Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA PENUTUPAN TAHUN YUBILEUM KERAHIMAN (HARI RAYA TUHAN KITA YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM) 20 November 2016 : MESKIPUN PINTU SUCI TELAH DITUTUP, PINTU KERAHIMAN YANG SESUNGGUHNYA ADALAH HATI YESUS YANG SELALU TETAP TERBUKA LEBAR UNTUK KITA

Bacaan Ekaristi : 2Sam. 5:1-3; Mzm. 122:1-2,4-5; Kol. 1:12-20; Luk. 23:35-43

Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta adalah mahkota tahun liturgi dan Tahun Suci Kerahiman ini. Injil bahkan memaparkan perajaan Yesus sebagai puncak karya keselamatan-Nya, dan itu dilakukan dengan cara yang mengejutkan. "Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah" (Luk 23:35,37) muncul tanpa kekuasaan atau kemuliaan : Ia berada di kayu salib, di mana Ia tampak lebih merupakan yang ditaklukkan dibandingkan penakluk. Perajaan-Nya berlawanan asas : takhta-Nya adalah kayu salib; mahkota-Nya terbuat dari duri; Ia tidak memiliki tongkat kerajaan, tetapi buluh ditempatkan ke dalam tangan-Nya; Ia tidak memiliki pakaian mewah, tetapi dilucuti jubah-Nya; Ia tidak memakai cincin yang berkilau di jari-Nya, namun tangan-Nya ditikam dengan paku; Ia tidak memiliki harta, tetapi dijual demi tiga puluh keping uang perak.

Pemerintahan Yesus benar-benar bukan dari dunia ini (bdk. Yoh 18:36); tetapi karena alasan ini, Santo Paulus mengatakan kepada kita dalam Bacaan Kedua, kita memiliki penebusan dan pengampunan dosa (bdk. Kol 1:13-14). Karena kemegahan kerajaan-Nya bukanlah kekuasaan seperti yang diartikan oleh dunia ini, tetapi kasih Allah, kasih yang mampu menghadapi dan menyembuhkan segala hal. Kristus merendahkan diri-Nya kepada kita demi kasih ini, Ia mendiami penderitaan manusia, Ia menderita titik terendah kondisi manusiawi kita : ketidakadilan, pengkhianatan, keputusasaan; Ia mengalami kematian, kubur, neraka. Dan maka Raja kita pergi ke ujung alam semesta untuk merangkul dan menyelamatkan setiap makhluk hidup. Ia tidak menghukum kita, ataupun Ia tidak menaklukkan kita, dan Ia tidak pernah mengesampingkan kebebasan kita, tetapi Ia meratakan jalan dengan kasih yang rendah hati yang mengampuni segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu (bdk. 1 Kor 13:7). Kasih ini saja mengatasi dan terus mengatasi musuhmusuh kita yang terburuk : dosa, kematian, ketakutan.

Saudara dan saudari terkasih, hari ini kita mewartakan kemenangan tunggal ini, yang dengannya Yesus menjadi Raja segala abad, Tuhan sejarah : dengan kekuatan kasih semata, yang merupakan kodrat Allah, kehidupan-Nya yang sesungguhnya, dan yang tidak berkesudahan (bdk. 1 Kor 13:8). Kita dengan penuh sukacita berbagi kemegahan yang dimiliki Yesus sebagai Raja kita: pemerintahan kasih-Nya mengubah dosa menjadi rahmat, kematian menjadi kebangkitan, ketakutan menjadi kepercayaan.

Meskipun demikian ini berarti sangat sedikit, jika kita percaya Yesus adalah Raja semesta alam, tetapi tidak menjadikan-Nya Tuhan kehidupan kita : semua hal ini sia-sia jika kita tidak secara pribadi menerima Yesus dan jika kita juga tidak menerima jalan-Nya menjadi Raja. Orang-orang yang disajikan kepada kita dalam Injil hari ini, bagaimanapun, membantu kita. Selain Yesus, tiga sosok muncul: orang banyak yang sedang menyaksikan, orang-orang dekat kayu salib, dan penjahat yang disalibkan di sebelah Yesus.

