Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 14 Desember 2017 : BETAPA LEMBUTNYA ALLAH

Bacaan Ekaristi : Yes. 41:13-20; Mzm. 145:9,10-11,12-13ab; Mat. 11:11-15

Kelembutan Allah, sebagai ciri khas-Nya, adalah pokok homili Paus Fransiskus dalam Misa harian Kamis pagi, 14 Desember 2017, di Casa Santa Marta, Vatikan. Tema tersebut diambil dari Bacaan Pertama (Yes 41:13-20) dan Mazmur di mana Allah bersabda tentang diri-Nya : "... kelembutan-Nya membentang atas seluruh makhluk".

Gambaran yang disampaikan oleh Yesaya yakni gambaran tentang Allah yang berbicara kepada kita sebagai seorang ayah dengan anaknya, menirukan suaranya seserupa mungkin dengan suara-Nya. Dan terutama ia meyakinkannya dengan membelainya : "Jangan takut, aku akan datang menolongmu".

"Tampaknya Allah kita ingin menyanyikan lagu pengantar tidur untuk kita. Allah kita berbakat dalam hal ini. Kelembutan-Nya adalah ini : Ia adalah seorang ayah dan seorang ibu. Sering kali Ia berkata: "Jika seorang ibu bisa melupakan putranya, Aku tidak akan melupakan kamu. Ia membawa kita masuk ke dalam sanubari-Nya. Ia adalah Allah yang dengan dialog ini menjadikan diri-Nya kecil untuk membuat kita mengerti, untuk membuat kita percaya kepada-Nya dan kita dapat mengatakan kepada-Nya dengan keberanian Paulus yang mengubah kata tersebut dan berkata : "ya Abba, ya Bapa". Bapa ... Ini adalah kelembutan Allah".

Memang benar, kata Paus Fransiskus, terkadang Allah gusar dengan tindakan kita, Ia besar, tetapi dengan kelembutan-Nya Ia mendekati kita dan menyelamatkan kita. Dan inilah misteri dan salah satu hal terindah :

"Ia adalah Allah yang besar yang menjadikan diri-Nya kecil dan dalam kekecilan-Nya Ia tidak berhenti menjadi besar. Dan dalam dialektika yang besar ini Ia menjadi kecil : ada kelembutan Allah. Sosok besar yang menjadikan diri-Nya kecil dan sosok kecil yang adalah besar. Natal membantu kita untuk memahami hal ini : di palungan itu ... Allah yang kecil. Sebuah frasa dari Santo Thomas pada bagian pertama Summa [Theologica] muncul dalam pikiran. Ingin menjelaskan hal ini : "Apa yang ilahi? Apa hal yang paling ilahi?", ia berkata : "to the maximum tamen continents at the minimum divinum est", yaitu, jangan takut akan hal-hal besar, tetapi peliharalah hal-hal kecil dalam pikiran. Hal ini bersifat ilahi, keduanya bersama-sama".

Tetapi di mana, khususnya, kelembutan Allah ditunjukkan?

Allah tidak hanya membantu kita, tetapi juga menjanjikan kita sukacita, panenan yang melimpah, membantu kita bergerak maju. Allah, Paus Fransiskus mengulangi, bukan hanya ayah tetapi seorang Bapa :

"Apakah saya dapat berbicara dengan Allah seperti ini atau apakah saya takut? Semua orang menjawab. Tetapi seseorang dapat mengatakan, ia dapat bertanya : "Tetapi apakah tempat teologis kelembutan Allah? Di manakah kelembutan Allah dapat ditemukan? Apakah tempat di mana kelembutan Allah terwujud paling baik?" - "Luka-luka". Luka-lukaku, borok-borokmu, ketika kamu bertemu lukaku bersama dengan luka-Nya. Kita telah disembuhkan dalam luka-luka mereka.

Dan Paus Fransiskus mengingat perumpamaan tentang Orang Samaria yang Baik Hati : ada seseorang yang membungkuk pada orang yang jatuh ke tangan para penyamun dan membantunya dengan membersihkan luka-lukanya serta membayar biaya pemulihannya. Inilah "tempat teologis kelembutan Allah : luka-luka kita". Dan Paus Fransiskus mengakhiri dengan menasihati kita untuk memikirkan undangan Tuhan sepanjang hari : "Mari, marilah, tunjukkanlah luka-lukamu, Aku ingin menyembuhkan luka-luka tersebut".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.