Bacaan
Ekaristi : Kel. 32:7-14; Mzm. 106:19-20,21-22,23; Yoh. 5:31-47.
Bacaan
Pertama (Kel. 32:7-14) adalah adegan pemberontakan rakyat. Musa telah pergi ke
gunung <Sinai> untuk menerima Hukum Taurat, yang diberikan Allah
kepadanya di atas loh batu, ditulis dengan jari-Nya. Tetapi orang-orang jenuh serta
berkumpul mengerumuni Harun dan berkata kepadanya : "Tetapi Musa ini,
karena kadang-kadang kami tidak tahu ke mana dia, ke mana dia pergi dan kami
tanpa seorang pembimbing. Buatkan kami ilah yang akan membantu kami untuk terus
berjalan”. Dan Harun, yang kelak akan menjadi imam Allah, tetapi di sana ia
adalah imam kebodohan berhala-berhala, berkata : "Tetapi ya, berikanlah
kepadaku semua emas dan perak yang kamu miliki", dan mereka memberikan
semuanya dan menjadikannya anak lembu emas (bdk. Kel 32:1+).
Dalam
Mazmur kita mendengar ratapan Allah : “Mereka membuat anak lembu di Horeb, dan
sujud menyembah kepada patung tuangan; mereka menukar Kemuliaan mereka dengan
bangunan sapi jantan yang makan rumput”. Dan di sini, pada saat ini, pada awal
Bacaan Pertama : “Berfirmanlah Tuhan kepada Musa : 'Pergilah, turunlah, sebab
bangsamu yang kaupimpin keluar dari tanah Mesir telah rusak lakunya. Segera
juga mereka menyimpang dari jalan yang Kuperintahkan kepada mereka; mereka
telah membuat anak lembu tuangan, dan kepadanya mereka sujud menyembah dan
mempersembahkan korban, sambil berkata : Hai Israel, inilah Allahmu yang telah
menuntun engkau keluar dari tanah Mesir’"- sebuah kesesatan sejati! - dari
Allah yang hidup menjadi penyembahan berhala. Mereka tidak memiliki kesabaran
untuk menunggu Musa kembali : mereka menginginkan hal baru; mereka menginginkan
sesuatu, sebuah pertunjukan liturgi, sesuatu ...
Saya
ingin merujuk pada beberapa hal <mengenai> ini. Pertama-tama, nostalgia
penyembahan berhala di antara orang-orang itu : dalam hal ini, mereka
memikirkan berhala-berhala Mesir, nostalgia untuk kembali kepada
berhala-berhala, kembali, kembali kepada yang terburuk, tidak dapat menunggu
Allah yang hidup. Nostalgia ini adalah penyakit yang juga kita miliki. Kita
mulai berjalan dengan antusiasme untuk bebas, tetapi kemudian mulai
bersungut-sungut. "Tetapi ya, ini adalah saat yang sulit, padang gurun,
aku haus, aku menginginkan air, aku menginginkan daging ... tetapi di Mesir
mereka memakan bawang, hal-hal yang baik, dan di sini tidak ada apa-apa ...“.
Penyembahan berhala selalu bersifat pilih-pilih : penyembahan berhala membuatmu
memikirkan hal-hal yang baik yang diberikannya kepadamu tetapi tidak membuatmu
melihat hal-hal yang buruk. Dalam hal ini, mereka sedang memikirkan bagaimana
mereka berada di meja, dengan makanan yang sangat enak yang sangat menyenangkan
mereka ini, tetapi mereka lupa bahwa itu adalah meja perbudakan. Penyembahan
berhala bersifat pilih-pilih.
