Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 21 Februari 2017 : RASA MALU SUCI MENGATASI GODAAN AMBISI


Bacaan Ekaristi : Sir. 2:1-11; Mzm. 37:3-4,18-19,27-28,39-40; Mrk. 9:30-37

"Semoga Tuhan memberi kita rahmat 'rasa malu suci' di hadapan godaan ambisi". Itulah pesan Paus Fransiskus dalam homilinya selama Misa harian Selasa pagi 21 Februari 2017 di Casa Santa Marta, Vatikan. Beliau juga mengatakan bahwa barangsiapa ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.

Paus Fransiskus mengawali homilinya dengan mencatat bahwa "Kita semua akan tergoda". Beliau menarik ilham homilinya dari Bacaan Pertama (Sir 2:1-11), yang mengingatkan bahwa barangsiapa ingin melayani Tuhan haruslah siap akan godaan, dan Bacaan Injil (Mrk 9:30-37), yang di dalamnya Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya tentang wafat-Nya yang mendekat.

Para murid tidak mengerti mengapa Yesus mengatakan kepada mereka tentang wafat-Nya yang mendekat tetapi terlalu takut menanyakan apa yang dimaksudkan-Nya. Inilah, Paus Fransiskus mengatakan, "godaan untuk tidak menyelesaikan perutusan". Beliau mengatakan bahkan Yesus pun mengalami godaan ini.

Injil hari ini juga menyebutkan godaan lainnya, godaan ambisi. Para murid berdebat sepanjang jalan tentang siapa yang terbesar di antara mereka, tetapi berdiam diri ketika Yesus menanyakan kepada mereka apa yang sedang mereka bicarakan. Bapa Suci mengatakan mereka tidak menanggapi karena mereka merasa malu akan kata-kata mereka :

"Inilah orang-orang yang baik, yang ingin mengikuti dan melayani Tuhan. Tetapi mereka tidak menyadari bahwa jalan pelayanan kepada Tuhan bukan jalan yang mudah. Tidak seperti menjadi bagian dari sebuah kelompok, beberapa kelompok amal yang berbuat baik : Tidak, itu adalah sesuatu yang lain. Mereka takut akan hal ini. Itu terjadi, terjadi, dan akan terjadi. Marilah kita memikirkan pertikaian di sebuah paroki : 'Saya ingin menjadi ketua lembaga ini, agar naik tangga. Siapakah yang terbesar di sini? Siapakah yang terbesar di paroki ini? Bukan, aku bukan yang paling penting di sini; bukan orang itu di sana karena ia berbuat sesuatu ...' Dan itulah mata rantai dosa".

Paus Fransiskus juga memberi contoh-contoh lain dari godaan ini yang membawa seseorang untuk "berbicara buruk tentang orang lain" dan "naik tangga".

"Kadang-kadang kami para imam mengatakan dengan malu-malu di dalam dewan imam kami : 'Saya menginginkan paroki itu ... Tetapi Tuhan ada di sini ... Tetapi aku menginginkan paroki itu ...' Ini adalah hal yang sama. Ini bukanlah jalan Tuhan tetapi jalan kesombongan, jalan keduniawian. Hal yang sama terjadi bahkan di antara kami para uskup : keduniawian datang sebagai sebuah godaan. Berkali-kali [dikatakan] : 'Aku berada di keuskupan ini, tetapi melihat betapa pentingnya orang itu' dan aku mencoba untuk mempengaruhi seseorang, atau memberikan tekanan, untuk mendapatkan suatu tempat ..."

Oleh karena itu, Paus Fransiskus mendesak para pendengarnya untuk selalu memohon kepada "rahmat untuk menjadi malu ketika kita menemukan diri kita dalam situasi-situasi ini".

Yesus, beliau berkata, menjungkirbalikkan logika ini. Duduk di antara murid-murid-Nya Ia mengingatkan mereka bahwa "jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya". Yesus kemudian mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, mengatakan kepada mereka, "Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku".

Paus Fransiskus meminta para pendengarnya untuk mendoakan Gereja, "kita semua" agar Tuhan sudi membela kita "dari ambisi dan dari keduniawian ingin lebih besar daripada yang lain".

"Semoga Tuhan memberi kita rahmat rasa malu, rahmat rasa malu suci, ketika kita menemukan diri kita dalam situasi godaan itu dan menjadi malu : 'Tetapi apakah aku bisa berpikir seperti itu? Ketika aku melihat Tuhanku di kayu salib dan aku ingin menggunakan Tuhan untuk menaiki tangga? Dan semoga Tuhan memberi kita rahmat kesederhanaan seorang anak kecil. Saya membayangkan sebuah pertanyaan terakhir : "Tuhan, aku telah melayani Engkau sepanjang hidupku. Aku telah menjadi yang terakhir sepanjang hidupku. Dan sekarang apa? Apa yang dikatakan Tuhan? Katakanlah kepada dirimu sendiri : 'Aku seorang pelayan yang tidak layak'".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.