Bacaan Ekaristi : Kis 16:16-34; Mzm 138:1-2a.2b-3.7c-8; Yoh 16:5-11
Pada ulang tahun kedua beatifikasi Uskup Agung Oscar Romero, yang terbunuh pada tahun 1980 oleh pasukan militer yang terkait dengan rezim di San Salvador saat ia membela orang-orang miskin, Paus Fransiskus mengingat semangat kerohanian Uskup Romero dan semangat untuk mendapatkan keadilan seraya memperingatkan umat beriman terhadap Gereja yang 'suam-suam kuku'. Itulah yan disampaikan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Selasa pagi 23 Mei 2017 di Casa Santa Marta, Vatikan.
Paus Fransiskus mendesak umat untuk mengesampingkan kenyamanan dan merangkul suatu gaya hidup mewartakan Yesus yang energik dengan sukacita. Beliau merenungkan Bacaan Pertama liturgi hari itu (Kis 16:16-34) yang menceritakan kisah Paulus dan Silas di Filipi di mana mereka diikuti oleh seorang hamba perempuan yang mempunyai roh tenung yang sedang berseru, "Orang-orang ini adalah hamba-hamba Allah Yang Mahatinggi". Ini tampak seperti pujian, kata Paus Fransiskus, namun Paulus menjadi kesal dan mengusir roh itu. Paulus memahami, Paus Fransiskus menjelaskan, bahwa itu bukanlah jalan menuju pertobatan kota itu; bukanlah Gereja Kristus. Semua orang di sana menerima ajaran tersebut, tidak ada satupun pertobatan.
Situasi-situasi serupa, Paus Fransiskus melanjutkan, telah terulang dalam sejarah keselamatan : ketika umat Allah diam, mereka tidak mengambil resiko, namun merupakan hamba-hamba 'keduniawian'. Lalu Tuhan, beliau berkata, mengutus para nabi yang - seperti Paulus - teraniaya "karena mereka membuat orang-orang tidak nyaman".
"Dalam Gereja ketika seseorang berseru menentang berbagai jalan keduniawian, mereka diberi 'mata nanar' seolah-olah ada yang salah dengan mereka, dan kemudian mereka menjauhinya", beliau berkata.
Paus Fransiskus berbicara tentang kenangan-kenangan pribadi dari tanah airnya sendiri dengan mengingat banyak pria dan wanita, yang beliau katakan, bukanlah para pendukung sebuah ideologi tetapi "adalah para pelaku hidup bakti yang baik" yang angkat bicara dengan mengatakan "Tidak, Gereja Yesus adalah seperti ini .... : mereka dicap sebagai orang-orang komunis dan teraniaya", beliau berkata.
"Pikirkanlah Beato Romero. Apa yang terjadi padanya karena telah mengatakan yang sebenarnya? Dan begitu banyak orang lainnya dalam sejarah Gereja, bahkan di sini di Eropa. Mengapa? Karena roh jahat lebih menyukai sebuah Gereja yang tenang-tenang dan bebas resiko, sebuah Gereja yang mirip bisnis, sebuah Gereja yang nyaman dan suam-suam kuku", beliau mengatakan.
Dalam Kisah Para Rasul Bab 16 dikatakan juga bahwa hamba-hamba dari hamba itu marah : mereka telah kehilangan harapan untuk menghasilkan uang karena hamba itu tidak dapat lagi ilahi.
"Yang jahat, Paus Fransiskus memperingatkan, selalu dimulai dari saku. Bila Gereja suam-suam kuku, tenang-tenang, terkelola, ketika tidak ada masalah, lihatlah tempat bisnis dibuat", beliau berkata.
Paus Fransiskus juga memusatkan homilinya, pada sukacita. Sebenarnya, beliau menceritakan bagaimana Paulus dan Silas diseret oleh tuan-tuan perempuan itu kepada penguasa yang memerintahkan mereka untuk didera dan kemudian dimasukkan ke dalam penjara. Kepala penjara melemparkan mereka ke ruang penjara yang paling tengah di mana kedua orang itu berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah. Menjelang tengah malam sebuah gempa bumi yang hebat mengempas semua pintu penjara terbuka. Kepala penjara akan kehilangan nyawanya karena ia pasti dibunuh jika para tahanan berhasil lolos, tetapi Paulus mendesaknya untuk tidak melakukannya karena, ia mengatakan, "kami semua masih ada di sini". Kemudian kepala penjara meminta penjelasan dan bertobat. Ia membasuh bilur mereka, dibaptis, dan "dipenuhi dengan sukacita".
Inilah, kata Paus Fransiskus, jalan pertobatan kita sehari-hari : "bergerak dari ya Katolik yang suam-suam kuku, yang duniawi, tenang-tenang, aman, menuju pewartaan akan Yesus Kristus yang sejati; menuju sukacita pemakluman Kristus. Kita harus bergerak, beliau berkata, dari sebuah agama yang terlalu banyak mencari penghasilan, menuju iman dan pewartaan bahwa 'Yesus adalah Tuhan'.
Inilah, Paus Fransiskus melanjutkan, adalah mukjizat yang ditunjukkan oleh Roh Kudus, dan beliau mengundang umat membaca Kisah Para Rasul Bab 16 untuk melihat bagaimana Tuhan "bersama dengan para martirnya" membuat Gereja bergerak maju.
Paus Fransiskus mengakhiri homilinya dengan mengatakan bahwa sebuah Gereja tanpa martir melahirkan ketidakpercayaan; sebuah Gereja yang tidak mengambil resiko menimbulkan ketidakpercayaan; sebuah gereja yang takut mewartakan Yesus Kristus dan takut mengusir setan, berhala-berhala dan penguasa uang bukanlah Gereja Kristus.
"Marilah kita memohonkan kepada Tuhan rahmat untuk mendapatkan kekuatan baru dalam iman dan pertobatan dari sebuah cara hidup yang suam-suam kuku sehingga kita dapat membuat pewartaan yang penuh sukacita bahwa Yesus adalah Tuhan", beliau berkata.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.