Bacaan Ekaristi : Kel. 24:3-8; Mzm. 116:12-13,15,16bc,17-18; Ibr. 9:11-15; Mrk.
14:12-16,22-26
Injil
yang baru saja kita dengar berbicara tentang Perjamuan Terakhir, tetapi secara
mengejutkan, lebih memperhatikan berbagai persiapan daripada santap malam itu
sendiri. Kita terus mendengar kata "mempersiapkan". Sebagai contoh,
para murid bertanya, ”Ke tempat mana Engkau kehendaki kami pergi untuk
mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?” (Mrk 14:12). Yesus menyuruh mereka
dengan petunjuk yang jelas untuk melakukan persiapan yang diperlukan dan mereka
menemukan "sebuah ruangan atas yang besar, yang sudah lengkap dan
tersedia" (ayat 15). Murid-murid pergi untuk mempersiapkan, tetapi Tuhan
telah melakukan persiapan-Nya sendiri.
Hal
serupa terjadi setelah kebangkitan ketika Yesus menampakkan diri kepada para
murid untuk ketiga kalinya. Sementara mereka sedang menangkap ikan, Ia menunggu
mereka di pantai, di mana Ia telah mempersiapkan roti dan ikan untuk mereka.
Meskipun demikian, Ia memberitahu para murid untuk membawa beberapa ikan yang
baru saja mereka tangkap, yang telah Ia sendiri tunjukkan kepada mereka
bagaimana cara menangkapnya (bdk. Yoh 21:6,9-10). Yesus sudah melakukan
persiapan dan Ia meminta murid-murid-Nya untuk bekerjasama. Sekali lagi, tepat
sebelum perjamuan Paskah, Yesus memberitahu para murid : “Aku pergi ke situ
untuk menyediakan tempat bagimu ... supaya di tempat di mana Aku berada, kamu
pun berada” (Yoh. 14:2.3). Yesus adalah orang yang mempersiapkan, hingga kini
sebelum Paskah-Nya sendiri, Ia juga sangat meminta kita, dengan berbagai
nasihat dan perumpamaan, untuk mempersiapkan, untuk tetap sungguh siap sedia
(bdk. Mat 24:44; Luk 12:40).
Kemudian,
Yesus mempersiapkan bagi kita dan meminta kita untuk mempersiapkan. Apa yang Ia
persiapkan bagi kita? Tempat dan makanan. Tempat yang jauh lebih layak daripada
"ruang atas yang besar" seperti dikatakan Injil. Itulah rumah kita
yang lapang dan luas di bawah di sini, Gereja, di mana ada, dan harus ada,
ruang bagi semua orang. Tetapi Ia juga telah menyediakan sebuah tempat bagi
kita di tempat yang tinggi, di surga, sehingga kita dapat bersama-Nya dan
bersama satu sama lain selamanya. Selain sebuah tempat, ia mempersiapkan
makanan, Roti yang di dalamnya Ia memberikan diri-Nya sendiri : “Ambillah,
inilah tubuh-Ku” (Mrk 14:22). Dua karunia ini, tempat, dan makanan adalah apa
yang kita butuhkan untuk hidup. Keduanya adalah “ruangan dan meja makan” utama
kita. Keduanya dianugerahkan kepada kita dalam Ekaristi.
Yesus mempersiapkan sebuah tempat bagi kita di bawah di sini karena Ekaristi adalah jantung Gereja yang berdenyut. Ekaristi memberinya kelahiran dan kelahiran kembali; Ekaristi mengumpulkannya bersama-sama dan memberinya kekuatan. Tetapi Ekaristi juga mempersiapkan bagi kita tempat yang tinggi, dalam keabadian, karena Ekaristi adalah Roti surgawi. Roti yang turun dari surga - satu-satunya hal di bumi yang bercitarasa keabadian. Roti yang turun dari surga adalah roti yang akan datang; bahkan sekarang pun, kita dianugerahi citarasa pendahuluan akan masa depan yang jauh lebih besar daripada yang bisa kita harapkan atau bayangkan. Roti yang turun dari surga adalah roti yang memuaskan pengharapan terbesar kita dan memberi makan impian terbaik kita. Roti yang turun dari surga adalah, dalam satu kata, ikrar kehidupan kekal - bukan hanya sebuah janji tetapi sebuah ikrar, antisipasi nyata dari apa yang menanti kita di sana. Ekaristi adalah “pemesanan tempat” kita untuk perjamuan surgawi; Yesus sendirilah, sebagai santapan untuk perjalanan kita menuju kehidupan dan kebahagiaan abadi.
