Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 15 Desember 2016 : PARA GEMBALA HARUS BERBICARA KEBENARAN DAN PERTAMA-TAMA HARUS MENYAMBUT UMAT

Bacaan Ekaristi : Yes 54:1-10; Mzm 30:2.4-6.11-12a.13b; Luk 7:24-30

Para gembala harus berbicara kebenaran, tetapi pada saat yang sama menyambut umat dengan apa yang mereka mampu berikan : inilah langkah pertamanya; sisanya kita serahkan kepada Tuhan. Itulah pesan Paus Fransiskus dalam homilinya selama Misa harian Kamis pagi 15 Desember 2016 di Casa Santa Marta, Vatikan.

Santo Yohanes Pembaptis adalah pokok homili Paus Fransiskus. Liturgi Adven, terutama dalam hari-hari ini, kerap merenungkan pelayanannya : orang yang tinggal di padang gurun, berkhotbah, dan membaptis.

Banyak orang pergi ke padang gurun untuk menemukan Yohanes Pembaptis, termasuk orang-orang Farisi dan para ahli Taurat. Yang terakhir, meskipun, pergi dengan pendirian tertentu, berniat bukan untuk dibaptis oleh Yohanes, tetapi untuk menghakiminya. Dalam Injil hari itu (Luk 7:24-30), Yesus bertanya kepada orang banyak untuk apakah mereka pergi ke padang gurun : melihat buluh yang digoyangkan angin kian ke mari? Melihat orang yang berpakaian halus?" Orang yang berpakaian indah dan yang hidup mewah, tempatnya di istana raja - "atau kadang-kadang istana para Uskup", Paus Fransiskus menambahkan. Sebaliknya, mereka pergi untuk melihat seorang nabi, seorang yang "di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak ada seorang pun yang lebih besar dari pada Yohanes". Ia adalah "nabi terakhir", kata Paus Fransiskus, karena setelah dia datanglah Mesias. Mendalami alasan kebesaran Yohanes, Paus Fransiskus menjelaskan, "Ia setia terhadap apa yang telah diminta Tuhan kepadanya"; ia besar karena ia setia. Kebesaran ini terlihat bahkan dalam khotbahnya :

Ia berkhotbah dengan tegas, ia mengatakan beberapa hal buruk kepada orang-orang Farisi, kepada ahli-ahli Taurat, kepada para imam, ia tidak mengatakan kepada mereka : "Tetapi teman-teman terkasih, jagalah kelakuanmu". Tidak. Ia berkata kepada mereka secara sederhana : "Kalian keturunan ular beludak!". Ia tidak mempergunakan nuansa. Karena mereka mendekat untuk mengawasinya dan mengamat-amatinya, tetapi tidak pernah dengan hati yang terbuka : "Keturunan ular beludak". Ia mempertaruhkan hidupnya, ya, tetapi ia setia. Kemudian kepada Herodes, di depan wajahnya, ia berkata, "Hai pezinah! Tidaklah layak bagimu hidup dengan cara ini, hai pezinah!". Di depan wajahnya! Tetapi yang pasti bahwa jika seorang gembala saat ini mengatakan dalam homili hari Minggu, "Di antara kalian ada beberapa keturunan ular beludak, dan ada banyak pezinah", tentunya Uskup akan menerima surat yang menggelisahkan : "Tetapi memperingatkan para gembala yang memaki kita ini". Dan ia memaki mereka. Mengapa? Karena ia setia terhadap panggilannya dan kepada kebenaran.

Paus Fransiskus mencatat, kendatipun, dengan orang-orang tersebut ia sedang memaklumi para pemungut cukai - yang dikenal sebagai orang-orang yang berdosa publik karena mereka memeras rakyat - ia berkata, "Janganlah meminta lebih dari apa yang seharusnya". "Ia memulai dengan hal-hal kecil. Kemudian kita akan lihat. Dan ia membaptis mereka", lanjut Paus Fransiskus. "Pertama langkah ini. Kemudian kita lihat". Ia meminta kepada para serdadu, polisi, bukan mengancam atau mengecam siapa pun dan harus puas dengan gaji mereka. "Ini berarti tidak masuk ke dalam dunia garis singgung", Paus Fransiskus menjelaskan. "Ketika seorang polisi menghentikan kalian, ia menguji kalian untuk alkohol, kurang lebih ada sedikit : 'Eh, tidak, tetapi ... berapa banyak? Ayo!' Tidak. Ini tidak". Yohanes membaptis semua orang berdosa ini, "tetapi dengan langkah maju minimal ini, karena ia tahu bahwa dengan langkah ini, Tuhan akan mengerjakan sisanya". Dan mereka bertobat. "Seorang gembalalah", Paus Fransiskus melanjutkan, "yang memahami situasi umat dan membantu mereka maju bersama Tuhan". Yohanes kemudian merupakan satu-satunya nabi yang kepadanya rahmat yang ditunjukkan Yesus diberikan.

Meskipun Yohanes besar, kuat, aman dalam panggilannya, "ia masih memiliki saat-saat gelap", ia memiliki keraguan ini", kata Paus Fransiskus. Bahkan, Yohanes mulai ragu-ragu di dalam penjara, bahkan meskipun ia telah membaptis Yesus, "karena Ia adalah seorang Juruselamat yang tidak seperti yang kita bayangkan". Dan maka ia menyuruh dua orang muridnya bertanya kepada-Nya apakah Ia adalah Mesias. Dan Yesus membetulkan pandangan Yohanes dengan jawaban yang jelas. Bahkan, Ia memberitahu mereka untuk melaporkan kepada Yohanes bahwa "orang buta melihat", "orang tuli mendengar", "orang mati bangkit". "Keagungan tersebut menimbulkan meragukan, karena peristiwa-peristiwa tersebut agung", kata Paus Fransiskus.

Keagungan dapat menimbulkan keraguan, dan ini indah. Keagungan tersebut tentu saja merupakan panggilan mereka, tetapi setiap kali Tuhan membuat mereka melihat sebuah jalan baru dari perjalanan tersebut, mereka masuk ke dalam keraguan. 'Tetapi ini bukan ortodoks, ini sesat, ini bukan Mesias yang saya harapkan'. Iblis melakukan pekerjaan ini, dan beberapa teman juga membantu, bukan? Inilah keagungan Yohanes, manusia yang agung, yang terakhir dari kumpulan orang percaya yang dimulai dengan Abraham, orang yang mengajarkan pertobatan itu, orang yang tidak mempergunakan kata setengah-setengah untuk mengutuk orang-orang yang angkuh itu, orang yang pada akhir hidupnya diperbolehkan untuk ragu itu. Dan inilah program kehidupan kristiani yang baik".

Paus Fransiskus kemudian merangkum homilinya : mengatakan kebenaran dan menerima dari umat apa yang mampu mereka berikan, sebuah langkah pertama. Mari kita meminta dari Yohanes rahmat keberanian kerasulan untuk selalu mengatakan hal-hal dengan kebenaran, dari kasih pastoral, untuk menerima umat dengan sedikit yang dapat mereka berikan, langkah pertama. Allah akan melakukan sisanya. Dan juga rahmat meragukan. Sering kali, mungkin pada akhir kehidupan, orang dapat bertanya, "Tetapi apakah semua yang saya percayai benar atau mereka adalah khayalan?" godaan terhadap iman, terhadap Tuhan. Semoga Yohanes yang agung, yang adalah yang paling kecil dalam Kerajaan Surga, dan karena alasan ini agung, tolonglah kami di sepanjang jalan dalam jejak langkah Tuhan ini.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.