Kristus. Seperti yang kita dengar dari kata-kata Rasul Petrus, kita harus berkecenderungan kepada kawanan domba dengan "semangat yang berlimpah" dan menjadi "model" bagi semua orang. Dengan demikian, "apabila Gembala Agung datang", kita akan menerima "mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu" (1 Ptr 5:4).
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.