Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS 28 November 2016 : TIGA SIKAP DALAM PERJALANAN UNTUK BERJUMPA YESUS


Bacaan Ekaristi : Yes. 2:1-5; Mzm. 122:1-2,3-4a,(4b-5,6-7), 8-9; Mat. 8:5-11

Iman kristiani bukanlah sebuah teori atau sebuah ilmu filsafat - ia adalah perjumpaan dengan Yesus. Itulah pesan yang disampaikan Paus Fransiskus dalam homilinya selama Misa pagi 28 November 2016 di Casa Santa Marta, Vatikan. Paus Fransiskus menekankan bahwa untuk sungguh berjumpa dengan Yesus kita harus melakukan perjalanan dengan tiga sikap : berjaga-jaga dalam doa, giat beramal, bermegah dalam pujian.

Berjumpa Yesus : inilah "rahmat yang kita inginkan dalam Masa Adven". Paus Fransiskus memusatkan homilinya pada tema perjumpaan dengan Tuhan. Beliau mencatat pertama-tama bahwa dalam rentang tahun tersebut, liturgi menunjukkan kepada kita banyak perjumpaan dengan Yesus : dengan Ibu-Nya di dalam rahim, dengan Santo Yohanes Pembaptis, dengan para Gembala, dengan para Majus. Semua ini, beliau mengatakan, menunjukkan kepada kita bahwa Masa Adven adalah "masa untuk melakukan perjalanan dan pergi keluar untuk bertemu Tuhan, yaitu, suatu masa tidak berdiri diam".

Dan jadi kita harus bertanya pada diri kita bagaimana kita bisa pergi ke luar untuk berjumpa Yesus. "Apa sikap yang harus saya miliki untuk berjumpa Tuhan?". Bagaimana, Paus Fransiskus bertanya, "saya harus mempersiapkan hati saya untuk berjumpa Tuhan?"

Dalam doa di awal Misa, liturgi menunjukkan tiga sikap : waspada dalam doa, giat beramal, dan bergembira dalam pujian. Artinya, saya harus berdoa, dengan berjaga-jaga. Saya harus bekerja keras dalam amal - amal persaudaraan, tidak hanya memberikan sedekah, tidak; tetapi toleran terhadap orang-orang yang mengusik saya, toleran di rumah terhadap anak-anak ketika mereka terlalu bising; atau toleran terhadap suami atau istri ketika mereka repot; atau ibu mertua ... saya tidak tahu ... tetapi toleran : toleran ... amal, selalu, tetapi bekerja keras. Dan juga sukacita memuji Tuhan : 'bermegah dalam sukacita'. Itulah bagaimana kita harus menghidupi perjalanan ini, keinginan untuk berjumpa Tuhan ini. Menjumpai-Nya dengan cara yang baik. Tidak tinggal diam. Dan kita akan berjumpa Tuhan.

Tetapi, Paus Fransiskus menambahkan, "akan ada sebuah kejutan, karena Ia adalah Tuhan kejutan". Tuhan, juga, "tidak berdiri diam". "Saya berada dalam perjalanan untuk berjumpa Dia, dan Ia berada dalam perjalanan untuk berjumpa saya, dan ketika kita saling bertemu kita melihat kejutan besar itu yaitu Ia sedang mencari saya sebelum saya mulai mencari-Nya".

Paus Fransiskus mengatakan bahwa inilah "kejutan besar perjumpaan dengan Tuhan : Ia mencari kita pertama-tama. Ia selalu pertama. Ia melakukan perjalanan-Nya untuk menemukan kita". Itulah yang terjadi dengan sang perwira :

Tuhan selalu melampaui, pergi pertama-tama. Kita mengambil satu langkah dan Ia mengambil sepuluh langkah. Selalu. Kelimpahan rahmat, kelimpahan kasih-Nya, kelimpahan kelembutan-Nya yang tidak pernah lelah mencari kita. Bahkan, berkali-kali, dengan hal-hal kecil : Kita berpikir perjumpaan Tuhan itu akan menjadi sesuatu yang luar biasa, seperti [yang dilakukan] laki-laki Siria, Naaman, yang adalah seorang penderita kusta. Dan itu tidak sederhana ... dan ia juga mempunyai kejutan besar di jalan bertindak Allah. Dan Allah kita adalah Allah kejutan, Allah yang sedang mencari kita, sedang menanti kita, dan meminta dari kita hanya langkah kecil berkehendak baik.

Kita harus memiliki "keinginan untuk berjumpa dengan-Nya", lanjut Paus Fransiskus. Dan kemudian Ia "membantu kita". Tuhan, beliau mengatakan, "akan menyertai kita selama kehidupan kita. Meskipun berkali-kali, mungkin, kita tampak jauh dari-Nya, "Ia menanti kita seperti ayah dari anak yang hilang".

"Sering kali", beliau menambahkan, "Ia melihat bahwa kita ingin mendekat, dan Ia keluar untuk menemui kita. Itulah perjumpaan dengan Tuhan : Inilah hal yang penting! Perjumpaan". Paus Fransiskus mengatakan bahwa ia selalu dilanda sesuatu yang dikatakan Paus Benediktus, "bahwa iman bukan sebuah teori, sebuah ilmu filsafat, sebuah gagasan; itu adalah sebuah perjumpaan. Sebuah perjumpaan dengan Yesus". Jika, di sisi lain, "kita tidak menjumpai kerahiman-Nya, "bahkan akan mungkin "mendaraskan Syahadat dari ingatan "tanpa harus memiliki iman" :

Para ahli Taurat tahu semuanya, semua dogma masa itu, semua moral masa itu, segala sesuatu. Mereka tidak memiliki iman, karena hati mereka jauh dari Allah. Menjauhkan diri atau memiliki kehendak berjalan maju untuk berjumpa. Dan ini adalah rahmat yang kita minta hari ini : 'Ya Allah, Bapa kami, bangkitkanlah di dalam diri kami keinginan untuk bertemu dengan Kristus-Mu', dengan karya-karya yang baik. Bertemu Yesus. Dan karena hal ini kita mengingat rahmat yang telah kita minta dalam doa, dengan berjaga-jaga dalam doa, giat beramal, dan bermegah dalam pujian. Dan jadi kita akan berjumpa Tuhan dan kita akan memiliki kejutan yang sangat indah.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.