Lalu,
sesuatu yang lain : penyembahan berhala membuatmu kehilangan segalanya. Untuk
membuat anak lembu tersebut, Harun meminta kepada mereka, "Berikan
kepadaku emas dan perak<-mu>", tetapi itu adalah emas dan perak yang
diberikan Tuhan kepada mereka, ketika Ia berkata kepada mereka, "Mintalah
orang-orang Mesir untuk meminjamkanmu emas", dan kemudian mereka pergi
bersama dengan emas itu; itulah pemberian Tuhan dan, dengan pemberian Tuhan tersebut,
mereka membuat berhala-berhala. Dan ini sangat mengerikan. Namun, tahapan ini
juga terjadi pada diri kita, ketika kita memiliki sikap yang menuntun kita pada
penyembahan berhala, kita melekat pada hal-hal yang menjauhkan kita dari Allah,
karena kita membuat allah lain dan kita membuatnya dengan karunia yang telah
diberikan Tuhan kepada kita - dengan kecerdasan, dengan kehendak, dengan cinta,
dengan hati ... semuanya karunia yang pantas dari Tuhan, yang kita gunakan
untuk terlibat dalam penyembahan berhala.
Ya,
salah satu dari kamu mungkin berkata kepada saya : "Tetapi aku tidak
memiliki berhala-berhala di rumah. Aku memiliki Salib, gambar Bunda Maria, yang
bukan berhala-berhala ... : ”Tidak, tidak, di dalam hatimu. Dan pertanyaan yang
harus kita tanyakan hari ini adalah : apa berhala-berhala yang kamu miliki di
dalam hatimu, di dalam hatiku - jalan keluar yang tersembunyi di mana aku
merasa baik, yang menjauhkanku dari Allah yang hidup. Dan kita juga memiliki
sikap, dengan penyembahan berhala, sikap sangat pintar : kita tahu cara
menyembunyikan berhala-berhala, seperti yang dilakukan Rahel ketika ia
melarikan diri dari ayahnya dan menyembunyikan <berhala-berhala perkakas
rumah tangga> di pelana unta dan di antara pakaiannya. Di antara pakaian
hati kita, kita juga menyembunyikan banyak berhala.
Pertanyaan
yang ingin saya tanyakan hari ini adalah : apa berhalaku? Berhalaku adalah
keduniawian ... dan penyembahan berhala juga menyentuh kesalehan karena mereka
menginginkan anak lembu emas, bukan untuk sebuah pertunjukan, tidak, tetapi
melakukan penyembahan. "Mereka bersujud di hadapannya". Penyembahan
berhala menuntunmu kepada keagamaan yang keliru, malahan : berkali-kali,
keduniawian, yang merupakan penyembahan berhala, membuatmu mengubah sebuah
perayaan Sakramen menjadi sebuah pesta duniawi. Contohnya, saya tidak tahu,
saya pikirkan, kita pikirkan, saya tidak tahu, marilah kita membayangkan sebuah
perayaan pernikahan. Kita tidak tahu entah sebuah sakramen, di mana para
pengantin baru benar-benar memberikan segalanya dan saling mengasihi di hadapan
Allah, dan berjanji untuk saling setia di hadapan Allah dan menerima rahmat
Allah, atau entah sebuah peragaan busana, bagaimana orang ini dan orang itu dan
orang lainnya berpakaian ... keduniawian; sebuah penyembahan berhala. Ini
sebuah contoh. Karena penyembahan berhala tidak berhenti; penyembahan berhala
selalu berlanjut.
Pertanyaan
yang ingin saya tanyakan kepada kita semua hari ini adalah : apa
berhala-berhalaku? Kita masing-masing memilikinya. Apa berhala-berhalaku? Di
mana aku menyembunyikannya? - sehingga Tuhan tidak dapat menemukannya? Dan di
akhir kehidupan <kita> Ia berkata kepada kita masing-masing : “Kamu tidak
jujur. Kamu menjauh dari cara yang kutunjukkan kepadamu. Kamu bersujud di hadapan
berhala".
Marilah
kita memohonkan kepada Tuhan rahmat untuk mengenali berhala-berhala kita. Dan
jika kita tidak bisa mengenyahkannya, setidaknya menempatkannya di sudut.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.