Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 11 Desember 2017 : BIARKANLAH DIRI KITA DIHIBUR OLEH ALLAH

Bacaan Ekaristi : Yes. 35:1-10; Mzm. 85:9ab-10,11-12,13-14; Luk. 5:17-26

Dalam homilinya pada Misa harian Senin pagi 11 Desember 2017 di Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus mengatakan bahwa kita harus belajar untuk membiarkan diri kita dihibur oleh Tuhan, meninggalkan dendam dan keluhan kita.

Merenungkan Bacaan Pertama (Yes. 35:1-10), beliau mengatakan bahwa Tuhan telah datang untuk menghibur kita. Sama seperti murid-murid pertama yang sulit dapat mempercayai sukacita kebangkitan, kita sering kali merasa sulit untuk membiarkan diri kita dihibur oleh mukjizat-mukjizat yang diperlihatkan Allah dalam kehidupan kita.

Lebih mudah bagi kita untuk menghibur orang lain, daripada membiarkan diri kita dihibur, kata Paus Fransiskus. Sering kali, kita melekat pada dosa-dosa dan bekas-bekas luka yang bersifat negatif dalam hati kita dan kita lebih suka tinggal di sana pada ranjang sakit kita, seperti orang lumpuh dalam Bacaan Injil (Luk. 5:17-26), tidak ingin mendengarkan Yesus yang mengatakan kepada kita 'Bangunlah dan berjalanlah!'.

Paus Fransiskus melanjutkan dengan menjelaskan bahwa kita lebih suka menanggung dendam dan mengalami kegelisahan karena dengan cara itu kita adalah para penguasa hati kita yang keras. Seperti orang lumpuh, kita lebih memilih 'akar pahit' dosa asal daripada manisnya penghiburan Allah.

Kepahitan seperti itu selalu membuat kita mengeluh, kata Paus Fransiskus, sambil terus menerus merengek sebagai tapak suara kehidupan kita. Beliau menggambarkan nabi Ayub sebagai pemenang hadiah Nobel para perengek, yang mengeluh tentang segala sesuatu yang diperbuat Allah.

Paus Fransiskus juga mengingat seorang imam tua yang beliau kenal yang begitu banyak mengeluh sehingga rekan-rekannya bercanda tentang apa yang akan ia katakan kepada Santo Petrus, saat tiba di surga. Mereka mengatakan bahwa pertama-tama yang ia pikirkan adalah menanyakan tentang neraka dan mengeluh bahwa hanya ada sedikit orang yang menolak keselamatan.

Berhadapan dengan kepahitan, amarah dan keluhan semacam itu, Paus Fransiskus mengatakan, Gereja mengulangi bahwa kita harus memiliki keberanian, sama seperti teman-teman orang lumpuh tersebut, yang tidak memikirkan reaksi para ahli Taurat, tetapi hanya membantu teman mereka yang memerlukan.

Pesan liturgi hari ini, Paus Fransiskus menyimpulkan, adalah membiarkan diri kita dihibur oleh Tuhan, dilucuti dari seluruh kepahitan, egoisme dan keluhan-keluhan kita. Marilah kita memeriksa hati nurani kita dan melihat ke dalam hati kita, beliau mendesak, menanyakan apakah ada kesedihan atau kepahitan di sana. Apakah kita memuji Allah, atau apakah kita selalu memiliki sesuatu untuk dikeluhkan? Marilah kita mendoakan rahmat keberanian, beliau mengatakan, meminta Tuhan untuk datang dan menghibur kita.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.