Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA DI STADION MIKHEIL MESKHI, TBILISI (GEORGIA) 1 Oktober 2016

Bacaan Ekaristi : Yes. 66:10-14b; Mzm. 131:1.2.3; Mat. 18:1-4.

Di antara banyak khazanah negara yang megah ini, salah satu khazanah yang menonjol adalah pentingnya kaum perempuan. Seperti ditulis Santa Teresa dari Kanak-kanak Yesus, yang kita peringati hari ini : "mereka mengasihi Allah dalam jumlah yang jauh lebih besar daripada kaum laki-laki" (Otobiografi, Naskah A, VI). Di sini, di Georgia ada sejumlah besar nenek dan ibu yang tak henti-hentinya membela dan meneruskan iman yang ditaburkan di negeri Santo Nino ini; dan mereka membawa air segar penghiburan Allah untuk situasi gersang dan perseteruan yang tak terhitung jumlahnya.


Hal ini memungkinkan kita untuk menghargai keindahan pesan Allah dalam Bacaan Pertama : "Seperti seseorang yang dihibur ibunya, demikianlah Aku ini akan menghibur kamu" (Yes 66:13). Seperti seorang ibu mengambil atas dirinya beban dan kelelahan anak-anaknya, demikian juga Allah mengambil atas diri-Nya dosa-dosa dan kesulitan-kesulitan kita. Ia yang mengenal kita dan mengasihi kita tak terhingga, memperhatikan doa-doa kita dan menghapus air mata kita. Ketika Ia melihat kita, Ia selalu tergerak dan menjadi lembut hati, dengan kasih dari kedalaman keberadaan-Nya, karena melampaui kejahatan apapun yang mampu kita lakukan, kita selalu tetap anak-anak-Nya; Ia ingin membawa kita dalam pelukannya, melindungi kita, dan membebaskan kita dari kemalangan dan kejahatan. Marilah kita memperbolehkan kata-kata Tuhan ini bergema dalam hati kita : "Seperti seseorang yang dihibur ibunya, demikianlah Aku ini akan menghibur kamu".


Penghiburan yang kita butuhkan, di tengah gejolak yang kita alami dalam kehidupan, justru merupakan kehadiran Allah di dalam hati kita. Kehadiran Allah di dalam diri kita merupakan sumber penghiburan sejati, yang berdiam di dalam diri kita, membebaskan kita dari kejahatan, membawa perdamaian dan meningkatkan sukacita kita. Karena alasan ini, jika kita ingin mengalami penghiburan-Nya, kita harus memberi jalan kepada Tuhan dalam kehidupan kita. Dan agar Tuhan tinggal terus menerus di dalam diri kita, kita harus membuka pintu hati kita bagi-Nya dan tidak membuat-Nya tetap di luar. Ada pintu-pintu penghiburan yang harus selalu terbuka, karena Yesus terutama suka masuk melalui mereka : Injil yang kita baca setiap hari dan kita bawa, doa hening kita dalam adorasi, pengakuan dosa, Ekaristi. Melalui pintu-pintu inilah Tuhan masuk dan memberikan cita rasa baru terhadap kenyataan. Ketika pintu hati kita tertutup, namun, terang-Nya tidak bisa masuk dan semuanya tetap gelap. Kita kemudian terbiasa dengan pesimisme, dengan hal-hal yang tidak benar, dengan kenyataan-kenyataan yang tidak pernah berubah. Kita akhirnya terserap dalam kesedihan kita sendiri, dalam kedalaman penderitaan, terasing. Jika, di sisi lain, kita membuka lebar-lebar pintu-pintu penghiburan, terang Tuhan masuk!


Namun Allah tidak menghibur kita hanya di dalam hati kita; melalui nabi Yesaya Ia menambahkan : "Kamu akan dihibur di Yerusalem" (66:13). Di Yerusalem, yaitu, di kota Allah, dalam jemaat : penghiburan Allah bekerja di dalam diri kita ketika kita bersatu, dalam persekutuan. Dalam Gereja kita menemukan penghiburan, Gereja adalah rumah penghiburan : di sini Allah ingin menghibur kita. Kita mungkin bertanya kepada diri kita sendiri : Aku yang berada dalam Gereja, apakah aku membawa penghiburan Allah? Apakah saya tahu bagaimana menyambut orang lain sebagai para tamu dan menghibur mereka yang aku lihat lelah dan kecewa? Bahkan ketika menanggung penderitaan dan penolakan, orang Kristen selalu dipanggil untuk membawa harapan kepada hati orang-orang yang telah menyerah, membesarkan hati orang-orang yang murung, membawa terang Yesus, kehangatan kehadiran-Nya dan pengampunan-Nya yang memulihkan kita. Orang-orang yang tak terhitung jumlahnya menderita cobaan dan ketidakadilan, dan hidup dalam kecemasan. Hati kita perlu diurapi penghiburan Allah, yang tidak mengambil masalah-masalah kita, tetapi memberi kita kekuatan untuk mengasihi, untuk menanggung penderitaan dengan penuh kedamaian. Menerima dan membawa penghiburan Allah : perutusan Gereja ini mendesak. Saudara dan saudari terkasih, marilah kita menerima panggilan ini : tidak mengubur diri kita dalam apa yang sedang berjalan keliru di sekitar kita atau menjadi sedih oleh kurangnya keselarasan di antara kita. Tidaklah baik bagi kita untuk menjadi terbiasa dengan "lingkungan mikro" gerejani yang tertutup; baik bagi kita untuk berbagi wawasan yang terbuka lebar terhadap harapan, memiliki keberanian untuk dengan rendah hati membuka pintu-pintu kita dan berjalan melampaui diri kita sendiri.