Pertama, orang banyak : Injil mengatakan bahwa "orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya" (Luk 23:35) : tidak ada yang mengatakan sepatah kata pun, tidak ada yang mendekat. Orang banyak menjaga jarak, hanya untuk melihat apa yang sedang terjadi. Mereka adalah orang-orang yang sama yang menekan di atas Yesus ketika mereka membutuhkan sesuatu, dan yang kini menjaga jarak. Mengingat keadaan hidup kita dan harapan kita yang tak terpenuhi, kita juga bisa tergoda untuk menjaga jarak dari perajaan Yesus, untuk tidak menerima sepenuhnya skandal kasih-Nya yang rendah hati, yang meresahkan dan mengganggu kita. Kita lebih memilih untuk tetap di jendela, berdiri terpisah, bukan mendekat dan menemani-Nya. Suatu umat yang kudus, namun, yang memiliki Yesus sebagai Raja mereka, dipanggil untuk mengikuti jalan kasih-Nya yang nyata; mereka dipanggil untuk bertanya pada diri mereka, masing-masing orang setiap hari : "Apakah yang diminta kasih daripadaku, di manakah ia mendesakku untuk pergi? Apa jawaban yang sedang kuberikan kepada Yesus dengan kehidupanku?"

Ada kelompok kedua, yang meliputi berbagai pribadi : para pemimpin rakyat, para serdadu dan seorang penjahat. Mereka semua mengejek Yesus. Mereka menghasut-Nya dengan cara yang sama : "Selamatkanlah diri-Mu!" (Luk 23:35,37,39). Godaan ini lebih buruk dibandingkan godaan orang banyak. Mereka menggoda Yesus, sama seperti yang dilakukan iblis pada permulaan Injil (bdk. Luk 4:1-13), menyerah memerintah sebagaimana Allah berkehendak, dan malahan memerintah sesuai dengan cara dunia : turun dari salib dan menghancurkan musuh-musuh-Nya! Jika Ia adalah Allah, biarkanlah Ia menunjukkan kekuatan dan keunggulan-Nya! Godaan ini adalah serangan langsung pada kasih : "selamatkanlah diri-Mu" (ayat 37,39), bukan orang lain, melainkan diri-Mu. Nyatakan kemenangan untuk diri-Mu dengan kekuatan-Mu, dengan kemuliaan-Mu, dengan kemenangan-Mu. Itulah godaan yang paling mengerikan, permulaan dan akhir Injil. Ketika berhadapan dengan serangan ini pada jalan manusiawi-Nya yang sesungguhnya, Yesus tidak berbicara, Ia tidak bereaksi. Ia tidak membela diri, Ia tidak mencoba untuk meyakinkan mereka, Ia tidak menyusun pertahanan perajaan-Nya. Malahan Ia terus mengasihi; Ia mengampuni, Ia mendiami saat pencobaan ini sesuai dengan kehendak Bapa, yakin bahwa kasih itu akan berbuah.

