Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 31 Oktober 2017 : KEBERANIAN DIPERLUKAN UNTUK BERTUMBUHNYA KERAJAAN ALLAH


Bacaan Ekaristi : Rm. 8:18-25; Mzm. 126:1-2ab,2cd-3,4-5,6; Luk. 13:18-21

Untuk membantu bertumbuhnya Kerajaan Allah diperlukan keberanian untuk menabur biji sesawi dan mencampur ragi, di hadapan banyak orang yang lebih memilih "kepedulian pemeliharaan pastoral" tanpa mengotori tangan mereka. Paus Fransiskus menyampaikan hal tersebut dalam homilinya selama Misa harian Selasa pagi 31 Oktober 2017 di kapel Casa Santa Marta, Vatikan. Paus Fransiskus mengacu pada Bacaan Injil liturgi hari itu (Luk 13:18-21) di mana Yesus membandingkan Kerajaan Allah dengan biji sesawi dan ragi, yang meskipun kecil, "memiliki sebuah kekuatan untuk bertumbuh di dalamnya". Demikian juga, kuasa Kerajaan Allah berasal dari dalam.

Dalam suratnya kepada jemaat Roma, Paus Fransiskus berkata, Santo Paulus berbicara tentang banyak kecemasan hidup yang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kemuliaan yang menanti kita. Mengulas tentang pergumulan di antara penderitaan dan kemuliaan, Paus Fransiskus mengatakan, dalam penderitaan-penderitaan kita, sebenarnya ada "pengharapan yang kuat" untuk sebuah "pewahyuan agung Kerajaan Allah". Sebuah pengharapan yang tidak hanya dimiliki oleh kita tetapi juga seluruh makhluk, yang rapuh seperti kita, terbentang menuju "pewahyuan anak-anak Allah". Kekuatan batin yang menuntun kita untuk mengharapkan kepenuhan Kerajaan Allah ini, Paus Fransiskus menunjukkan, adalah Roh Kudus.

Paus Fransiskus mengatakan bahwa harapan inilah yang membawa kita pada kepenuhan, harapan untuk keluar dari penjara ini, keterbatasan ini, perbudakan ini, korupsi ini, dan meraih kemuliaan, adalah sebuah perjalanan harapan. Dan harapan, kata Paus Fransiskus, adalah karunia Roh Kudus yang ada di dalam diri kita dan membawa kita menuju pembebasan, menuju kemuliaan yang besar. Inilah sebabnya mengapa Yesus mengatakan bahwa di dalam biji sesawi yang mungil ini ada kekuatan yang "memperlancar suatu pertumbuhan yang tak terbayangkan". "Hal yang sama di dalam diri kita dan di dalam ciptaan, Paus Fransiskus menunjukkan. Roh Kuduslah yang meledak dan memberi kita harapan.

Paus Fransiskus menjelaskan bahwa hidup dalam pengharapan berarti membiarkan kekuatan Roh Kudus membantu kita bertumbuh dalam kepenuhan akan kemuliaan yang menanti kita. Tetapi sama seperti ragi yang harus dicampur dan biji sesawi harus ditaburkan, atau kekuatan batin akan tetap terbengkalai, demikian pula Kerajaan Allah harus bertumbuh dari dalam, dan bukan "oleh karena penyebaran agama".

Paus Fransiskus mencatat bahwa di dalam Gereja kita bisa melihat baik keberanian maupun ketakutan untuk menabur benih dan mencampur ragi. Ada orang-orang yang merasa aman dengan "kepedulian pemeliharaan pastoral", yang menghalangi bertumbuhnya Kerajaan Allah. Paus Fransiskus mengakui selalu ada beberapa kerugian dalam menabur Kerajaan Allah. Kita kehilangan benih dan tangan kotor. Beliau memperingatkan orang-orang yang mewartakan Kerajaan Allah dengan khayalan tidak menjadi kotor. Membandingkan mereka dengan para penjaga museum, beliau mengatakan bahwa mereka lebih menyukai hal-hal yang indah tanpa menabur yang memungkinkan kekuatan batin meledak, dan tanpa pencampuran yang memicu pertumbuhan.

Paus Fransiskus mengatakan bahwa baik Yesus maupun Paulus menunjuk pada perikop dari perbudakan dosa hingga kepenuhan kemuliaan ini. Perikop tersebut berbicara tentang pengharapan yang tidak mengecewakan, karena seperti biji sesawi dan ragi, pengharapan adalah kecil dan rendah hati seperti seorang hamba tetapi di mana ada pengharapan, di situ ada Roh Kudus, yang memperlancar Kerajaan Allah.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.