Tetapi, ada kondisi yang mendasari untuk menerima penghiburan Allah, dan sabda-Nya hari ini mengingatkan kita akan hal ini : menjadi seperti anak kecil (bdk. Mat 18:3-4), menjadi "seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya" (Mzm 131:2). Untuk menerima kasih Allah kita memerlukan kekecilan hati ini : hanya anak-anak kecil yang dapat dipegang dalam lengan ibu mereka.


Barangsiapa menjadi seperti anak kecil, Yesus berkata kepada kita, "dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga" (Mat 18: 4). Kebesaran sejati manusia terdiri dalam membuat dirinya kecil di hadapan Allah. Karena Allah tidak dikenal melalui gagasan-gagasan besar dan studi yang luas, melainkan melalui kekecilan hati yang merendah dan percaya. Menjadi besar di hadapan Yang Mahatinggi tidaklah memerlukan akumulasi kehormatan dan gengsi atau benda-benda dan keberhasilan duniawi, melainkan pengosongan diri yang sempurna. Seorang anak tidak memiliki apa-apa untuk diberikan dan semuanya diterima. Seorang anak rentan, dan tergantung pada ayah dan ibunya. Orang yang menjadi seperti anak kecil miskin dalam dirinya tetapi kaya dalam Allah.


Anak-anak, yang tidak memiliki masalah dalam memahami Allah, banyak mengajarkan kita : mereka memberitahu kita bahwa Ia mengerjakan hal-hal besar dalam mereka yang tidak memasang hambatan terhadap-Nya, yang sederhana dan tulus, tanpa bermuka dua. Injil menunjukkan kepada kita bagaimana keajaiban-keajaiban besar dikerjakan dengan hal-hal kecil : dengan beberapa roti dan dua ikan (bdk. Mat 14:15-20), dengan biji sesawi (bdk. Mrk 4:30-32), dengan biji gandum yang mati di bumi (bdk. Yoh 12:24), dengan pemberian air sejuk secangkir saja (bdk. Mat 10:42), dengan dua peser dari seorang janda miskin (bdk. Luk 21:1-4), dengan kerendahan hati Maria, hamba Tuhan (bdk. Luk 1:46-55).


Inilah keagungan Allah yang mengejutkan, keagungan seorang Allah yang penuh kejutan dan yang suka mengejutkan : marilah kita selalu tetap menghidupkan keinginan untuk kejutan-kejutan Allah dan mempercayainya! Mengingat bahwa kita terus-menerus dan terutama merupakan anak-anak-Nya akan membantu kita : bukan para empunya kehidupan kita, tetapi anak-anak Bapa; bukan orang-orang dewasa yang otonom dan cukup diri, tetapi anak-anak yang selalu perlu diangkat dan dipeluk, yang membutuhkan kasih dan pengampunan. Berbahagialah jemaat-jemaat Kristen ini yang menghayati kesederhanaan Injil yang otentik ini! Miskin dalam sarana, mereka kaya dalam Allah. Berbahagialah para Gembala yang yang tidak mengendarai logika keberhasilan duniawi, tetapi mengikuti hukum kasih : menyambut, mendengarkan, melayani. Berbahagialah Gereja yang tidak mempercayakan dirinya kepada kriteria efisiensi fungsionalisme dan organisasi, atau tidak mengkhawatirkan citranya. Umat Georgia yang kecil dan tercinta, yang sangat berkomitmen untuk karya amal dan pendidikan, terimalah dorongan Sang Gembala yang Baik, kalian yang dipercayakan kepada Dia yang memanggul kalian dan menghibur kalian.


Saya ingin merangkum pemikiran-pemikiran ini dengan beberapa kata dari Santa Teresa dari Kanak-kanak Yesus, yang kita peringati hari ini. Ia menunjukkan "jalan kecil"-nya menuju Allah, "kepercayaan seorang anak kecil yang tertidur tanpa rasa takut dalam pelukan Bapa-Nya", karena "Yesus tidak menuntut tindakan-tindakan besar dari kita, tetapi hanya pasrah dan syukur" (Otobiografi, Naskah B). Sayangnya, tetapi, ketika ia menulis waktu itu, dan yang masih berlaku saat ini, Allah menemukan "beberapa hati yang menyerah kepada-Nya tanpa syarat, yang memahami kelembutan nyata kasih-Nya yang tak terbatas" (Otobiografi, Naskah B). Santa dan Pujangga Gereja muda tersebut, sebaliknya, adalah seorang pakar dalam "ilmu kasih" (Otobiografi, Naskah B), dan mengajarkan kita bahwa "kasih yang sempurna terdiri dalam menanggung kesalahan-kesalahan orang lain, dalam ketidakterkejutan pada kelemahan mereka, dalam diteguhkan oleh tindakan-tindakan kebajikan terkecil yang kita lihat mereka amalkan"; ia mengingatkan juga bahwa "amal tidak bisa tetap tersembunyi di kedalaman hati kita" (Otobiografi, Naskah C). Bersama-sama marilah hari ini kita semua memohonkan rahmat hati yang sederhana, rahmat hati yang percaya dan hidup dalam kekuatan kasih yang lembut; marilah kita mohon untuk hidup dalam kepercayaan yang penuh damai dan sempurna dalam kerahiman Allah.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.