Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 13 Februari 2017 : KURANGNYA PERSAUDARAAN MENYEBABKAN PEPERANGAN DAN PERTUMPAHAN DARAH

Bacaan Ekaristi : Kej. 4:1-15,25; Mzm. 50:1,8,16bc-17,20-21; Mrk. 8:11-13

Dalam homilinya selama Misa harian Senin pagi 13 Februari 2017 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus menekankan pentingnya ikatan persaudaraan dan betapa mudahnya kecemburuan dan iri hati merusak ikatan itu dan memicu proses yang dapat menyebabkan kehancuran keluarga dan masyarakat. Beliau mempersembahkan Misa tersebut untuk Pastor Adolfo Nicolás, mantan Pemimpin Umum Serikat Yesus yang sedang mempersiapkan untuk melanjutkan perutusannya di Asia.

Merenungkan Bacaan Pertama liturgi hari itu (Kej. 6:5-8,7:1-5,10) yang berbicara tentang Kain dan Habel, Paus Fransiskus mengatakan bahwa untuk pertama kalinya dalam Alkitab kita mendengar kata 'saudara' dan kita mendengar sebuah "cerita persaudaraan yang seharusnya tumbuh dan menjadi elok, tetapi akhirnya hancur".

"Sebuah cerita yang dimulai 'dengan sedikit kecemburuan' : Kain jengkel karena pengorbanannya tidak menyenangkan Tuhan dan ia mulai menumbuhkan perasaan dendam, perasaan yang seharusnya bisa ia kendalikan tetapi tidak bisa", beliau berkata.

Paus Fransiskus mengatakan Kain memilih untuk melabuhkan kepekaan perasaan ini dan membiarkannya tumbuh. Dosa yang kemudian ia akan perbuat sedang mendekam dalam kepekaan perasaan ini. Inilah, beliau melanjutkan, bagaimana permusuhan di antara kita dimulai dengan percikan kecil kecemburuan atau iri hati, dan akhirnya begitu berkembang sehingga kita melihat kehidupan hanya dari sudut pandang tersebut : "setitik serbuk gergaji menjadi balok di mata kita, kehidupan kita berputar mengelilinginya dan ia akhirnya menghancurkan ikatan persaudaraan; ia menghancurkan persaudaraan".

Secara bertahap, Paus Fransiskus mengatakan, orang menjadi "terobsesi, teraniaya" oleh yang jahat yang tumbuh dan tumbuh. Beliau mengatakan bahwa hal ini mengarahkannya untuk melepaskan diri dari saudaranya mengubahnya menjadi musuh yang harus dihancurkan. "Permusuhan ini", beliau melanjutkan, akhirnya menghancurkan keluarga-keluarga, bangsa-bangsa, semuanya!"

"Inilah apa yang terjadi pada Kain, yang akhirnya membunuh saudaranya", beliau berkata sambil menunjukkan bahwa proses ini harus dihentikan segera, pada tanda petama kepahitan dan kebencian yang sesungguhnya".

"Kepahitan tidaklah kristiani. Nyeri, tetapi bukanlah kepahitan. Kebencian bukanlah seorang Kristiani", katanya.

"Ini adalah apa yang terjadi pada Kain, yang akhirnya membunuh saudaranya" katanya menunjukkan bahwa proses ini harus dihentikan segera, pada tanda pertama kepahitan dan kebencian yang sesungguhnya.

Memperhatikan fakta dalam Misa di Casa Santa Marta pada hari Senin ada beberapa pastor paroki yang baru diangkat, Paus Fransiskus mendesak mereka untuk menyadari bahwa "bahkan di dalam rekan uskup kita" ada keretakan dan perpecahan kecil yang dapat menyebabkan kerusakan persaudaraan.

Ketika Allah, beliau berkata, menanyai Kain : "Di mana Habel, adikmu itu?". Jawaban Kain ironis : "Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?"

Ya, Paus Fransiskus mengatakan : kalian adalah penjaga saudaramu. Dan Tuhan lalu berkata : "Darah saudarimu itu berteriak kepada-Ku dari tanah!"

Kita masing-masing - Paus Fransiskus menjelaskan - bisa mengatakan kami tidak pernah membunuh siapa pun, tetapi siapa pun yang memiliki kepekaan perasaan yang buruk terhadap saudaranya telah membunuhnya : "jika kamu menghina saudaramu, kamu telah membunuhnya dalam hatimu".

Dan mengalihkan pikirannya kepada orang-orang yang mendapati diri mereka di bawah bom peperangan atau yang terusir dari rumah-rumah mereka ketika "mereka tidak bersaudara", beliau mengatakan proses pembunuhan dimulai dari sesuatu yang kecil.

"Berapa banyak orang yang berkuasa di dunia dapat mengatakan : Aku tertarik pada daerah ini, aku tertarik pada sebidang tanah ini ... jika bom jatuh dan membunuh 200 orang anak itu bukan salahku, itu kesalahan bom. Aku hanya tertarik pada tanah ...", beliau berkata.

Itu semua dimulai, Paus Fransiskus mengatakan, dengan perasaan yang membuat kalian melepaskan diri, tidak mengakui saudara kalian, dan itu berakhir dalam sebuah peperangan yang membunuh.

Hal ini, beliau mengatakan, adalah proses pertumpahan darah, dan darah begitu banyak orang di dunia saat ini berteriak kepada Allah dari tanah.

Paus Fransiskus mengakhiri homilinya dengan memohon kepada Tuhan agar membantu kita untuk mengulangi kata-kata-Nya : "Di mana saudaramu?" dan memikirkan orang-orang yang "kita hancurkan dengan lidah kita" dan orang-orang yang "di dunia diperlakukan sebagai benda dan bukan sebagai saudara, karena sebidang tanah lebih penting daripada ikatan persaudaraan".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.