Bacaan
Ekaristi : Flp. 2:1-4; Mzm. 131:1,2,3; Luk. 14:12-14.
Paus
Fransiskus memperingatkan bahwa "persaingan dan puji-pujian yang
sia-sia" memiliki kekuatan untuk menghancurkan berbagai landasan jemaat
dengan menebar perpecahan dan pertikaian. Hal tersebut disampaikan Paus
Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Senin pagi 5 November 2018 di Casa
Santa Marta, Vatikan.
Paus
Fransiskus merenungkan Bacaan Injil hari itu (Luk. 14:12-14) yang menegaskan
kembali pentingnya memberi dengan cuma-cuma. Paus Fransiskus memaparkan bahwa
ajaran Yesus jelas : "jangan melakukan hal-hal demi kepentingan
sendiri", jangan memilih pertemananmu atas dasar kenyamanan. Beliau
mengatakan bahwa pemikiran berdasarkan "keuntungan" kita adalah
"bentuk keegoisan, keterpisahan dan kepentingan kita" sementara pesan
Yesus "justru sebaliknya".
Dan
merujuk pada Bacaan Pertama (Flp 2:1-4)
yang di dalamnya Santo Paulus mendesak jemaat untuk “tidak mencari
kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia" tetapi dengan rendah
hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri.
Paus
Fransiskus juga menyebutkan berbagai pengaruh buruk pergunjingan, yang beliau
katakan, berasal dari persaingan dan digunakan untuk menghancurkan orang lain.
“Persaingan
itu buruk : kalian bisa melakukannya secara terbuka, secara langsung, atau
dengan sarung tangan putih. Tetapi persaingan selalu bertujuan untuk
menghancurkan orang lain dan "menaikkan diri kita" dengan merendahkan
orang lain. "Persaingan", beliau mengatakan, berasal dari kepentingan
sendiri.
Seorang
yang menganggap dirinya lebih utama daripada orang lain, Paus Fransiskus
melanjutkan, adalah sama berbahayanya. Sikap ini menghancurkan jemaat dan
keluarga : "Pikirkanlah persaingan antara saudara kandung demi warisan
sang ayah misalnya", itu adalah sesuatu yang kita lihat setiap hari.
Umat
Kristiani, kata Paus Fransiskus, harus mengikuti teladan Putra Allah,
menumbuhkan "kecuma-cumaan" : berbuat baik tanpa mengharapkan atau
menginginkan imbalan, menabur persatuan dan meninggalkan "persaingan atau
puji-pujian yang sia-sia".
"Membangun
perdamaian dengan isyarat-isyarat kecil membuka jalan kerukunan di seluruh
dunia", beliau mengatakan.
Ketika
kita membaca tentang peperangan, beliau mengakhiri, tentang kelaparan anak-anak
di Yaman yang disebabkan oleh pertikaian di sana, kita memikirkan bahwa
"hal itu jauh, anak-anak miskin ... mengapa mereka tidak punya
makanan?".
“Peperangan
yang sama yang dilancarkan di rumah dan dalam lembaga-lembaga kita",
beliau memperingatkan, “berasal dari persaingan : di sanalah perang dimulai!
Dan di sanalah tempat perdamaian harus dibuat : dalam keluarga, dalam paroki,
dalam lembaga, di tempat kerja, selalu mencari suara bulat dan kerukunan serta
bukan kepentingan kita”.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.