Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 6 Oktober 2016 : TERBUKALAH TERHADAP ROH KUDUS YANG MEMBAWA KITA MAJU

Bacaan Ekaristi : Gal. 3:1-5; MT Luk. 1:69-70,71-72,73-75; Luk. 11:5-13.

Ajaran yang benar bukan suatu kelekatan yang kaku terhadap Hukum, yang mempesona seperti ideologi-ideologi, tetapi sebaliknya merupakan pewahyuan Allah, yang memungkinkan dirinya semakin lengkap ditemukan setiap hari oleh orang-orang yang terbuka terhadap Roh Kudus. Itulah pesan Paus Fransiskus dalam homilinya selama Misa harian Kamis pagi 6 Oktober 2016 di Casa Santa Marta, Vatikan.

Bacaan-bacaan hari itu berbicara tentang Roh Kudus, "karunia besar dari Bapa", kekuatan yang memungkinkan Gereja untuk pergi keluar dengan berani bahkan sampai ke ujung bumi. Roh Kudus, Paus Fransiskus mengatakan, "adalah pelaku utama 'perjalanan maju' Gereja ini". Tanpa Roh Kudus, Gereja akan tutup mulut di dalam dirinya sendiri, penuh ketakutan.

Paus Fransiskus menunjukkan tiga "sikap" yang dapat kita miliki sehubungan dengan Roh Kudus. Sikap pertama adalah sikap yang ditegurkan Santo Paulus kepada jemaat di Galatia : keyakinan bahwa seseorang dapat dibenarkan melalui hukum, dan bukan oleh Yesus, "yang masuk akal dari segi hukum". Dan maka mereka "terlalu kaku". Mereka adalah jenis orang yang sama yang menyerang Yesus dan yang disebut Tuhan orang-orang munafik :

"Dan kelekatan terhadap Hukum ini mengabaikan Roh Kudus. Ia tidak mengizinkan agar penebusan Kristus berjalan maju bersama Roh Kudus. Ia mengabaikan hal itu : di sana hanya ada Hukum. Memang benar bahwa ada Perintah-perintah dan kita harus mengikuti Perintah-perintah tersebut; tetapi selalu melalui rahmat karunia besar ini, yang telah diberikan Bapa kepada kita, Putra-Nya, dan karunia Roh Kudus. Dan maka Hukum dipahami. Tetapi tidak mengecilkan Roh Kudus dan Putra terhadap Hukum. Inilah masalah orang-orang ini : mereka mengabaikan Roh Kudus, dan mereka tidak tahu berjalan maju. Tertutup, tertutup dalam aturan-aturan : kita harus melakukan ini, kita harus melakukan itu. Kadang-kadang, hal ini bisa terjadi sehingga kita jatuh ke dalam pencobaan ini".

"Karena ideologi-ideologi mempesona; dan Paulus memulai di sini : 'Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu?'. Mereka yang memberitakan dengan ideologi-ideologi : Benar-benar tepat! Mereka mempesona : Semuanya jelas. Tetapi lihatlah, pewahyuan tidaklah jelas, eh? Pewahyuan Allah semakin ditemukan setiap hari, ia selalu berada di sebuah perjalanan. Jelaskah? Ya! Sejelas kristal! Itulah Dia, tetapi kita harus menemukannya di sepanjang jalan. Dan orang-orang yang percaya mereka memiliki seluruh kebenaran di tangan mereka bukanlah [agak] bebal. Paulus berkata lagi : [Kamu] 'bodoh', karena kamu telah memungkinkan dirimu terpesona".

Sikap kedua adalah membuat Roh Kudus sedih : itu terjadi "ketika kita tidak membiarkan-Nya mengilhami kita, menuntun kita maju dalam kehidupan Kristen", ketika "kita tidak membiarkan-Nya memberitahu kita, bukan dengan teologi Hukum, tetapi dengan kebebasan Roh, apa yang seharusnya kita lakukan". Itulah, Paus Fransiskus mengatakan, bagaimana "kita menjadi suam-suam kuku", kita jatuh ke dalam "biasa-biasa saja Kristiani", karena Roh Kudus "tidak dapat melakukan karya-karya besar dalam diri kita".

Sikap ketiga, di sisi lain, "adalah membuka diri kita terhadap Roh Kudus, dan membiarkan Roh Kudus membawa kita maju. Itulah apa yang dilakukan Rasul Paulus, [dengan] keberanian hari Pentakosta. Mereka kehilangan rasa takut mereka dan membuka diri mereka terhadap Roh Kudus". Dalam rangka "memahami, menyambut kata-kata Yesus", Paus Fransiskus mengatakan, "perlunya membuka diri terhadap kuasa Roh Kudus. "Ketika seorang pria atau wanita membuka diri mereka terhadap Roh Kudus, itu seperti sebuah kapal layar yang memungkinkan dirinya digerakkan oleh angin dan berjalan maju, maju, maju, dan tidak pernah berhenti". Tetapi ini terjadi ketika kita berdoa agar kita sudi terbuka terhadap Roh Kudus :

"Kita bisa bertanya kepada diri kita sendiri hari ini, di suatu saat sepanjang hari, 'Apakah saya mengabaikan Roh Kudus? Dan apakah saya tahu bahwa jika saya pergi ke Misa Minggu, jika saya melakukan hal ini, jika saya melakukan hal itu, apakah cukup?". Kedua, 'Apakah kehidupan saya semacam kehidupan setengah-setengah, suam-suam kuku, yang menyedihkan Roh Kudus, dan tidak memungkinkan hal itu berkuasa di dalam diri saya untuk membawa saya maju, terbuka?' Atau akhirnya, 'Apakah kehidupan saya merupakan sebuah doa berkesinambungan untuk membuka diri saya kepada Roh Kudus, sehingga Ia bisa membawa saya maju dengan sukacita Injil dan membuat saya memahami ajaran Yesus, ajaran yang benar, yang tidak mempesona, yang tidak membuat kita bodoh, tetapi ajaran yang benar?' Dan itu membantu kita memahami di mana kelemahan kita, hal-hal itu yang menyedihkan-Nya; dan ia membawa kita maju, serta juga membawa maju nama Yesus kepada orang lain dan mengajarkan jalan keselamatan. Semoga Tuhan memberi kita rahmat ini : membuka diri kita kepada Roh Kudus, sehingga kita tidak akan menjadi bodoh, pria dan wanita yang terpesona, yang membuat Roh Kudus sedih".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.