Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 17 November 2017 : MELUANGKAN WAKTU UNTUK MEMIKIRKAN KEMATIAN

Bacaan Ekaristi : Keb. 13:1-9; Mzm. 19:2-3,4-5; Luk. 17:26-37.

Dengan Bacaan-bacaan hari ini, Gereja mengundang kita untuk merenungkan akhir dunia, tetapi juga pada akhir kehidupan kita sendiri. Paus Fransiskus mendasarkan homilinya pada Bacaan Injil (Luk 17:26-37), di mana Tuhan berbicara tentang kehidupan sehari-hari laki-laki dan perempuan pada zaman sebelum air bah, atau pada zaman Lot - mereka menjalani kehidupan seperti biasa, makan dan minum, berdagang, menikah. Tetapi "hari pernyataan diri Tuhan" tiba - dan segala sesuatunya berubah.

Gereja, Bunda kita, menginginkan kita meluangkan waktu untuk memikirkan kematian kita sendiri, kata Paus Fransiskus. Kita semua terbiasa dengan rutinitas kehidupan sehari-hari. Kita pikir segalanya tidak akan pernah berubah. Tetapi, Paus Fransiskus melanjutkan, hari tersebut akan tiba saat kita akan dipanggil oleh Tuhan. Bagi beberapa orang pasti hari itu tak terduga; bagi orang lainnya hari itu mungkin akan terjadi setelah sakit yang lama - tetapi panggilan akan datang. Dan kemudian, Paus Fransiskus berkata, akan ada kejutan lain dari Tuhan : kehidupan yang kekal.

Inilah sebabnya mengapa Gereja meminta kita untuk "berhenti sejenak, meluangkan waktu untuk memikirkan kematian". Kita seharusnya tidak menjadi terbiasa dengan kehidupan duniawi, seolah-olah itu adalah kekekalan. "Suatu hari akan tiba", kata Paus Fransiskus, menggemakan kata-kata Yesus dalam Injil, "ketika kamu akan dibawa pergi" untuk pergi bersama dengan Tuhan. Jadi, merenungkan akhir kehidupan kita adalah baik.

"Memikirkan kematian bukanlah sebuah khayalan yang mengerikan", kata Paus Fransiskus. "Entah mengerikan atau tidak tergantung padaku, dan bagaimana aku memikirkannya - tetapi apa yang akan terjadi, yang akan terjadi". Ketika kita meninggal, kita akan bertemu dengan Tuhan - "inilah keindahan kematian, keindahan kematian akan menjadi sebuah perjumpaan. dengan Tuhan, Dialah yang datang untuk bertemu dengan kamu, dengan mengatakan, "Mari, marilah, [kamu] yang diberkati oleh Bapa-Ku, marilah bersama-sama dengan Aku".

Bapa Suci mengakhiri homilinya dengan sebuah cerita tentang seorang imam tua yang merasa sedang tidak enak badan. Ketika ia pergi ke dokter, dokter tersebut mengatakan kepadanya bahwa ia sakit. "Mungkin kami sudah mendapati penyakitnya dan lambat laun mengobatinya", kata dokter itu kepadanya. "Kami akan mencoba perlakuan ini, dan jika ini tidak berhasil, kami akan mencoba perlakuan lain. Dan jika itu tidak berhasil, kita akan mulai berjalan [bersama-sama], dan saya akan menemani kamu sampai paling akhir".

Seperti dokter tersebut, kita juga, kata Paus Fransiskus, harus saling menemani dalam perjalanan ini. Kita harus melakukan semua yang kita bisa untuk membantu orang sakit; tetapi selalu menanti-nantikan takdir akhir kita, hari pada saat Tuhan akan datang untuk membawa kita bersama-Nya menuju rumah surgawi kita.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.