Logika hari esok : itulah yang dikatakan Paus Fransiskus dalam homilinya selama Misa harian Jumat pagi 16 September 2016 di Casa Santa Marta, Vatikan. Bapa Suci merenungkan "logika" iman Kristen - cara pemikiran mendasar yang muncul dari persetujuan nyata terhadap klaim kebenaran yang memajukan Kekristenan - sebuah logika yang beliau gambarkan sebagai logika "hari esok" - sebuah logika menanti-nantikan kebangkitan badan.
Dimulai dengan perikop dari Surat Pertama Paulus kepada jemaat Korintus (15:12-20), yang di dalamnya Sang Rasul untuk bangsa-bangsa lain secara khusus membahas kepastian iman Kristen dalam kebangkitan badan, yang berakar pada keyakinan kita bahwa Kristus telah bangkit dari antara orang mati, Bapa Suci merenungkan implikasi dan tantangan iman kita.
"Sangat mudah bagi kita semua", beliau berkata, "untuk masuk ke dalam logika masa lalu, karena itu nyata", dan juga "sangatlah mudah untuk masuk ke dalam logika di sini dan sekarang, karena kita melihatnya". Tetapi, ketika kita melihat ke masa depan, lantas kita berpikir "lebih baik tidak berpikir", atau setidaknya, sangatlah mudah menjadi mangsa godaan untuk tidak memikirkan semua jalan untuk sampai kepadanya :
"Logika kemarin mudah. Logika hari ini mudah. Logika masa depan mudah : semua orang pasti mati. Tetapi logika hari esok, ini sulit. Dan inilah apa yang ingin diberitakan oleh Paulus hari ini : logika hari esok. Bagaimana itu akan terjadi? Akan bagaimanakah Dia? Kebangkitan : Kristus telah bangkit. Kristus telah bangkit dan cukup jelas bahwa Ia tidak dibangkitkan sebagai hantu. Dalam perikop dari Injil Lukas tentang kebangkitan [yang kita baca] : 'Rabalah Aku'. Hantu tidak memiliki daging, tidak memiliki tulang. 'Rabalah Aku. Berilah Aku makan'. Logika hari esok adalah logika yang di dalamnya memasuki tubuh".
Kita bertanya-tanya, lanjutnya, akan bagaimanakah langit atau apakah "akan berada di sanakah kita semua", tetapi, "kita tidak mencapai apa yang diinginkan Paulus untukn kita pahami - logika hari esok ini". Di sini, beliau memperingatkan, "kita mengkhianati Gnostisisme tertentu", ketika kita berpikir bahwa "semuanya akan bersifat rohani" dan "kita takut akan tubuh".
Janganlah lupa, beliau berkata, "ini adalah bidaah yang pertama" yang dikutuk Rasul Yohanes : "Yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus" :
"Kita takut menerima dan menanggung konsekuensi utama tubuh Kristus. Sebuah kesalehan rohaniah lebih mudah, sebuah aliran kesalehan yang halus; tetapi untuk masuk ke dalam logika tubuh Kristus, ini sulit. Dan ini adalah logika hari esok. Kita akan dibangkitkan sebagaimana Kristus telah bangkit, dengan tubuh kita".
Paus Fransiskus mengingatkan bahwa orang-orang Kristen perdana bertanya tentang bagaimana Yesus dibangkitkan dan mencatat bahwa dalam iman akan kebangkitan tubuhlah karya-karya kerahiman memiliki akar penyebab mereka yang terdalam. Di sisi lain, beliau melanjutkan, Santo Paulus sangat menekankan bahwa semuanya akan berubah, tubuh kita dan badan kita akan berubah.
Paus Fransiskus melanjutkan mengingatkan umat beriman bahwa Tuhan "membiarkan diri-Nya terlihat, dan diraba, serta Ia makan dengan murid-murid setelah kebangkitan". Inilah "logika hari esok, logika yang kita temukan sulit untuk dipahami", yang di dalamnya kita menemukannya sulit untuk dimasuki :
"Memahami dengan baik logika masa lalu merupakan tanda kedewasaan. Bergerak dalam logika saat ini merupakan tanda kedewasaan - dalam logika kemarin maupun logika hari ini. Memiliki kehati-hatian untuk melihat logika esok, logika masa depan, merupakan tanda kedewasaan. Namun demikian, dibutuhkan suatu rahmat yang besar dari Roh Kudus untuk memahami logika hari esok ini - setelah perubahan tersebut - ketika Ia akan datang dan membawa kita - semua berubah - di surga, tinggal selama-lamanya bersama-Nya. Kita memohon kepada Tuhan untuk rahmat iman ini".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.