Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 24 Januari 2017 : ALLAH MENYUKAI KETIKA BERDEBAT DENGAN-NYA DAN MENGATAKAN SESUATU

Bacaan Ekaristi : Ibr. 10:1-10; Mzm. 40:2,4ab,7-8a,10,11; Mrk. 3:31-35

Melakukan kehendak Allah tidak selalu berarti tidak pernah marah dengan Tuhan. Hubungan kita dengan Allah harus menjadi sesuatu yang benar sehingga ketika akhirnya kita mengatakan kepada-Nya : 'Inilah aku!', itu menjadi nyata. Itulah pokok permenungan Paus Fransiskus dalam homilinya selama Misa harian Selasa pagi 24 Januari 2017 di Casa Santa Marta, Vatikan.

Mengulas Bacaan Pertama liturgi hari itu (Ibr. 10:1-10), Paus Fransiskus mengatakan ketika Kristus datang ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki ...Inilah Aku, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah". Kata-kata Yesus ini, Paus Fransiskus mengatakan, merangkum sebuah sejarah "inilah aku" yang bersambung, sejarah keselamatan.

Setelah Adam, yang bersembunyi karena ia takut akan Tuhan, Paus Fransiskus mengatakan, Allah memanggil dan mendengar jawaban banyak pria dan wanita yang berkata kepada-Nya : "Inilah aku. Aku bersedia".

Paus Fransiskus mengingat serangkaian tanggapan positif yang dimulai dari Abraham, Musa, Elia, Yesaya, Yeremia ... tepat hingga tanggapan agung "Inilah aku" Maria dan akhirnya "Inilah aku" Yesus.

Dialog nyata, Paus Fransiskus menjelaskan, bukan hanya serangkaian tanggapan dengan sendirinya, karena "Allah berbicara kepada orang-orang yang memanggil-Nya". "Tuhan selalu berdialog dengan umat yang Ia undang ke atas jalan ini (...) Dan Ia begitu sabar, begitu sabar", beliau berkata.

Sebagai contoh Paus Fransiskus mengacu pada kitab Ayub yang berisi dialog panjang antara Ayub - yang tidak mengerti - dan Tuhan yang menjawab pertanyaan-pertanyaannya dan membuatnya mengerti. Pada akhirnya, Paus Fransiskus mengatakan, apa yang dikatakan Ayub kepada Allah? "Ya, Tuhan, Engkau benar : Aku mengerti Engkau hanya dari apa kata orang tetapi sekarang mataku telah melihat Engkau : Inilah aku!"

Kehidupan kristiani, beliau melanjutkan adalah sebuah rentetan "Inilah aku". Ia adalah sebuah keinginan terus-menerus untuk melakukan kehendak Tuhan.

Liturgi hari ini, Paus Fransiskus mengatakan, mengajak kita untuk merenungkan cara kita mengatakan "Inilah aku" kepada Tuhan. "Apakah aku akan bersembunyi seperti Adam dan tidak menjawab? Atau, ketika Tuhan memanggilku, bukannya mengatakan 'Inilah aku' atau 'apa yang Engkau inginkan daripadaku?' Apakah aku melarikan diri seperti Yunus, yang tidak ingin melakukan apa yang sedang diminta Tuhan kepadanya? Atau apakah aku berpura-pura aku sedang melakukan kehendak Tuhan, tetapi hanya secara dangkal, seperti para ahli Taurat yang dikutuk Yesus karena mereka berpura-pura; atau apakah aku melihat dengan cara lain seperti yang dilakukan orang Lewi dan imam di hadapan orang malang yang terluka yang dipukuli oleh para penyamun dan dibiarkan meninggal ... Jawaban macam apakah jawabanku kepada Tuhan?".

Menunjukkan bahwa Tuhan memanggil kita setiap hari, mengundang kita untuk mengatakan "Inilah aku", Paus Fransiskus mengatakan kita bisa "berbicara" dengan-Nya.

"Sering kali orang-orang mengatakan kepada saya bahwa ketika mereka berdoa mereka marah dengan Tuhan ... ini juga adalah doa! Tuhan menyukainya bila kalian mengatakan kepada-Nya ke wajah-Nya apa yang sedang kalian rasakan karena Ia adalah Bapa", beliau berkata.

Daripada bersembunyi, berpura-pura atau menjauh, Paus Fransiskus mengakhir, kita masing-masing memiliki cara untuk mengatakan "Inilah aku" kepada Tuhan dan cara melakukan kehendak-Nya dalam kehidupan kita.

"Semoga Roh Kudus memberi kita rahmat untuk menemukan jawabannya", beliau berkata.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.