Bacaan
Ekaristi : Dan. 13:1-9,15-17,19-30,33-63; Mzm. 23:1-3a,3b-4,5,6; Yoh. 8:1-11.
Dalam
Mazmur Tanggapan kita berdoa : “Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.
Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air
yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh
karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut
bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur
aku".
Inilah
pengalaman yang dimiliki kedua perempuan ini, yang kisahnya kita baca dalam
kedua Bacaan. Seorang perempuan yang tidak bersalah, yang dituduh bersalah,
difitnah, dan seorang perempuan yang berdosa, keduanya dihukum mati - perempuan
yang tidak bersalah dan perempuab yang berdosa. Dalam diri kedua perempuan ini
beberapa Bapa Gereja melihat sosok Gereja : anak-anak yang kudus, tetapi dengan
penuh dosa. Mereka mengatakan dengan ungkapan Latin yang indah: “Gereja adalah
pelacur suci, Gereja yang kudus dengan anak-anak yang berdosa.
Kedua
perempuan itu putus asa, putus asa secara manusiawi, tetapi Susana percaya pada
Tuhan. Ada juga dua kelompok orang, dua kelompok laki-laki, keduanya bertugas
melayani umat : para hakim dan para ahli hukum. Mereka bukan klerus, tetapi
melayani umat, di pengadilan dan dalam pengajaran Hukum - berbeda. Kelompok
yang pertama, mereka yang menuduh Susana, bejat : hakim yang bejat, tokoh
perlambangan dalam sejarah. Dalam Bacaan Injil juga, dalam perumpamaan tentang
janda yang bersikeras, Yesus melanjutkan dengan kisah tentang hakim yang tidak
takut akan Allah, dan sama sekali tidak peduli dengan orang lain - bejat. Para
ahli Taurat tidak bejat tetapi munafik. Dan kedua perempuan ini - yang satu
jatuh ke tangan orang-orang munafik dan yang lainnya jatuh ke tangan
orang-orang yang bejat; tidak ada jalan keluar. “Sekalipun aku berjalan dalam
lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan
tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku". Kedua perempuan itu berada di
lembah yang kelam, mereka pergi ke sana: lembah yang kelam, menuju kematian.
Perempuan yang pertama jelas percaya kepada Allah dan Tuhan campur tangan.
Perempuan yang kedua, hal yang buruk, tahu bahwa ia bersalah, malu di hadapan
semua orang - karena orang-orang hadir di kedua situasi tersebut - Injil tidak
mengatakannya, tetapi tidak diragukan lagi ia berdoa dalam batin, meminta
sedikit pertolongan.
Apa
yang dilakukan Tuhan dengan orang-orang ini? Ia menyelamatkan perempuan yang
tidak bersalah; Ia berlaku adil terhadapnya. Ia mengampuni perempuan yang
berdosa itu. Ia mengutuk hakim yang bejat; Ia membantu orang-orang munafik
untuk bertobat dan Ia berkata di hadapan orang-orang : “Barangsiapa di antara
kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan
itu", dan mereka pergi seorang demi seorang. Rasul Yohanes agak ironis di
sini : "Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka
seorang demi seorang, mulai dari yang tertua". Ia memberi mereka sedikit
waktu untuk bertobat; Ia tidak mengampuni orang yang bejat, hanya karena orang
yang bejat tidak mampu memohon pengampunan, melampaui itu. Ia lelah ... tidak,
ia tidak lelah : ia tidak mampu. Kebejatan telah mengenyahkan dari dirinya
kemampuan kita semua untuk malu, untuk memohon pengampunan. Tidak, orang yang
bejat yakin, ia berjalan maju, menghancurkan, mengeksploitasi orang-orang,
seperti perempuan ini - segalanya, segalanya ... ia berjalan maju. Ia telah
menempatkan dirinya menggantikan Allah.
Dan
Tuhan menjawab kedua perempuan itu. Ia membebaskan Susana dari orang-orang yang
bejat ini; Ia membuatnya berjalan maju. Dan kepada perempuan yang lainnya, Ia
berkata : “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa
lagi mulai dari sekarang". Ia memperkenankannya pergi dan Ia melakukannya
di depan orang-orang. Dalam kasus pertama, orang-orang memuji Tuhan; dalam
kasus kedua, orang-orang belajar, mereka belajar bagaimana belas kasih Allah.
Kita memiliki kisah masing-masing. Kita memiliki dosa masing-masing. Dan jika
kita tidak mengingatnya, kita harus sedikit berpikir dan kita akan
menemukannya. Bersyukurlah kepada Allah jika kamu menemukannya, karena jika
kamu tidak menemukannya, kamu adalah orang yang bejat. Kita memiliki dosa
masing-masing. Kita memandang Tuhan yang berlaku adil tetapi begitu berbelas
kasih. Janganlah kita malu berada di dalam Gereja; marilah kita malu menjadi
orang-orang berdosa. Gereja adalah Bunda semua orang. Kita bersyukur kepada
Allah karena kita tidak bejat, tetapi kita adalah oranh-orang berdosa. Dan kita
masing-masing, melihat bagaimana Yesus bertindak dalam kedua kasus ini, harus
percaya pada belas kasih Allah. Dan berdoalah, dengan keyakinan akan belas
kasih Allah; Berdoalah untuk pengampunan. Karena Allah “menuntun aku di jalan
yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman,
aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah
yang menghibur aku".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.