Bacaan
Ekaristi : Rm. 10:9-18; Mzm. 19:2-3,4-5; Mat. 4:18-22.
Dalam
homilinya pada Misa harian Jumat pagi 30 November 2018, yang bertepatan dengan
Pesta Santo Andreas, Rasul, di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus
mengundang umat untuk "meninggalkan segalanya guna berjalan maju dalam
pemberitaan dan kesaksian, seperti yang dilakukan Petrus dan Andreas".
Beliau juga mengundang umat Kristiani untuk dekat dengan Gereja Konstantinopel
dan mendoakan kesatuan di antara Gereja-Gereja.
Paus
Fransiskus memusatkan permenungannya pada pewartaan Injil. Beliau mendorong
umat untuk mengesampingkan “sikap itu, dosa itu, kebohongan itu” yang dimiliki
kita masing-masing “di dalam diri kita” agar “semakin masuk akal” dan mampu
dapat dipercaya dalam memberitakan Yesus dengan kesaksian kita.
Mengacu
pada Bacaan Pertama liturgi hari itu (Rm 10:9-18) yang di dalamnya Santo Paulus
menjelaskan bagaimana iman datang dari apa yang didengar, dan apa yang didengar
datang melalui sabda Kristus, Paus Fransiskus menyoroti pentingnya pemberitaan
Injil, ”pemberitaan bahwa Kristus wafat dan dibangkitkan untuk menyelamatkan
kita". Memberitakan Yesus Kristus, beliau mengatakan, tidak hanya membawa
"kabar sederhana" tetapi "satu-satunya Kabar Baik yang luar
biasa", beliau mengatakan.
Bapa
Suci menggarisbawahi kenyataan bahwa pemberitaan tersebut tidak ada kaitannya
dengan mengiklankan orang baik yang telah berbuat baik, telah menyembuhkan
banyak orang dan mengajari kita hal-hal yang indah : “Tidak, pemberitaan bukanlah
iklan. Pemberitaan bukanlah penyebaran agama (...) pemberitaan bukanlah apa
yang dilakukan seorang pengkhotbah menurut nalar pemasaran”.
Mewartakan
Kristus, Paus Fransiskus melanjutkan, bukanlah penyebaran agama atau iklan atau
pemasaran : mewartakan Kristus sama sekali melampauinya. Oleh karena itu,
beliau membayangkan perutusan rasul Andreas yang mempertaruhkan nyawanya
sendiri dan beliau mengingat pepatah orang Argentina yang menggunakan gambaran
“meletakkan dagingnya sendiri di atas panggangan” : yakni, benar-benar
mempertaruhkan dirinya.
Beliau
menyebutkan bahwa "perjalanan mewartakan Injil dengan mempertaruhkan
nyawaku ini" merupakan sebuah perjalanan satu arah : "Tidak ada tiket
untuk kembali", "berbalik dan menolak" sementara kesaksian berarti
"mempertaruhkan nyawa” dan“ melakukan apa yang kukatakan telah kulakukan”.
Untuk
dapat memberitakan Sabda kita harus menjadi saksi, Paus Fransiskus mengulangi
dan beliau menyesalkan "skandal" yang ditimbulkan oleh orang-orang
yang menyatakan diri sebagai umat Kristiani dan kemudian hidup "seperti
orang-orang kafir, seperti orang-orang yang tidak percaya", seolah-olah
mereka tidak memiliki "iman".
Beliau
menyerukan keterpaduan dalam kehidupan yakni apa yang memberikan kesaksian yang
dapat dipercaya dan menggambarkan orang-orang yang "mempertaruhkan nyawa
mereka sampai akhir" sebagai para martir.
Beliau
ingat bagaimana Allah Bapa "membuat diri-Nya dikenal" dengan mengutus
"Putra-Nya dalam daging yang memberikan nyawa-Nya sendiri" dan
mengatakan hal ini merupakan kenyataan yang "terus menimbulkan
pergunjingan" karena Allah menjadi "salah seorang dari kita dalam
sebuah perjalanan satu arah" .
Bapa
Suci menunjukkan bahwa iblis berusaha meyakinkan Yesus untuk mengambil jalan
lain, tetapi Ia hidup seturut kehendak Bapa sampai akhir. Pemberitaan Yesus,
kata Paus Fransiskus, harus mengikuti jalan yang sama : jalan kesaksian, karena
Ia adalah saksi Bapa yang menjadi daging.
Paus
Fransiskus menjunjung kesaksian para martir yang menunjukkan pemberitaan yang sesungguhnya.
Beliau berbicara tentang laki-laki dan perempuan yang telah memberikan nyawa
mereka - para rasul memberikan nyawa mereka - tetapi juga banyak laki-laki dan
perempuan yang tak kasat mata dalam masyarakat kita dan dalam keluarga-keluarga
kita, yang setiap hari memberikan kesaksian, dalam keheningan, dengan kehidupan
mereka dan keterpaduan mereka terhadap Yesus Kristus.
Kita
semua, Paus Fransiskus mengakhiri, menerima "perutusan memberitakan
Kristus" dan hidup seperti yang "diajarkan Yesus untuk kita jalani
(...) selaras dengan apa yang kita khotbahkan" ketika kita dibaptis, jika
tidak, hasilnya adalah pergunjingan dan hal itu "sangat membahayakan umat
Allah".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.