Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 30 Maret 2020 : BELAS KASIH ALLAH BAGI ORANG-ORANG YANG BERADA DI DALAM LEMBAH KEKELAMAN


Bacaan Ekaristi : Dan. 13:1-9,15-17,19-30,33-63; Mzm. 23:1-3a,3b-4,5,6; Yoh. 8:1-11.


Dalam Mazmur Tanggapan kita berdoa : “Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku".


Inilah pengalaman yang dimiliki kedua perempuan ini, yang kisahnya kita baca dalam kedua Bacaan. Seorang perempuan yang tidak bersalah, yang dituduh bersalah, difitnah, dan seorang perempuan yang berdosa, keduanya dihukum mati - perempuan yang tidak bersalah dan perempuab yang berdosa. Dalam diri kedua perempuan ini beberapa Bapa Gereja melihat sosok Gereja : anak-anak yang kudus, tetapi dengan penuh dosa. Mereka mengatakan dengan ungkapan Latin yang indah: “Gereja adalah pelacur suci, Gereja yang kudus dengan anak-anak yang berdosa.

Kedua perempuan itu putus asa, putus asa secara manusiawi, tetapi Susana percaya pada Tuhan. Ada juga dua kelompok orang, dua kelompok laki-laki, keduanya bertugas melayani umat : para hakim dan para ahli hukum. Mereka bukan klerus, tetapi melayani umat, di pengadilan dan dalam pengajaran Hukum - berbeda. Kelompok yang pertama, mereka yang menuduh Susana, bejat : hakim yang bejat, tokoh perlambangan dalam sejarah. Dalam Bacaan Injil juga, dalam perumpamaan tentang janda yang bersikeras, Yesus melanjutkan dengan kisah tentang hakim yang tidak takut akan Allah, dan sama sekali tidak peduli dengan orang lain - bejat. Para ahli Taurat tidak bejat tetapi munafik. Dan kedua perempuan ini - yang satu jatuh ke tangan orang-orang munafik dan yang lainnya jatuh ke tangan orang-orang yang bejat; tidak ada jalan keluar. “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku". Kedua perempuan itu berada di lembah yang kelam, mereka pergi ke sana: lembah yang kelam, menuju kematian. Perempuan yang pertama jelas percaya kepada Allah dan Tuhan campur tangan. Perempuan yang kedua, hal yang buruk, tahu bahwa ia bersalah, malu di hadapan semua orang - karena orang-orang hadir di kedua situasi tersebut - Injil tidak mengatakannya, tetapi tidak diragukan lagi ia berdoa dalam batin, meminta sedikit pertolongan.

Apa yang dilakukan Tuhan dengan orang-orang ini? Ia menyelamatkan perempuan yang tidak bersalah; Ia berlaku adil terhadapnya. Ia mengampuni perempuan yang berdosa itu. Ia mengutuk hakim yang bejat; Ia membantu orang-orang munafik untuk bertobat dan Ia berkata di hadapan orang-orang : “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu", dan mereka pergi seorang demi seorang. Rasul Yohanes agak ironis di sini : "Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua". Ia memberi mereka sedikit waktu untuk bertobat; Ia tidak mengampuni orang yang bejat, hanya karena orang yang bejat tidak mampu memohon pengampunan, melampaui itu. Ia lelah ... tidak, ia tidak lelah : ia tidak mampu. Kebejatan telah mengenyahkan dari dirinya kemampuan kita semua untuk malu, untuk memohon pengampunan. Tidak, orang yang bejat yakin, ia berjalan maju, menghancurkan, mengeksploitasi orang-orang, seperti perempuan ini - segalanya, segalanya ... ia berjalan maju. Ia telah menempatkan dirinya menggantikan Allah.

Dan Tuhan menjawab kedua perempuan itu. Ia membebaskan Susana dari orang-orang yang bejat ini; Ia membuatnya berjalan maju. Dan kepada perempuan yang lainnya, Ia berkata : “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang". Ia memperkenankannya pergi dan Ia melakukannya di depan orang-orang. Dalam kasus pertama, orang-orang memuji Tuhan; dalam kasus kedua, orang-orang belajar, mereka belajar bagaimana belas kasih Allah. Kita memiliki kisah masing-masing. Kita memiliki dosa masing-masing. Dan jika kita tidak mengingatnya, kita harus sedikit berpikir dan kita akan menemukannya. Bersyukurlah kepada Allah jika kamu menemukannya, karena jika kamu tidak menemukannya, kamu adalah orang yang bejat. Kita memiliki dosa masing-masing. Kita memandang Tuhan yang berlaku adil tetapi begitu berbelas kasih. Janganlah kita malu berada di dalam Gereja; marilah kita malu menjadi orang-orang berdosa. Gereja adalah Bunda semua orang. Kita bersyukur kepada Allah karena kita tidak bejat, tetapi kita adalah oranh-orang berdosa. Dan kita masing-masing, melihat bagaimana Yesus bertindak dalam kedua kasus ini, harus percaya pada belas kasih Allah. Dan berdoalah, dengan keyakinan akan belas kasih Allah; Berdoalah untuk pengampunan. Karena Allah “menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.