Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 30 Maret 2017 : ALLAH MENANGIS KETIKA KITA TERSESAT DARI KASIH-NYA

Bacaan Ekaristi : Kel. 32:7-14; Mzm. 106:19-20,21-22,23; Yoh. 5:31-47

Waspadalah berkenaan mengikuti khayalan-khayalan dan berhala-berhala palsu, karena Allah sajalah yang mengasihi kita dan menanti kita laksana seorang bapa. Itulah pesan Paus Fransiskus dalam homilinya selama Misa harian Kamis pagi 30 Maret 2017 di Casa Santa Marta, Vatikan.

Mengulas Bacaan Pertama liturgi hari itu (Kel. 32:7-14), Bapa Suci berfokus pada kasih Allah bagi umat-Nya, meskipun ketidaksetiaan mereka. Bahkan hari ini, beliau mengatakan, ada baiknya bagi kita menanyakan apakah kita menjauhkan diri dari Tuhan guna mengikuti berhala-berhala dan keduniawian.

Dari Bacaan Pertama tersebut Paus Fransiskus mengambil inspirasi untuk merenungkan “impian dan kekecewaan Allah”. Bangsa, beliau mengatakan, adalah “impian Allah. Ia memimpikan mereka karena Ia mengasihi mereka”. Tetapi bangsa mengkhianati impian Bapa dan maka Allah "yang mulai kecewa", meminta Musa turun dari gunung tempat ia pergi untuk menerima Hukum Allah. Bangsa “tidak memiliki kesabaran untuk menantikan Allah" bahkan selama 40 hari. Mereka telah membuatkan bagi diri mereka seekor anak lembu emas dan “mereka melupakan Allah yang telah menyelamatkan mereka”.

Nabi Barukh, kata Paus Fransiskus, “memiliki sebuah ungkapan yang baik bagi bangsa ini : ‘Kamu telah melupakan Dia yang memeliharamu’”.

“Melupakan Allah yang menjadikan kita, yang membangkitkan kita, dan yang menyertai kita dalam kehidupan kita : inilah kekecewaan Allah. Dan kerap kali dalam Injil Yesus berbicara dalam perumpamaan-perumpamaan tentang laki-laki itu yang membangun sebuah kebun anggur, yang kemudian gagal, karena para pekerja ingin mengambilnya untuk diri mereka sendiri. Dalam hati manusia selalu ada kegelisahan ini! Tidaklah puas dengan Allah, dengan kasih setia. Hati manusia selalu cenderung mengarah pada ketidaksetiaan. Ini adalah sebuah godaan”.

Allah, oleh karena itu, “melalui nabi menegur bangsa ini”, yang “tidak langgeng dan tidak tahu bagaimana menanti”. Mereka tersesat dari Allah guna mencari allah lain.

“Kekecewaan Allah adalah ketidaksetiaan umat ... Dan kita adalah umat Allah. Kita mengenal dengan baik bagaimana [disposisi] hati kita, dan setiap hari kita harus mengambil lagi jalan tersebut agar tidak meluncur perlahan-lahan ke arah berhala-berhala, khayalan-khayalan, keduniawian, dan ketidaksetiaan. Saya pikir akan ada baiknya kita hari ini merenungkan Tuhan yang kecewa : ‘Katakanlah, Tuhan, apakah Engkau kecewa padaku?’ Dalam sesuatu, ya, pasti. Tetapi renungkanlah, dan tanyakanlah pada dirimu sendiri pertanyaan ini”.

Allah, Paus Fransiskus menegaskan, “memiliki hati yang lembut, hati seorang bapa”. Beliau mengingatkan bahwa Yesus menangisi “Yerusalem”. Marilah kita bertanya kepada diri sendiri, beliau berkata, apakah “Allah menangisiku”, apakah “Ia kecewa padaku”, dan apakah “aku telah menjauhkan diri dari Tuhan”. Beliau bertanya dengan suara nyaring, “Berapa banyak berhala yang kumiliki, yang tidak dapat kuenyahkan, yang menjadikanku seorang budak? Penyembahan berhala yang kita miliki di dalam diri kita ... Dan Allah menangisiku”.

“Marilah kita merenungkan hari ini kekecewaan Allah ini, yang menciptakan kita karena kasih, sementara kita pergi mencari cinta, kesejahteraan di tempat lain dan bukan dalam kasih-Nya. Kita menjauhkan diri dari Allah ini yang membangkitkan kita. Ini adalah sebuah pemikiran untuk Masa Prapaskah. Akan ada baiknya kita lakukan. Lakukanlah pemeriksaan batin kecil ini setiap hari : 'Tuhan, Engkau yang memiliki begitu banyak impian terhadapku, aku tahu bahwa aku telah pergi jauh dari-Mu, tetapi katakanlah padaku ke mana dan bagaimana untuk kembali ...'. Kejutan akan merupakan Ia pernah menanti kita, laksana seorang bapa dari anak yang hilang yang melihatnya dari kejauhan, karena Ia sedang menantinya”.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.