Bacaan
Ekaristi : Dan. 9:4b-10; Mzm. 79:8,9,11,13; Luk. 6:36-38.
Jangan
menghakimi orang lain; jangan mengutuk; mengampuni : dengan cara ini kamu
meneladan kemurahan hati Bapa. Dalam homilinya pada Misa harian Senin pagi 18
Maret 2019 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus mengingatkan kita agar
supaya “tidak tersesat” dalam kehidupan, kita perlu “meneladan Allah”,
“berjalan di hadapan Bapa”. Dimulai dengan Bacaan Injil (Luk 6:36-38) hari itu,
Paus Fransiskus berbicara terutama tentang kemurahan hati Allah, yang mampu
mengampuni bahkan berbagai tindakan "yang paling buruk".
Kemurahan
hati Allah adalah hal yang demikian luar biasa, sangat luar biasa. Kita tidak
boleh melupakan hal ini. Berapa banyak orang [mengatakan] : “Aku telah
melakukan hal-hal yang demikian mengerikan. Aku telah membeli tempat di neraka,
aku tidak bisa berbalik”. Tetapi apakah mereka memikirkan kemurahan hati Allah?
Marilah kita ingat cerita tentang janda miskin yang pergi untuk mengaku dosa ke
Sang Penyembuh dari Ars. Suaminya bunuh diri; ia melompat dari jembatan ke
dalam sungai. Dan ia menangis. Ia berkata, “Tetapi aku adalah orang berdosa,
seorang perempuan yang malang. Tetapi suamiku yang malang! Ia ada di neraka. Ia
bunuh diri, dan bunuh diri adalah sebuah dosa besar. Ia ada di neraka”. Dan
Sang Penyembuh dari Ars berkata, "Tetapi tunggu sebentar, Bu, karena
antara jembatan dan sungai, ada kemurahan hati Allah". Tetapi sampai
akhir, sampai akhir, ada kemurahan hati Allah.
Paus
Fransiskus mengatakan bahwa Yesus memberikan tiga saran yang mudah dilaksanakan
guna membantu kita membiasakan diri untuk bermurah hati. Pertama : jangan
“menghakimi”. Kita seharusnya menahan diri untuk tidak menghakimi, terutama
pada Masa Prapaskah ini.
Menghakimi
juga merupakan kebiasaan yang tercampur aduk dalam kehidupan kita bahkan tanpa
kita sadari. Selalu! Bahkan dengan memulai percakapan : "Apakah kamu
melihat apa yang dilakukannya?" Menghakimi orang lain. Marilah kita
memikirkan berapa kali setiap hari kita menghakimi. Kita semua. Tetapi selalu
melalui memulai percakapan, sebuah komentar tentang orang lain : “Tetapi
lihatlah, orang itu menjalani operasi plastik! Mereka lebih jelek dari
sebelumnya".
Paus
Fransiskus mengundang semua orang untuk mempelajari kebijaksanaan kemurahan
hati, jalan utama untuk mengatasi "pergunjingan". Ketika kita
mempergunjingkan orang lain, beliau mengatakan, “kita terus menerus menghakimi,
terus-menerus mengutuk, dan sulit mengampuni.
Tuhan
mengajar kita : "Memberi dan itu akan diberikan kepadamu": bermurah
hati dalam memberi. Jangan menjadi "kantong yang tertutup"; bermurah
hati dalam memberikan kepada orang miskin, kepada orang-orang yang membutuhkan,
dan juga dalam memberikan banyak hal : dalam memberikan nasihat, dalam
memberikan sebuah senyuman kepada orang-orang, dalam senyuman. "Berilah
dan kamu akan diberi. Dan kepadamu akan diberikan suatu takaran yang baik, yang
dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar”, karena Tuhan akan bermurah
hati : Kita memberi sesuatu, dan Ia memberi kita seratus kali lipat dari semua
yang telah kita berikan. Dan inilah sikap yang ... Pentingnya beramal, tetapi
tidak hanya beramal materi, tetapi beramal rohani juga: menghabiskan waktu
bersama seseorang yang membutuhkan, mengunjungi seseorang yang sakit,
menawarkan senyuman.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.