Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARIAN 26 Mei 2017 : MENATAP KE SURGA DENGAN KAKI TETAP BERPIJAK DI BUMI

Bacaan Ekaristi : Kis 18:9-18; Mzm 47:2-3.4-5.6-7; Yoh 16:20-23a.

Tempat Kristen adalah di dunia ini, untuk mewartakan Yesus; namun tatapannya beralih ke surga untuk dipersatukan dengan-Nya : itulah pesan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Jumat pagi 26 Mei 2017 di Casa Santa Marta, Vatikan.

Kitab Suci, Paus Fransiskus mengatakan, memberi kita tiga kata, tiga titik acuan untuk perjalanan kristiani. Kata pertama adalah "kenangan". Yesus yang bangkit menyuruh murid-murid-Nya pergi mendahului-Nya ke Galilea, dan inilah perjumpaan pertama dengan Tuhan. Kita masing-masing "memiliki 'Galileanya sendiri", di mana Yesus memperlihatkan diri-Nya untuk pertama kalinya, di mana kita telah mengenal-Nya dan telah memiliki "sukacita ini, antusiasme untuk mengikut-Nya ini". Agar "menjadi orang kristiani yang baik perlu untuk selalu memiliki ingatan akan perjumpaan pertama dengan Yesus ini, atau akan perjumpaan-perjumpaan berikutnya. "Rahmat ingatan"-lah yang dalam "dalam saat pencobaan memberi saya kepastian".

Kata kedua adalah "doa". Ketika Yesus naik ke surga, Paus Fransiskus menjelaskan, Ia tidak memutuskan hubungan-Nya dengan kita : "Secara jasmani, ya, tetapi Ia selalu bergabung kepada kita dengan mengantarai kita. Ia memperlihatkan kepada Bapa luka-luka-Nya, harga yang telah Ia bayarkan untuk kita, untuk keselamatan kita". Dan maka "kita harus memohon rahmat merenungkan surga, rahmat doa, hubungan dengan Yesus dalam doa, pada saat itulah Ia mendengarkan kita, Ia bersama kita" :

"Lalu ada kata ketiga : "dunia". Yesus, sebelum Ia meninggalkan mereka - seperti yang kita dengar kemarin dalam Bacaan Injil Hari Raya Kenaikan Yesus Ke Surga (Mat 28:16-20) - berkata kepada para murid : 'Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku'. Pergilah : tempat orang kristiani ada di dunia ini untuk mewartakan Sabda Yesus, untuk mengatakan bahwa kita diselamatkan, bahwa Ia datang untuk memberi kita rahmat, untuk membawa kita semua bersama Dia ke hadapan Bapa".

Inilah, kata Paus Fransiskus, "topografi roh kristiani", tiga titik acuan kehidupan kita : kenangan, doa, perutusan; dan tiga kata untuk perjalanan kita : Galilea, surga, dunia :

"Orang kristiani harus bergerak dalam tiga dimensi ini, dan meminta rahmat kenangan : mengatakan kepada Tuhan, 'Jangan biarkan aku melupakan saat ketika Engkau memilihku, jangan biarkan aku melupakan saat kita bertemu'. Kemudian, berdoa, melihat ke surga karena Ia ada di sana, mengantarai. Ia mengantarai kita. Dan kemudian, melanjutkan perutusan : yakni, bukan mengatakan bahwa setiap orang harus menjalani perutusan ke luar negeri; [melainkan] melanjutkan perutusan adalah menghidupi dan memberi kesaksian akan Injil, itu membuat Yesus dikenal oleh semua orang. Dan melakukannya melalui kesaksian dan melalui Sabda : karena jika aku memberitahu orang-orang tentang Yesus, dan tentang kehidupan kristiani, dan kemudian hidup seperti seorang kafir, perutusan tidak akan terjadi. Perutusan tidak akan berjalan maju".

Sebaliknya, jika kita hidup dalam kenangan, dalam doa, dan dalam perutusan, Paus Fransiskus mengakhiri, kehidupan kristiani akan indah, dan juga penuh sukacita :

"Dan inilah kata terakhir yang disampaikan Yesus kepada kita hari ini di dalam Injil (Yoh 16:20-23a) : 'Pada hari itu, hari yang di dalamnya kamu menjalani kehidupan kristiani dengan cara ini, kamu akan mengetahui segala hal dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas sukacitamu itu dari padamu'. "Tidak ada seorang pun, karena aku memiliki kenangan perjumpaanku dengan Yesus; aku memiliki kepastian bahwa Yesus ada di surga pada saat ini dan Ia sedang mengantaraiku, Ia menyertaiku; serta aku berdoa dan aku memiliki keberanian untuk berbicara, pergi keluar dari diriku, serta berbicara kepada orang lain dan memberi kesaksian dengan kehidupanku bahwa Tuhan telah bangkit, Ia tetap hidup. Kenangan, doa, perutusan. Semoga Tuhan memberi kita rahmat untuk memahami topografi kehidupan kristiani ini dan berjalan maju dengan sukacita, dengan sukacita itu yang tidak ada seorang pun yang dapat merampasnya dari kita".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.