Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 4 April 2017 : SALIB BUKANLAH LENCANA KEPEMILIKAN

Bacaan Ekaristi : Bil. 21:4-9; Mzm. 102:2-3,16-18,19-21; Yoh. 8:21-30.

Paus Fransiskus mengatakan orang-orang kristiani tidak memakai salib hanya sebagai lambang kepemilikan tetapi untuk melihat Yesus di kayu salib sebagai Dia yang telah wafat bagi keselamatan kita. Itulah kata-kata yang disampaikan Bapa Suci dalam homilinya selama Misa harian Selasa pagi 4 April 2017 di Casa Santa Marta, Vatikan.

Tiga kali, Paus Fransiskus mengatakan, dalam Bacaan Injil hari itu (Yoh. 8:21-30), Yesus berkata kepada orang-orang Farisi : “Kamu akan mati dalam dosamu”. Itu karena hati mereka tertutup dan mereka tidak memahami misteri Tuhan. “Mati dalam dosamu”, beliau berkata, adalah suatu hal yang buruk.

Merenungkan Bacaan Pertama (Bil. 21:4-9) yang di dalamnya Tuhan memberitahu Musa untuk membuat ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang maka "setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup", Paus Fransiskus mengatakan ular adalah “lambang setan”, bapa segala dusta, dia yang menyebabkan manusia berbuat dosa.

Dan beliau mengingatkan bahwa Yesus mengatakan, "Apabila kamu telah meninggikan Putra Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diriKu sendiri”. Inilah, Paus Fransiskus mengatakan, misteri Salib. “Ular tembaga adalah tanda dua hal : tanda dosa dan tanda kuasa dosa yang menggoda”, dan itulah sebuah nubuat Salib, beliau berkata.

Salib, beliau melanjutkan, bukan hanya lambang kepemilikan, tetapi adalah kenangan akan Allah yang dibuat berdosa karena kasih. Sebagaimana dikatakan Santo Paulus : “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita”.

Mengambil atas diri-Nya seluruh kecemaran umat manusia, Paus Fransiskus mengatakan, ia ditinggikan sehingga semua orang yang terluka oleh dosa akan mampu melihat-Nya. "Keselamatan datang hanya dari Salib, dari Salib ini yakni Allah yang menjadi daging”, beliau berkata.

Dan beliau menunjukkan : “Tidak ada keselamatan dalam gagasan-gagasan, tidak ada keselamatan dalam niat baik, dalam keinginan untuk menjadi baik ... Satu-satunya keselamatan adalah dalam Kristus yang disalibkan, karena seperti ular tembaga, Ia mampu mengambil seluruh racun dosa dan menyembuhkan kita”.

Kemudian Paus Fransiskus bertanya : “Bagimu apakah Salib itu? Ya, itu adalah lambang kristiani. Kita membuat tanda salib, tetapi sering kali kita tidak melakukannya dengan baik ...”.

Bagi beberapa orang, beliau berkata, Salib seperti sebuah lencana kepemilikan, mereka memakainya untuk menunjukkan mereka adalah orang-orang kristiani, atau bahkan dalam mengusahakan keterlihatan, mereka memakainya sebagai sebuah dandanan yang dihiasi dengan permata yang berharga.

Tetapi, beliau mengingatkan, "Allah mengatakan kepada Musa bahwa setiap orang yang melihat ular tersebut akan tetap hidup", dan Yesus mengatakan kepada musuh-musuh-Nya, "Apabila kamu telah meninggikan Putra Manusia, maka kamu akan menyadari bahwa Akulah Putra Allah".

Barangsiapa yang tidak memandang Salib dengan iman, Paus Fransiskus mengatakan, akan mati dalam dosa-dosanya, tidak akan menerima keselamatan.

Hari ini, Paus Fransiskus mengatakan, Gereja mengusulkan “sebuah dialog dengan misteri Salib, dengan Allah yang menjadi berdosa demi kita”.

“Kita masing-masing dapat mengatakan Ia menjadi berdosa demi kasih akan daku”, beliau berkata.

Paus Fransiskus mengajak umat beriman untuk memikirkan mereka memakai Salib, dan bagaimana menyadari diri mereka ketika membuat tanda salib, Paus Fransiskus mengakhiri dengan meminta kepada kita masing-masing untuk memandang Allah yang menjadi berdosa ini sehingga kita tidak mati dalam dosa-dosa kita, dan merenungkan pertanyaan-pertanyaan yang baru saja disarankan.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.