Bacaan Ekaristi : Yes. 40:1-11; Mzm. 96:1-2,3,10ac,11-12,13;
Mat. 18:12-14.
Dalam homilinya pada Misa harian Selasa pagi, 11 Desember 2018,
di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus mengulas tentang penghiburan,
yang seharusnya menjadi keadaan yang lumrah bagi umat Kristiani. Tetapi di
dunia saat ini, beliau mengatakan, kata "kelembutan" telah berhasil
dihilangkan dari kamus.
Tuhan menghibur kita dengan kelembutan, seperti para ibu yang
membelai anak-anak mereka ketika mereka menangis. Oleh karena itu Paus
Fransiskus mendorong kita untuk membiarkan diri kita dihibur oleh Allah, dan
tidak memberikan perlawanan.
Bacaan Pertama (Yes 40:1-11), adalah undangan akan penghiburan :
"Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, demikian firman Allahmu", karena
"kesalahannya telah diampuni". Hal ini, Paus Fransiskus menjelaskan,
mengacu pada "penghiburan keselamatan", pada kabar baik bahwa
"kita diselamatkan". Kristus yang bangkit, selama empat puluh hari
setelah kebangkitan-Nya, masih melakukan hal itu dengan para murid-Nya : Ia
menghibur mereka. Tetapi, Paus Fransiskus melanjutkan, kita cenderung menolak
penghiburan, seolah-olah “kita lebih aman dalam perairan berbagai masalah kita
yang bergolak”. “Kita mempertaruhkan diri pada kesedihan, pada masalah, pada
kekalahan"; Tuhan bekerja sangat keras untuk menghibur kita, tetapi
menjumpai perlawanan. Hal ini bahkan dapat dilihat dalam diri para murid pada
pagi Paskah, yang perlu diyakinkan, karena mereka takut akan kekalahan lainnya.
“Kita terikat pada pesimisme rohani ini”, kata Paus Fransiskus.
Beliau menggambarkan bagaimana anak-anak yang mendekatinya selama berbagai audiensi
umumnya kadang-kadang “melihat saya dan berteriak, mereka mulai menangis,
karena melihat seorang berbusana putih, mereka memikirkan dokter dan perawat,
yang menyuntik mereka untuk vaksinasi; dan [anak-anak] berpikir, 'Tidak, tidak,
bukan yang lain!'”. “Dan kita sedikit seperti itu”, Paus Fransiskus
melanjutkan, tetapi Tuhan bersabda, “Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku".
Dan bagaimana Tuhan memberi penghiburan? Dengan kelembutan.
Sebuah bahasa yang tidak dikenal para nabi azab : kelembutan. Itulah kata yang
ditiadakan oleh semua keburukan yang menjauhkan kita dari Tuhan : keburukan
klerus, keburukan dari beberapa orang Kristiani yang tidak ingin bergerak,
orang Kristiani yang suam-suam kuku ... Kelembutan menakutkan mereka.
“Lihatlah, Tuhan memiliki ganjaran-Nya bersama-Nya, pembalasan-Nya dilakukan di
hadapan-Nya” - beginilah akhir perikop kitab nabi Yesaya. “Seperti seorang
gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan
tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan
hati-hati" (Yes 40:11). Inilah cara Tuhan menghibur : dengan kelembutan.
Kelembutan menghibur. Ketika seorang anak menangis, seorang ibu akan membelai
mereka dan menenangkan mereka dengan kelembutan : sebuah kata yang saat ini praktis
telah dihilangkan dari kamus".
Tuhan mengundang kita untuk memperkenankan diri kita dihibur
oleh-Nya; dan hal ini juga membantu kita mempersiapkan Natal. Dan hari ini,
kata Paus Fransiskus, dalam doa pembukaan Misa, kita memohonkan rahmat
kesukacitaan yang tulus, rahmat sukacita yang sederhana namun tulus ini : Dan
memang, saya akan mengatakan bahwa keadaan kebiasaan umat Kristiani seharusnya
menghibur. Bahkan dalam saat-saat yang buruk : Para martir memasuki Koloseum
dengan bernyanyi; [dan] para martir hari ini - saya memikirkan para pekerja
Gereja Koptik yang baik di pantai Libya, yang lehernya digorok - wafat dengan
mengatakan "Yesus, Yesus!" Ada penghiburan di dalamnya : sebuah
sukacita bahkan pada saat kemartiran. Keadaan kebiasaan umat Kristiani
seharusnya menghibur, yang tidak sama dengan optimisme, tidak. Optimisme adalah
hal yang lain. Tetapi penghiburan, dasar yang positif itu ... Kita sedang
berbicara tentang orang-orang yang bercahaya dan positif : hal yang positif,
pancaran orang Kristiani adalah penghiburan.
Ketika kita menderita, kita mungkin tidak merasakan penghiburan
itu; tetapi orang Kristiani tidak akan kehilangan kedamaian batin “karena
penghiburan adalah karunia dari Tuhan”, yang menawarkannya kepada semua orang,
bahkan pada saat-saat paling gelap sekalipun. Maka, kata Paus Fransiskus, pada
pekan-pekan menjelang Natal ini, kita seharusnya memohonkan kepada Tuhan rahmat
untuk tidak takut memperkenankan diri kita dihibur oleh-Nya. Kembali merujuk
kepada Bacaan Injil hari itu (Mat 18:12-14), beliau mengatakan kita seharusnya
berdoa:
"Agar aku juga bisa mempersiapkan diri untuk Natal
setidaknya dengan kedamaian : kedamaian hati, kedamaian akan kehadiran-Mu,
kedamaian yang diberikan oleh belaian-Mu". Tetapi [kamu mungkin berkata]
"Aku adalah seorang pendosa berat". - Baiklah, tetapi apa yang
dikatakan Injil hari ini kepada kita? Bahwa Tuhan menghibur seperti gembala
yang, jika ia kehilangan salah satu dari domba-dombanya, pergi mencarinya;
seperti orang yang memiliki seratus domba itu, dan salah satunya hilang : ia pergi
mencarinya. Tuhan persis melakukan hal itu dengan kita masing-masing. [Tetapi]
aku tidak ingin kedamaian, aku menolak kedamaian, aku menolak penghiburan ...
Tetapi Ia ada di depan pintu. Ia mengetuk sehingga kita bisa membuka hati kita
untuk memperkenankan diri kita dihibur, dan memperkenankan diri kita tentram.
Dan Ia melakukannya dengan kelembutan. Ia mengetuk dengan belaian.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.