Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 16 Mei 2017 : DAMAI SEJAHTERA YESUS ADALAH NYATA DAN BUKANLAH DAMAI SEJAHTERA DUNIA YANG MEMBIUS

Bacaan Ekaristi : Kis. 14:19-28; Mzm. 145:10-11,12-13ab,21; Yoh. 14:27-31a.

Damai sejahtera sejati bukanlah buatan manusia melainkan karunia Roh Kudus. "Damai sejahtera tanpa salib bukanlah damai sejahtera Yesus" karena hanya Tuhanlah yang dapat memberi kita damai sejahtera di tengah-tengah kesukaran-kesukaran besar. Inilah pesan utama Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Selasa pagi, 16 Mei 2017, di kapel Casa Santa Marta, Vatikan.

Mengembangkan homilinya dari perkataan Yesus pada Perjamuan Terakhir dalam Injil Yohanes, "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu", Bapa Suci memusatkan perhatian pada arti damai sejahtera yang diberikan oleh Tuhan. Bacaan Pertama liturgi hari itu (Kis. 14:19-28), beliau mencatat, berbicara tentang banyak kesukaran besar yang dialami Paulus dan Barnabas dalam perjalanan mereka untuk mewartakan Injil. "Inikah damai sejahtera yang diberikan Yesus kepada kita?"; tanya Paus Fransiskus, dan beliau langsung menjawab bahwa Yesus menekankan damai sejahtera yang Ia berikan bukanlah damai sejahtera yang diberikan oleh dunia.

"Damai sejahtera yang ditawarkan dunia kepada kita", kata Paus Fransiskus, "adalah damai sejahtera tanpa kesukaran-kesukaran besar. Ia memberi kita damai sejahtera buatan "yang dikerdilkan menjadi ketenangan". Ia adalah damai sejahtera "yang hanya menyangkut urusannya dan keamanannya, tanpa kekurangan apapun", sedikit seperti damai sejahtera orang kaya di dalam perumpamaan Lazarus, sebuah ketenangan yang "menutup" diri tanpa melihat "lebih jauh" :

"Dunia mengajarkan kita jalan menuju damai sejahtera yang membius : ia membius kita dari melihat kenyataan kehidupan yang lain : Salib. Inilah sebabnya Paulus mengatakan bahwa kita harus masuk ke dalam Kerajaan Surga pada jalan dengan banyak kesukaran besar. Tetapi apakah mungkin mendapatkan damai sejahtera di tengah-tengah kesukaran-kesukaran?

Dari pihak kita, tidak; kita tidak bisa menghasilkan damai sejahtera yakni ketenangan, damai sejahtera psikologis, damai sejahtera kita, karena kesukaran-kesukaran besar ada di sana, entah itu rasa sakit, penyakit atau kematian. Namun, damai sejahtera yang diberikan Yesus adalah karunia : ia adalah karunia Roh Kudus; dan damai sejahtera ini berlangsung melalui kesukaran-kesukaran besar dan melebihi. Ia bukanlah semacam menahan derita tanpa mengeluh dari 'kaum petapa yang hidup dari sedekah'. Bukan, itu adalah sesuatu yang lain".

Menurut Paus Fransiskus, damai sejahtera Allah adalah "karunia yang membuat kita terus berjalan". Setelah mengaruniakan damai sejahtera kepada murid-murid-Nya, Yesus menderita di Taman Zaitun dan di sana "Ia mempersembahkan segalanya kepada kehendak Bapa dan menderita, tetapi Ia tidak kekurangan penghiburan Allah. "Pada kenyataannya, Injil, mengatakan bahwa "seorang malaikat menampakkan diri kepada-Nya dari surga untuk menghibur-Nya" :

"Damai sejahtera Allah adalah damai sejahtera sejati, yang memasuki kenyataan kehidupan, yang tidak menyangkal kehidupan, yakni kehidupan. Ada penderitaan, ada orang-orang sakit, ada banyak hal buruk, ada peperangan ... tetapi damai sejahtera itu ada dalam pikiran, yang merupakan karunia, tidak hilang, tetapi berjalan ke depan memanggul Salib dan menderita. Damai sejahtera tanpa Salib bukanlah damai sejahtera Yesus : damai sejahtera yang bisa dibeli, itu bisa terjadi, tetapi itu tidak bertahan lama; ia akan sampai pada kesudahannya".

Ketika saya menjadi marah, Paus Fransiskus berkata, "Saya kehilangan damai sejahtera". Ketika hati saya "terganggu", "itu karena saya tidak terbuka terhadap damai sejahtera Yesus", karena saya tidak dapat "menanggung kehidupan seperti apa adanya, dengan salibnya dan duka yang menyertainya". Sebaliknya, kita harus mampu memohonkan rahmat untuk memohon kepada Tuhan bagi damai sejahtera-Nya :

"'Kita harus memasuki Kerajaan Allah melalui banyak kesukaran besar'. Rahmat damai sejahatera - rahmat tidak kehilangan damai sejahtera damai sejahtera batin itu. Mengenai hal ini, seorang santo berkata, 'Kehidupan kristiani adalah sebuah perjalanan di antara penganiayaan-penganiayaan dunia dan penghiburan-penghiburan Allah' (Santo Agustinus). Semoga Tuhan membuat kita memahami dengan baik apa damai sejahtera ini yang Ia berikan kepada kita bersama dengan Roh Kudus".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.