Bacaan Ekaristi : Kis. 11:1-18; Mzm. 42:2-3;43:3,4; Yoh. 10:11-18
Waspadalah terhadap dosa menolak Roh Kudus dan selalu terbukalah terhadap kejutan-kejutan Allah. Inilah seruan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Senin pagi 8 Mei 2017 di Casa Santa Marta, Vatikan. Beliau mengulas perikop dari Kisah Para Rasul yang menceritakan Santo Petrus berdebat dengan jemaat kristiani perdana mengenai keterbukaan terhadap orang-orang kafir yang bergabung dengan Gereja. Beliau menekankan bahwa Roh Kudus selalu menggerakkan Gereja dan jemaat kristiani.
Paus Fransiskus mengatakan bahwa Roh Kudus mengerjakan mukjizat-mukjizat dan menciptakan hal-hal baru serta "dengan jelas beberapa orang mencemaskan kebaharuan-kebaruan Gereja ini".
"Roh adalah karunia Allah, karunia Allah ini, Bapa kita yang selalu mengejutkan kita. Allah kejutan-kejutan... Mengapa? Karena Ia adalah seorang Allah yang hidup, yang berdiam di dalam diri kita, seorang Allah yang menggerakkan hati kita, seorang Allah yang berada di dalam Gereja dan berjalan bersama kita serta dalam perjalanan ini Ia mengejutkan kita. Dialah yang memiliki daya cipta untuk menciptakan dunia, daya cipta untuk menciptakan hal baru setiap hari. Dialah Allah yang mengejutkan kita.
"
Hal ini, Paus Fransiskus menjelaskan, dapat menciptakan "kesulitan-kesulitan" seperti yang dihadapi Petrus ketika ia berselisih pendapat dengan murid-murid lainnya karena mereka tahu bahwa "bahkan orang-orang kafir pun telah menyambut Sabda Allah". Bagi mereka, Petrus telah pergi terlalu jauh dan mereka menegurnya karena menurut mereka ia menjadi "sebuah skandal" bahkan sampai pada titik mengatakan, "Engkau, Petrus, Sang Batu Karang Gereja! Ke manakah engkau menuntun kami?".
Petrus, Paus Fransiskus mengingatkan, menceritakan penglihatannya, "sebagai tanda Allah" yang membantunya "mengambil keputusan yang berani". Petrus "dapat menerima kejutan Allah". Oleh karena itu, berhadapan dengan banyak kejutan Allah, "para rasul berkumpul, bertukar pikiran dan mencapai kesepakatan" agar "maju selangkah sebagaimana diinginkan Tuhan".
"Sejak zaman para nabi sampai sekarang, dosa menolak Roh Kudus selalu ada : perlawanan terhadap Roh ini. Inilah dosa yang dengannya Stefanus mempersalahkan para anggota Mahkamah Agama : "Kamu dan para nenek moyangmu selalu melawan Roh Kudus". Tidak, hal itu selalu dilakukan dengan cara ini, dan harus dilakukan demikian. Mereka mengatakan kepada Petrus agar jangan membawa kebaruan ini, tetap adem ayem ... minum obat penenang dan menenangkan saraf ... tenanglah ... jadi suara Allah terbungkam. Dalam mazmur Tuhan berbicara kepada umat : "Jangan mengeraskan hatimu seperti para nenek moyangmu".
Mengulas Bacaan Injil liturgi hari itu (Yoh. 10:11-18) yang berbicara tentang Gembala yang Baik, Paus Fransiskus mengatakan bahwa Tuhan selalu meminta kita untuk tidak mengeraskan hati kita. "Apa yang diinginkan Tuhan", beliau berkata, "adalah lain", ada kawanan domba lain yang bukan milik-Nya, tetapi hanya ada satu kawanan domba dan satu gembala". Bapa Suci mengatakan bahwa orang-orang kafir ini terkutuk; bahkan ketika mereka menjadi orang-orang percaya, mereka dianggap sebagai "orang-orang percaya kelas dua - tak seorang pun mengatakannya, tetapi itu adalah sebuah fakta".
Ungkapan, "Hal ini selalu dilakukan seperti ini" membungkam dan menolak Roh Kudus, serta hal ini membunuh kebebasan, membunuh sukacita, membunuh kesetiaan kepada Roh Kudus yang selalu bertindak lebih dulu dan membawa Gereja maju. Tetapi kemudian pertanyaannya - bagaimana saya bisa tahu apakah itu berasal dari Roh Kudus atau dari keduniawian, roh dunia atau roh iblis? Untuk ini, seseorang perlu memohonkan rahmat kearifan - alat yang telah dianugerahkan Roh kepada kita. "Bagaimana seharusnya kita menjadi arif dalam setiap kesempatan? Jawabannya, kata Paus Fransiskus, adalah cara yang dilakukan para rasul : mereka berkumpul, berbicara dan melihat jalan Roh Kudus. Sebaliknya, orang-orang tanpa rahmat ini atau mereka yang tidak berdoa untuk hal itu tetap dan masih tertutup".
Paus Fransiskus mengatakan bahwa di antara banyak penemuan orang kristiani harus "belajar menjadi arif, membedakan satu hal dari yang lain, membedakan kebaruan, anggur baru yang berasal dari Allah dan kebaruan yang berasal dari semangat dunia dan iblis". "Iman", beliau menegaskan, "tidak pernah berubah. Ia selalu sama. Tetapi, ia semakin meluas dan berkembang menjadi sebuah gerakan". Di sini Paus Fransiskus mengingat Santo Vincensius dari Lerins, seorang biarawan abad-abad perdana, yang mengatakan, "Kebenaran-kebenaran Gereja terus berlanjut : mereka diperkuat bertahun-tahun, berkembang seiring berjalannya waktu, semakin mendalam seiring berjalannya masa, dan karena mereka tumbuh lebih kuat seiring berjalannya waktu dan tahun serta berkembang seiring berjalannya waktu dan menjadi lebih menonjol seiring berjalannya usia Gereja". Paus Fransiskus mengakhiri homilinya dengan mendesak umat yang hadir untuk memohon rahmat kearifan agar tidak salah jalan dan terjebak dalam ketidakmampuan bergerak, kekakuan dan ketertutupan hati".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.