Bacaan
Ekaristi : Am. 6:1a,4-7; Mzm. 146:7,8-9a,9bc-10; 1Tim. 6:11-16; Luk. 16:19-31.
Bacaan
Injil yang pertama, perikop Injil ini, mungkin dapat membuat kita keliru dengan
pesan pengajaran Yesus yang mendukung derma, mendukung keadilan, yaitu,
pengajaran Yesus yang semacam moral. Tetapi itu sesuatu yang lain. tepatnya
Yesus ingin memasuki jalan manusia seumur hidup, dan karena Injil ini Ia
berbicara tentang dua kehidupan : kehidupan seorang kaya dan kehidupan seorang
miskin, jalan kehidupan masing-masing. Injil ini membuat kita melihat takdir -
bukan takdir magis, bukan - takdir yang dapat dibuat oleh manusia untuk dirinya
sendiri, karena kita membuat takdir kita, kita melakukan perjalanan di jalan
kita dan seringkali kita membuat jalan kita sendiri. Terkadang Tuhan campur
tangan, Tuhan memberi rahmat, tetapi kita bertanggung jawab atas perjalanan
kita. Tuhan memberi kita rahmat secara cuma-cuma, Ia membantu kita untuk selalu
pergi ke hadirat-Nya, tetapi perjalanan kita, perjalanan kita, adalah tanggung jawab
kita. Saya ingin memasukkan sedikit ke dalam pesan ini.
"Ada
seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari
ia bersukaria dalam kemewahan". Ini adalah satu kehidupan. Ada lagi : ada
seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat
pintu rumah orang kaya itu,dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang
jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat
boroknya". Dua kehidupan. Bukan momen kehidupan : dua jalan kehidupan,
karena orang kaya terus menjalani kehidupan ini dan orang miskin terus
menderita dalam kemiskinan. Ini bukan hal yang aneh : ini terjadi setiap hari
di setiap kota, di setiap belahan dunia. Tuhan menceritakan perikop Injil ini
dengan penuh kedamaian dan ketenangan.
Sebaliknya,
dalam Bacaan Pertama kita mendengar nabi Amos, yang tidak membicarakan hal ini
dengan ketenangan seperti itu. “Celaka”, ia memulai, “celaka atas orang-orang
yang merasa aman di Sion, atas orang-orang yang merasa tenteram di gunung
Samaria! Orang-orang yang berbaring di tempat tidur dari gading dan duduk
berjuntai di ranjang; yang memakan anak-anak domba dari kumpulan kambing domba
dan anak-anak lembu dari tengah-tengah kawanan binatang yang tambun; yang
bernyanyi-nyanyi mendengar bunyi gambus, dan seperti Daud menciptakan
bunyi-bunyian bagi dirinya; yang minum anggur dari bokor, dan berurap dengan
minyak yang paling baik, tetapi tidak berduka karena hancurnya keturunan Yusuf!
Sebab itu sekarang, mereka akan pergi sebagai orang buangan di kepala barisan,
dan berlalulah keriuhan pesta orang-orang yang duduk berjuntai itu". Ada
pesta pora, ada orang kaya dan ada ketidakadilan terhadap orang-orang pilihan
Tuhan, dan di sini ada ancaman dari Tuhan yang menghukum dengan mengirim ke pembuangan.