Dalam rangka menerima perajaan Yesus, kita dipanggil untuk berjuang melawan godaan ini, dipanggil untuk menetapkan pandangan kita pada Dia yang tersalib, untuk menjadi lebih setia kepada-Nya. Berapa kali, bahkan di antara diri kita, kita mencari kenyamanan dan kepastian yang ditawarkan oleh dunia. Berapa kali kita tergoda untuk turun dari Salib. Iming-iming kekuasaan dan keberhasilan tampak sebuah kemudahan, cara cepat untuk menyebarkan Injil; kita segera melupakan bagaimana Kerajaan Allah bekerja. Tahun Kerahiman ini mengajak kita untuk menemukan kembali inti, kembali kepada apa yang penting. Saat kerahiman ini memanggil kita untuk melihat wajah Raja kita yang sesungguhnya, wajah yang bersinar pada Paskah, dan menemukan kembali wajah Gereja yang kelihatan muda, cantik, wajah yang berseri-seri ketika ia adalah menyambut, membebaskan, setia, miskin dalam sarana namun kaya dalam kasih, tentang perutusan. Kerahiman, yang membawa kita ke pokok Injil, mendorong kita untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan dan praktek-praktek yang mungkin menjadi hambatan untuk melayani Kerajaan Allah; kerahiman mendorong kita untuk mengarahkan diri kita hanya dalam perajaan Yesus yang abadi dan rendah hati, tidak tunduk kepada perajaan yang tidak pasti dan mengubah kekuatan setiap jaman.

Dalam Injil seorang lainnya muncul, mendekat kepada Yesus, penjahat yang memohon kepada-Nya : "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja" (ayat 42). Orang ini, hanya memandang Yesus, mempercayai kerajaan-Nya. Ia tidak ditutup atas dirinya sendiri, melainkan - dengan kesalahan-kesalahannya, dosa-dosanya dan kesulitan-kesulitannya - ia berpaling kepada Yesus. Ia meminta untuk diingat, dan ia mengalami kerahiman Allah : "Hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus" (ayat 43). Segera setelah kita memberi Allah kesempatan, Ia mengingat kita. Ia siap habis-habisan dan selamanya membatalkan dosa kita, karena ingatan-Nya - tidak seperti ingatan kita - tidak merekam kejahatan yang telah dilakukan atau menjaga skor ketidakadilan yang dialami. Allah tidak memiliki kenangan akan dosa, tetapi hanya kenangan kita, kita masing-masing, kita yang adalah anak-anak-Nya yang terkasih. Dan ia percaya bahwa selalu memungkinkan untuk memulai sesuatu yang baru, untuk meningkatkan diri kita.

Marilah kita juga memohon karunia kenangan yang terbuka dan hidup ini. Marilah kita memohon rahmat tidak pernah menutup pintu pendamaian dan pengampunan, melainkan mengetahui bagaimana melampaui kejahatan dan perbedaan-perbedaan, membuka setiap jalur harapan yang mungkin. Sebagaimana Allah mempercayai kita, jauh melampaui jasa yang kita miliki, demikian juga kita dipanggil untuk menanamkan harapan dan memberikan kesempatan kepada orang lain. Bahkan karena jika Pintu Suci ditutup, pintu kerahiman sejati yang merupakan hati Kristus selalu tetap terbuka lebar bagi kita. Dari terkoyaknya lambung Dia yang bangkit hingga akhir jaman mengalir kerahiman, penghiburan dan harapan.

Begitu banyak peziarah telah melintasi ambang Pintu Suci, dan jauh dari hiruk-pikuk berita harian mereka telah merasakan kebaikan Tuhan yang besar. Kita bersyukur untuk hal ini, ketika kita ingat bagaimana kita telah menerima kerahiman agar bermurah hati, agar kita juga dapat menjadi alat-alat kerahiman. Marilah kita berjalan maju di jalan ini bersama-sama. Semoga Bunda Suci kita menyertai kita, ia yang juga dekat dengan kayu salib, ia yang melahirkan bagi kita di sana sebagai Bunda Gereja yang lembut, yang menginginkan untuk mengumpulkan semua orang di bawah mantelnya. Di bawah Salib, ia melihat penjahat yang baik menerima pengampunan, dan ia menganggap murid-murid Yesus sebagai putranya. Ia adalah Bunda Kerahiman, yang kepadanya kita mempercayakan diri kita : setiap situasi kita berada, setiap doa yang kita buat, ketika menengadah kepada mata-Nya yang penuh kerahiman, akan menemukan sebuah jawaban.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.