Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA BERSAMA PARA DUTA BESAR VATIKAN 17 September 2016

Bacaan Ekaristi : 1Kor 15:35-37.42-49; Mzm 56:10-14; Luk 8:4-15

Paus Fransiskus menjadi selebran utama dalam Misa pada hari Sabtu pagi 17 September 2016 di Casa Santa Marta, Vatikan, yang dihadiri para duta besar Vatikan yang sedang berada di Roma untuk pertemuan besar Tahun Yubileum Kerahiman. Dalam homilinya, Bapa Suci mengucapkan terima kasih kepada para diplomat kepausan tersebut atas kesediaan mereka memperbaharui komitmen mereka untuk pelayananan di negara-negara baru dan berbeda dengan sukacita dan antusiasme, serta mendorong para anggota perwakilan diplomatik untuk keluar dari zona nyaman mereka dan mengatasi keterbatasan kekuatan dan kemampuan mereka dalam rangka untuk membawa Injil Kristus ke segala penjuru dunia.

Mengambil perumpamaan Injil tentang penabur sebagai titik fokusnya, Paus Fransiskus merenungkan bagaimana para duta besar Vatikan menabur Kabar Baik di mana-mana di dunia. Paus Fransiskus mengakui bahwa sering kali kehidupan para duta besar Vatikan merupakan "kehidupan gipsi" yang terus menerus dihabiskan di jalan : "Baru saja ketika kalian telah belajar bahasa dengan baik", dalam satu catatan, "sebuah panggilan telepon dari Roma dan ... 'Oh, lihatlah, bagaimana kabarmu?' - 'Baik ...' - 'Kalian tahu, Bapa Suci, yang sangat mengasihi kalian ... beliau memikirkan ... - karena panggilan ini, panggilan ini terbuat dari gula, bukankah begitu? - '... Beliau memikirkan kalian untuk hal ini .... dan maka kalian mengemas tas kalian dan pergi ke tempat lain, meninggalkan teman-teman, meninggalkan kebiasaan, meninggalkan banyak hal yang telah dilakukan ... keluar dari diri kalian, keluar dari tempat itu untuk pergi ke yang lain, dan di sana, memulai lagi".

"Ketika kalian tiba di negara baru", Bapa Suci melanjutkan, "Duta Besar Vatikan harus membuat "keluar" yang lain : "[Ia harus keluar dari - bahkan hanya benar-benar didapati akhir-akhir ini - kenyamanan kulitnya sendiri] untuk belajar, berdialog, mempelajari budaya, cara berpikir.

Paus Fransiskus melanjutkan dengan mencatat bagaimana, "keluar dari" sering kali dapat berarti "menghadiri resepsi" - beberapa di antaranya "agak membosankan" - tetapi meskipun demikian, "kalian dapat menabur di sana", juga. "Benih selalu baik, biji-bijian baik". Seseorang, beliau berkata, mungkin memikirkan itu adalah sebuah pekerjaan yang, "terlalu fungsional, bahkan bersifat administrasi", mempekerjakan banyak orang awam yang berkualitas mungkin dilakukan : "Lain hari, berbicara tentang hal ini, saya mendengar Sekretaris Negara yang mengatakan, "Tetapi, lihatlah, di resepsi, banyak orang yang tampak terlihat bukan kalangan berkerah - dan kalian semua tahu apa yang telah kalian lakukan dalam begitu banyak jiwa : dalam masyarakat duniawai itu, tetapi tanpa mengambil keduniawian, hanya mengambil orang-orang sebagaimana adanya, mendengarkan mereka, berbicara dengan mereka ... hal ini juga merupakan [salah satu cara yang di dalamnya] duta besar Vatikan keluar dari dirinya, memahami orang-orang, berbicara ... itulah salib".

Paus Fransiskus selanjutnya mengingatkan bahwa Yesus mengatakan kepada kita, "Penabur itu menabur benih, dan kemudian ia beristirahat, karena Allahlah yang membuatnya bertunas dan tumbuh". Duta besar Vatikan, juga, beliau berkata, "harus keluar dari dirinya dan berjalan menuju Tuhan yang membuat benih tumbuh dan berkecambah - serta ia harus melampaui dirinya di hadapan tabernakel, dalam doa, dalam ibadah".

Ini adalah "kesaksian yang agung", beliau menegaskan, "duta besar Vatikan sendiri menyembah Dia yang membuat hal-hal tumbuh, Dia yang memberi kehidupan" :

"Inilah tiga cara yang di dalamnya seorang duta besar Vatikan dipanggil untuk 'melampaui' dirinya : ada pelampauan jasmani 'kehidupan gipsi' duta besar Vatikan; ada kulit budaya yang harus lepaskan : belajar budaya, belajar bahasa ... 'Katakan pada saya' - dalam panggilan telepon itu - 'katakan kepada saya, bahasa apa yang kalian katakan?' - 'Saya berbicara bahasa Inggris, bahasa Prancis yang baik, saya bergaul dengannya dalam bahasa Spanyol ...' - 'Ah, baik, baik ... Tetapi dengarkanlah : Paus telah memutuskan untuk mengutusmu ke Jepang, eh!' - 'Tetapi saya tidak tahu bahkan satu huruf pun, huruf Jepang!' - 'Tetapi, kamu akan belajar!'. Saya diteguhkan oleh salah satu dari kalian, sebelum mengirimkan mandat, dalam dua bulan telah belajar bahasa yang sulit, dan telah belajar bagaimana merayakan [Misa] dalam bahasa itu : ia memulai dengan antusias dan dengan sukacita. Inilah 'cara menjadi bagi orang lain' yang ketiga : doa, ibadah".

Ini, beliau berkata, "lebih kuat dalam para mantan duta besar Vatikan". Ini juga merupakan tugas "persaudaraan", "mantan duta besar Vatikan lebih banyak berdoa, ia harus lebih banyak berdoa untuk saudara-saudara yang ada di sana, di dunia luar". Duta besar Vatikan yang masih berada dalam pelayanan, Paus Fransiskus menjelaskan, harus tidak boleh melupakan Sang Junjungan ini, "Sang Guru itu yang berhasil baik menabur yang telah Ia tabur" :

"Tiga cara menjadi 'pertalian luar' dan tiga cara melayani Yesus Kristus dan Gereja : dan Gereja berterima kasih kepada kalian atas seluruh tiga hal ini. Terima kasih banyak. Dan saya, secara pribadi, ingin mengucapkan terima kasih. Saya sangat sering mengagumi, ketika saya, pagi-pagi benar, menerima komunikasi kalian : melihat bagaimana sejawat ini berhasil ... Semoga Tuhan memberikan kepada kalian semua rahmat untuk saat ini tinggal dalam tiga cara menjadi bagi orang lain - tiga cara untuk keluar dari diri kalian ini".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.