Sejauh
ini itu tampaknya hanya sebuah ajaran moral : tolong berlaku adil satu sama
lain. Tetapi hal yang paling penting, yang paling kuat, kunci untuk memahami
hal ini diberikan dalam doa awal, Doa Pembuka, yang mengatakan: "Ya Allah,
Engkau memanggil nama orang miskin, sementara orang kaya tidak dipanggil
namanya". Ini masalahnya. Keduanya menjalani hidup mereka, masing-masing
dengan pilihan kehidupan yang ia buat. Orang miskin telah berhasil memiliki
nama, membuat nama untuk dirinya sendiri, dipanggil namanya, dengan kata benda;
yang lainnya, orang kaya, kita tidak tahu siapa namanya - kita hanya memiliki
kata sifat, "kaya" : ia gagal mengembangkan nama, martabat di hadapan
Allah. Kehidupan dimainkan : perpaduan memiliki nama atau ketidakmantapan yang
membuat kita tidak memiliki nama. Orang kaya itu tahu bahwa di pintu rumahnya
ada orang miskin ini dan berpura-pura tidak melihatnya, karena ia hanya
memandang dirinya sendiri, ia fokus pada dirinya sendiri, pada kesombongan, ia
percaya dirinya sebagai penguasa alam semesta, dan khawatir akan kekayaan serta
berbagai pesta dan hal yang ia lakukan. Apakah ia tidak tahu siapakah nama
orang miskin itu? Ya, ia mengetahuinya, karena ketika ia berada di neraka ia
bertanya kepada Abraham : "Suruhlah Lazarus". Kemunafikan
kesombongan, kemunafikan orang-orang yang percaya bahwa mereka dapat menjadi
penebus bagi diri mereka sendiri, untuk menyelamatkan diri mereka sendiri,
hanya dengan berbagai hal. Tetapi nama mereka tidak tumbuh, mereka tidak
memiliki nama, mereka tanpa nama. Sebaliknya, dalam teks Injil, lima kali nama
orang miskin itu disebutkan. Lima kali, berlebihan, tetapi mengapa Yesus
melakukan ini? Karena seperti yang dikatakan dalam doa: “Tuhan, panggil orang
miskinmu dengan nama, sedangkan orang kaya tidak punya nama”. Ini adalah kisah
Injil ini, kisah dua jalan kehidupan : yang satu yang telah berhasil membawa
namanya sendiri; dan yang lain, yang menyangkut dirinya sendiri, menyangkut
keegoisan, tidak mampu membuat kepribadiannya, martabatnya tumbuh. Ia tidak
memiliki nama.
Seluruh
kehidupan kita adalah semacam jalan menuju konsolidasi, untuk memperkuat nama
kita dengan kejujuran hidup, dengan jalan yang ditunjukkan Tuhan kepada kita,
dan untuk ini kita harus saling membantu.
Seseorang
mungkin berkata kepada saya : “Bapa, Injil baik-baik saja, tetapi apa
hubungannya dengan Kepolisian hari ini? Kamu juga harus menjaga semua orang
yang ada di sini, yang memiliki kemungkinan untuk tumbuh dewasa, memiliki nama.
Kamu adalah orang-orang yang bekerja untuk martabat kita masing-masing sehingga
kita masing-masing dapat memiliki nama dan membawa namanya sendiri, nama yang
diinginkan Tuhan untuk kita bawa. Dan ketika kamu melakukan beberapa tindakan
disipliner - "Ini tidak bisa dilakukan" - justru untuk menghentikan
pesta pora tanpa nama yang terburuk dari pesta pora manusia ini : tidak
menerima nama dan ingin kembali ke kegelapan tanpa nama. Itulah sebabnya
terpikir oleh saya bahwa dapat dikatakan Kepolisian adalah penjaga nama,
penjaga seluruh nama kita. Tidak membersihkan file setiap orang : jika ada
sesuatu yang buruk, kita membakarnya ... Tidak, "nama" ini tidak
valid. Tetapi untuk membantu mendisiplinkan negara Kota Vatikan, untuk
memungkinkan setiap penghuninya memiliki nama. Dan untuk itu saya mengucapkan
banyak terima kasih. Lanjutkan dengan cara ini, untuk bekerja demi martabat
orang-orang, masing-masing orang, dan dengan cara ini kamu akan melanjutkan
panggilanmu.
Akhirnya,
saya ingin mengatakan satu kata tentang dosa yang telah saya lakukan hari ini,
dan kepada kamu yang adalah polisi : hari ini saya telah menyelundupkan! Saya
menyelundupkan ke dalam Misa ini sebuah keluarga teman-teman yang merayakan 50
tahun ulang tahun pernikahan mereka, dan saya mengadakan Misa ini dan mereka
ingin saya merayakannya untuk mereka, jadi saya menyelundupkan mereka di sini
dalam Misa ini bersama kamu. Mereka empat puluh enam pasang, mereka ada di
sana. Pasangan suami istri, anak-anak dan cucu-cucu. Sebanyak empat puluh enam
pasang. Sebuah keluarga yang menyenangkan! Berdoalah untuk mereka juga, agar
mereka memiliki nama. Terima kasih.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.