Dalam
hosti yang telah dikonsekrasi, bersama dengan sebuah tempat, Yesus mempersiapkan
bagi kita sebuah santapan, makanan untuk nutrisi kita. Dalam kehidupan, kita
selalu perlu diberi makan : diberi makan tidak hanya dengan makanan tetapi juga
dengan rencana dan kasih sayang, harapan, dan keinginan. Kita lapar untuk
dikasihi. Tetapi pujian yang paling menggembirakan, karunia yang terbaik, dan
teknologi yang paling maju tidaklah cukup; mereka tidak pernah benar-benar
memuaskan kita. Ekaristi adalah makanan yang sederhana, seperti roti, namun
Ekaristi adalah satu-satunya makanan yang memuaskan, karena tidak ada kasih
yang lebih besar. Di sana kita sungguh berjumpa Yesus; kita ambil bagian dalam
kehidupan-Nya dan kita merasakan kasih-Nya. Di sana kamu dapat menyadari bahwa
wafat dan kebangkitan-Nya adalah untukmu. Dan ketika kamu menyembah Yesus dalam
Ekaristi, kamu menerima Roh Kudus dari Dia dan kamu menemukan damai dan
sukacita. Saudara-saudari terkasih, marilah kita memilih santapan kehidupan
ini! Marilah kita menjadikan Misa prioritas kita! Marilah kita menemukan
kembali adorasi Ekaristi dalam komunitaskomunitas kita! Marilah kita mohon
rahmat rasa lapar akan Allah, dengan keinginan yang tak terpuaskan untuk
menerima apa yang telah dipersiapkan untuk kita.
Seperti
yang Ia perbuat bersama murid-murid-Nya, demikian juga hari ini Yesus meminta
kita, hari ini, untuk mempersiapkan. Seperti para murid, marilah kita bertanya
kepada-Nya: “Ke tempat mana Engkau kehendaki kami pergi untuk mempersiapkan?”
Ke mana : Yesus tidak suka tempat-tempat yang eksklusif dan selektif. Ia
mencari tempat-tempat yang tak terjamah oleh kasih, tak terjamah oleh harapan.
Tempat-tempat yang tidak nyaman itu adalah tempat yang Ia kehendaki untuk pergi
dan Ia meminta kita untuk mempersiapkan jalan-Nya. Berapa banyak orang yang
tidak memiliki rumah yang layak atau makanan untuk dimakan! Kita semua tahu
orang-orang yang kesepian, bermasalah dan membutuhkan : mereka adalah
tabernakel yang terlantar. Kita, yang dari Yesus menerima ruangan dan meja
makan kita sendiri, berada di sini untuk mempersiapkan tempat dan makanan untuk
saudara-saudara kita yang membutuhkan ini. Yesus menjadi roti yang
dipecah-pecahkan demi kita; pada gilirannya, Ia meminta kita untuk memberikan
diri kita bagi orang lain, hidup tidak lagi untuk diri kita sendiri tetapi
untuk satu sama lain. Dengan cara ini, kita hidup “secara ekaristis”,
mencurahkan kepada dunia kasih yang kita ambil dari tubuh Tuhan. Ekaristi
diterjemahkan ke dalam kehidupan ketika kita melampaui diri kita sendiri bagi
orang-orang di sekitar kita.
Injil
memberitahu kita bahwa para murid melakukan persiapan mereka setelah mereka
“berangkat dan tiba di kota” (ayat 16). Tuhan memanggil kita juga hari ini
untuk mempersiapkan kedatangan-Nya bukan dengan menjaga jarak kita tetapi
dengan memasuki kota-kota kita. Itu termasuk kota ini, yang nama sesungguhnya -
Ostia - berarti pintu masuk, ambang pintu. Tuhan, berapa banyak pintu yang
Engkau inginkan kami buka bagi-Mu di sini? Berapa banyak gerbang yang Engkau
serukan kepada kami untuk dibuka palangnya, berapa banyak dinding yang harus kami
robohkan? Yesus ingin agar dinding ketidakpedulian dan persekongkolan diam-diam
diterobos, jeruji besi penindasan dan keangkuhan dihancurleburkan, dan
jalan-jalan dibersihkan demi keadilan, kesopanan dan keabsahan. Tepi pantai
yang luas dari kota ini mengatakan kepada kita tentang betapa indahnya membuka
hati kita dan berangkat ke arah baru dalam kehidupan. Tetapi hal ini
membutuhkan pelonggaran simpul yang membuat kita terikat pada tambatan rasa
takut dan depresi. Ekaristi mengajak untuk membiarkan diri kita terbawa oleh
gelombang Yesus, tidak tetap berpijak di tepi pantai dengan harapan bahwa
sesuatu dapat terjadi, tetapi menceburkan diri, leluasa, berani dan bersekutu.
Injil
berakhir dengan memberitahu kita bahwa para murid, “sesudah menyanyikan nyanyian
pujian, pergi” (ayat 26). Di akhir Misa, kita juga akan pergi; kita akan pergi
keluar bersama Yesus, yang akan melewati jalan-jalan kota ini. Yesus ingin
tinggal di antara kamu. Ia ingin menjadi bagian dari kehidupanmu, memasuki
rumahmu dan menawarkan belas kasih-Nya yang sedang membebaskan, berkat-Nya dan
penghiburan-Nya. Kamu telah mengalami berbagai situasi yang menyakitkan; Tuhan
ingin dekat denganmu. Marilah kita membuka pintu kita bagi-Nya dan mengatakan :
Datanglah,
Tuhan, dan lawatilah kami.
Kami
menyambut Engkau di dalam hati kami,
keluarga
kami dan kota kami.
Kami
bersyukur karena Engkau telah mempersiapkan bagi kami
santapan
kehidupan dan sebuah tempat dalam Kerajaan-Mu.
Jadikanlah
kami giat dalam mempersiapkan jalan-Mu,
penuh
sukacita dalam menghantar Engkau, yang adalah Jalan, kepada orang lain,
dan
dengan demikian membawa persaudaraan, keadilan, dan perdamaian
ke
jalan-jalan kami. Amin.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.