Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 21 April 2016 : PERJALANAN DAN PERINGATAN

Bacaan Ekaristi : Kis 13:13-25; Mzm 89:2-3,21-22,25,27; Yoh 13:16-20

Sepanjang jalan kehidupan kita tidak pernah berjalan sendirian, dan untuk mengingat bahwa Allah berada di samping kita, Ia membantu kita memahami bahwa keselamatan bukanlah merupakan sebuah peristiwa sesaat tetapi sebuah sejarah yang terbentang dari hari ke hari, di tengah-tengah keberhasilan dan kegagalan, sampai perjumpaan terakhir. Kesejajaran antara sejarah bangsa Israel dan sejarah pribadi orang Kristen memandu permenungan Paus Fransiskus dalam homilinya selama Misa harian Kamis pagi, 21 April 2016, di Casa Santa Marta, Vatikan.

Kita seharusnya menghargai sejarah ini, karena "mengingat membawa kita lebih dekat kepada Allah", kata Paus Fransiskus. Oleh karena itu, beliau mengingatkan, Bacaan Pertama liturgi hari itu (Kis 13:13-25) mengenai pemberitaan pertama oleh para Rasul Yesus yang "bersejarah". Dalam memberitakan Injil, "mereka tiba pada Yesus, tetapi dengan menceritakan kembali seluruh sejarah orang Israel", dimulai dengan "bapa Abraham", bergerak melalui "Musa, pembebasan dari Mesir, Tanah Terjanji", sampai, mengenai Raja Daud, mereka menyimpulkan : "Dari keturunan orang ini Allah, sesuai dengan janji-Nya, telah membawakan Israel seorang Juruselamat, Yesus". Dengan cara ini mereka memberikan sebuah kisah perjalanan yang bersejarah yang "telah dibuat Allah bersama umat-Nya".

Semua ini, Paus Fransiskus mengatakan, "membuat kita memikirkan pesan Kristus itu, penyelamatan Kristus, karunia ini yang telah diberikan Allah kepada kita, bukan merupakan sebuah peristiwa sesaat dan tidak lebih! Ia adalah sebuah perjalanan". Ia adalah perjalanan "yang ingin dibuat Allah bersama umat-Nya" dan yang tidak boleh dilupakan. Inilah sebabnya mengapa peringatan berulang kali disarankan seluruh Alkitab. Misalnya, dalam Kitab Ulangan, yang sebenarnya merupakan "kitab kenangan akan Israel", kita membaca : "Ingatlah, ingatlah! Ingatlah ini!". Oleh karena itu, pentingnya, Paus Fransiskus menjelaskan, "menoleh ke belakang untuk melihat bagaimana Allah menyelamatkan kita, dengan mengikuti - dengan hati dan pikiran - jalan tersebut bersama kenangan-kenangan ini dan dengan cara ini sampai pada Yesus".

Yesus sendiri telah menekankan peringatan dan "pada saat teragung kehidupan-Nya", Ia memberi kita tubuh dan darah-Nya "dan berkata : 'Lakukanlah ini sebagaian kenangan akan Daku'". Oleh karena itu, kita harus "ingat bagaimana Allah menyelamatkan kita".

Ini adalah sebuah undangan yang diterima Gereja setiap hari dalam Liturgi Ekaristi. Berkaitan hal ini Paus Fransiskus menunjukkan bahwa dalam doa pada awal Misa hari itu ada sebuah permohonan kepada "Allah yang telah menebus manusia dan mengangkatnya melampaui kemegahan dahulu kala". Paus Fransiskus kemudian menambahkan : "orang-orang harus ingat" bahwa Allah melakukan semua ini "pada perjalanan" bersama umat-Nya.

Dalam setiap Ekaristi kita merayakan "kenangan penyelamatan ini; peringatan Yesus yang hadir di altar untuk memberikan hidup-Nya kepada kita". Tetapi, Paus Fransiskus menambahkan, "kita juga, dalam kehidupan pribadi kita sendiri, harus melakukan hal yang sama : mengingat perjalanan kita", karena "kita masing-masing telah membuat jalan kita, yang disertai oleh Allah", dekat kepada Allah, dekat kepada Tuhan ", berkali-kali bahkan "menjauhkan diri kita dari Tuhan". Dalam kasus apapun, Paus Fransiskus menyarankan, "ada baiknya hati " setiap orang Kristen mengingat "jalannya sendiri" dan memahami bagaimana Allah "menuntunnya di sini", bagaimana Allah menuntun kita.

Dalam menapaki perjalanan yang dibuat, kita juga seharusnya menyadari saat-saat kita telah berkata kepada Tuhan : "Tidak! Enyahlah! Aku tidak mau ...!"- dan "Tuhan", Paus Fransiskus menekankan, "penuh hormat" bahkan akan hal ini - tetapi pentinglah mengingat "kehidupan kita sendiri dan perjalanan kita sendiri".

Sangatlah membantu untuk sering kali mengulangi praktek ini dan mengingat : "Pada saat itu Allah memberiku kasih karunia ini dan aku menanggapi dengan cara ini ...", mengatakan kepada diri kita : "Aku melakukan ini, ini, dan itu", dan menyadari bahwa Allah selalu telah menyertai kita. Dengan cara ini, Paus Fransiskus mengatakan, "kita sampai pada perjumpaan baru", perjumpaan yang bisa disebut "perjumpaan syukur", yang di dalamnya kita bisa berdoa dengan cara ini : "Terima kasih Tuhan atas persekutuan yang telah Engkau berikan padaku, atas perjalanan ini yang telah Engkau buat bersamaku!". Kita juga bisa meminta pengampunan atas dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan agar kita boleh menyadari, mengetahui bahwa Allah "berjalan bersama kita dan tidak takut akan kedengkian kita"; Ia "selalu ada!".

Sehubungan hal ini, Paus Fransiskus menambahkan: "Seberapa sering kita menutup pintu di wajah-Nya; seberapa sering kita pura-pura tidak melihat-Nya, tidak percaya Ia ada di sana bersama kita; seberapa sering kita menyangkal penyelamatan-Nya .... Tetapi Ia ada di sana! ". Pentingnya "mengingat semua ini", karena dengan apa adanya mengingat "perbuatan-perbuatan baik kita". Seberapa sering, misalnya, "kita telah membantu orang lain, merawat orang sakit".

Paus Fransiskus kemudian menyarankan agar kita "mengingat seluruh perjalanan" karena "mengingat membawa kita lebih dekat kepada Allah". Itu adalah, Paus Fransiskus menjelaskan, semacam "penciptaan kembali", semacam "regenerasi, yang menuntun kita melampaui kemegahan dahulu kala yang dimiliki Adam dalam penciptaan pertama". Untuk mengakhiri homilinya Paus Fransiskus mengulangi beberapa kali saran sederhana ini : "Ingatlah!". Entah mengingat seluruh perjalanan hidupnya, mengingat jalannya peristiwa-peristiwa hari ini atau peristiwa-peristiwa tahun lalu, baiknya selalu bertanya : "Sudah bagaimanakah hubunganku dengan Tuhan?", dan mengingat, Paus Fransiskus mengakhiri, "hal-hal agung dan indah yang telah dilakukan Tuhan dala kehidupan kita masing-masing".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.