Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI RAYA HATI YESUS YANG MAHAKUDUS 8 Juni 2018 : KASIH ALLAH TIDAK MEMBUTUHKAN KATA-KATA TETAPI GERAKAN NYATA

Bacaan Ekaristi : Hos. 11:1,3-4,8c-9; Yes. 11:2-3,4-bcd,5-6; Ef. 3:8-12,14-19; Yoh. 19:31-37

Dalam homilinya pada Misa Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus 8 Juni 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus mengulas tentang bagaimana bisa dikatakan bahwa hari raya ini merayakan kasih Allah. Beliau mengatakan bahwa kasih Allah tidak terbatas. Keagungan-Nya terwujud dalam hal-hal kecil dan kelembutan.


“Bukan kita yang terlebih dulu mengasihi Allah”, tetapi sebaliknya, “Dialah yang mengasihi kita terlebih dulu”, kata Paus Fransiskus. Beliau mengatakan bahwa para nabi menggunakan lambang bunga badam untuk menjelaskan kenyataan ini dengan menyoroti fakta bahwa bunga badam adalah yang pertama kali mekar di musim semi. “Allah seperti itu : Ia selalu terlebih dahulu. Ia adalah yang terlebih dahulu menunggu kita, yang terlebih dahulu mengasihi kita, yang terlebih dahulu yang membantu kita".

Akan tetapi, Paus Fransiskus melanjutkan, tidaklah mudah untuk memahami kasih Allah sebagaimana dipaparkan dalam Bacaan Kedua liturgi hari itu (Ef 3:8-12,14-19). Dalam bacaan tersebut Rasul Paulus berbicara tentang “memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus yang tidak terduga".

“Kasih Allah adalah kasih yang tidak bisa dimengerti. Kasih yang melampaui semua pengetahuan. Kasih Allah melampaui segalanya. Kasih Allah begitu besar; seorang penyair menggambarkannya sebagai "laut tanpa dasar yang tanpa pantai ..." Inilah kasih yang harus berusaha kita pahami, kasih yang kita terima", kata Paus Fransiskus.

Paus Fransiskus mengatakan bahwa sepanjang sejarah keselamatan, Tuhan telah menyatakan kasih-Nya kepada kita : “Ia telah menjadi guru yang agung”.

Mengingat kata-kata nabi Hosea, beliau menjelaskan bahwa Allah tidak menyatakan kasih-Nya melalui kuasa tetapi “dengan mengasihi umat-Nya, mengajar mereka berjalan, membawa mereka dalam pelukan-Nya, merawat mereka”.

“Bagaimana Allah mewujudkan kasih-Nya? Dengan karya-karya agung? Tidak: Ia menjadikan diri-Nya semakin kecil dengan sikap kelembutan dan kebaikan. Ia mendekati anak-anak-Nya dan dengan kedekatan-Nya Ia membuat kita memahami keagungan kasih”, beliau mengatakan.

Akhirnya, Paus Fransiskus berkata, Allah mengutus Putra-Nya. “Ia mengutus-Nya dalam rupa daging” dan Sang Putra “merendahkan diri sampai wafat”.

Inilah, beliau mengatakan, misteri kasih Allah : keagungan yang teragung diungkapkan dalam hal-hal kecil yang terkecil. Hal ini memungkinkan kita untuk memahami kekristenan.

Berkaca pada apa yang diajarkan Yesus kepada kita tentang sikap seperti apa yang seharusnya dimiliki orang kristiani, beliau mengatakan bahwa itu semua tentang "menjalankan karya Allah dengan cara kecil kalian": yaitu memberi makan orang yang lapar, memuaskan orang yang kehausan, melawat orang sakit dan orang yang berada di dalam penjara.

Karya kerahiman, beliau mengatakan, membuka jalan kasih yang diajarkan Yesus kepada kita dalam kesinambungan dengan agungnya kasih Allah bagi kita!

Paus Fransiskus mengakhiri dengan mengatakan bahwa kita tidak perlu wacana besar tentang kasih, tetapi laki-laki dan perempuan “yang tahu bagaimana melakukan hal-hal kecil ini bagi Yesus, bagi Bapa”.

"Karya kerahiman kita, beliau mengatakan, adalah kelangsungan kasih ini".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.