Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 25 November 2016 : KUTUKAN KEKAL BUKANLAH RUANG PENYIKSAAN TETAPI MENJAUH DARI ALLAH

Bacaan Ekaristi : Why. 20:1-4,11-21:2; Mzm. 84:3,4,5-6a,8a; Luk. 21:29-33

Paus Fransiskus mengatakan kutukan kekal bukanlah ruang penyiksaan tetapi menjauh dari Allah. Selain itu, beliau memperingatkan orang-orang Kristiani agar jangan pernah bergaul dengan setan, yang disebutnya penggoda yang meruntuhkan kehidupan. Itulah yang disampaikan Paus Fransiskus dalam homilinya selama Misa harian Jumat pagi 25 November 2016 di kapel Casa Santa Marta, Vatikan.

Melanjutkan permenungannya tentang akhir dunia, homili Paus Fransiskus berfokus pada Bacaan Pertama liturgi hari itu (Why 20:1-4,11-21:2) yang menggambarkan bagaimana malaikat menangkap naga, mengikatnya dan melemparkannya ke dalam jurang maut yang kemudian ditutup dan dimeteraikan. Beliau mengatakan si ular tua atau setan dilemparkan ke dalam jurang maut "supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-bangsa" karena dialah si penggoda.

"Ia adalah pendusta dan tambahan lagi adalah bapa kebohongan, ia menghasilkan kebohongan dan adalah penipu. Ia membuat kalian percaya bahwa jika kalian makan buah apel ini kalian akan menjadi seperti Allah. Ia menjualnya kepada kalian seperti ini dan kalian membelinya dan pada akhirnya ia menipu kalian, memperdaya kalian dan menghancurkan kehidupan kalian. 'Tetapi bapa, apa yang bisa kita lakukan untuk terhindari dari tipu daya setan?'. Yesus mengajarkan kita : jangan pernah bergaul dengan setan. Kita jangan bergaul dengannya. Apa yang dilakukan Yesus terhadap setan? Ia mengenyahkannya, Ia menanyakan namanya tetapi tidak berdialog dengannya".

Paus Fransiskus melanjutkan dengan menjelaskan bagaimana ketika Yesus berada di padang gurun Ia membela diri-Nya ketika menjawab setan dengan menggunakan Sabda Allah dan Sabda Kitab Suci. Oleh karena itu, beliau berkata, kita seharusnya jangan pernah bergaul dengan pendusta dan penipu ini yang mengusahakan kehancuran kita dan yang karena alasan ini akan dilemparkan ke dalam jurang maut.

Paus Fransiskus mencatat bahwa Bacaan Pertama menjelaskan bagaimana Tuhan akan menghakimi orang-orang mati, besar dan kecil "menurut perbuatan mereka" dengan yang terkutuk dilemparkan ke dalam lautan api dan beliau mengatakan ini adalah "kematian kedua".

"Kutukan kekal bukanlah ruang penyiksaan. Itu adalah gambaran kematian kedua ini: itu adalah sebuah kematian. Dan orang-orang yang tidak akan diterima dalam Kerajaan Allah, itu karena mereka belum ditarik mendekat kepada Tuhan. Inilah orang-orang yang melakukan perjalanan di sepanjang jalan mereka sendiri, menjauhkan diri mereka dari Tuhan dan melintas di depan Tuhan tetapi kemudian memilih meninggalkan-Nya. Kutukan kekal terus menerus menjauhkan dirinya dari Allah. Itu adalah penderitaan yang terburuk, hati yang tidak puas, hati yang diciptakan untuk menemukan Allah tetapi yang, demi kesombongan dan kepercayaan diri, menjauhkan dirinya dari Allah".

Paus Fransiskus mengatakan menjauhkan diri kita dari Allah yang memberi kebahagiaan dan yang sangat mengasihi kita adalah "api" dan jalan menuju kutukan kekal. Mencatat bagaimana gambaran akhir dalam Bacaan Pertama berkesudahan dengan penglihatan harapan Paus Fransiskus mengakhiri homilinya dengan mengatakan jika kita membuka hati kita dengan kerendahan hati kita juga akan memiliki sukacita dan keselamatan serta akan diampuni oleh Yesus.

"Harapan adalah apa yang membuka hati kita untuk pertemuan dengan Yesus. Ini adalah apa yang menanti kita: pertemuan dengan Yesus. Itu indah, sangat indah. Dan Dia meminta kita hanya untuk menjadi rendah hati dan mengatakan 'Tuhan. "Ini cukup untuk mengatakan kata itu dan Dia akan melakukan sisanya."

"Harapan adalah apa yang membuka hati kita kepada perjumpaan dengan Yesus. Inilah apa yang menanti kita : perjumpaan dengan Yesus. Indahnya, sangat indah. Dan Ia meminta kita cukup menjadi rendah hati dan mengatakan 'Tuhan'. Cukup mengatakan kata itu dan Ia akan mengerjakan sisanya".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.