Bacaan
Ekaristi : Yeh. 37:12-14; Mzm. 130:1-2,3-4ab,4c-6,7-8; Rm. 8:8-11; Yoh.
11:1-45.
“Saya
sedang memikirkan banyak orang yang sedang menangis”, kata Paus Fransiskus,
mengawali Misa harian Minggu pagi, 29 Maret 2020, yang bertepatan dengan Hari
Minggu Prapaskah V, di kapel Casa Santa Marta, Vatikan. Orang-orang yang
terasing, berada dalam karantina, orang-orang yang berusia lanjut; orang-orang
yang sendirian, di rumah sakit, para orangtua yang telah mengetahui mereka
tidak akan menerima gaji dan tidak tahu bagaimana mereka akan memberi makan
anak-anak mereka, lanjut Paus Fransiskus. “Banyak orang sedang menangis. Kita
juga, dari hati kita, menyertai mereka. Tidak ada salahnya kita sedikit
menangis ketika Tuhan kita menangisi segenap umat-Nya”.
Dalam
homilinya, Paus Fransiskus melanjutkan tema tangisan tersebut dengan berkaca
pada kisah kebangkitan Lazarus dalam Bacaan Injil (Yoh 11:1-45). Yesus
mengasihi semua orang, Paus Fransiskus menegaskan. Tetapi Ia memang mempunyai sahabat.
Termasuk persahabatan-Nya yang istimewa dengan Lazarus, Marta dan Maria. “Ia
akan sering tinggal di rumah mereka”, kata Paus Fransiskus.
"Yesus
merasa sakit oleh karena penyakit dan kematian sahabat-Nya .... Ia tiba di
kubur dan sangat tersentuh dan gundah. Dan Yesus menangis. Yesus, Allah, dan
manusia, menangis. Ada saat lain dalam Injil yang mengatakan bahwa Yesus
menangis : ketika Ia menangisi Yerusalem. Dengan kelembutan apakah Yesus
menangis! Ia menangis dari hati. Ia menangis dengan cinta. Ia menangis bersama
tangisan orang-orang yang menangis .... Yesus senantiasa menangis karena cinta,
senantiasa".
Berkali-kali
Injil mengulangi bahwa Yesus “tergerak karena iba”, Paus Fransiskus
mengingatkan. “Yesus tidak bisa melihat orang-orang tersebut dan tidak merasa
iba. Mata-Nya terhubung ke hati-Nya. Yesus melihat dengan mata-Nya, tetapi Ia
melihat dengan hati-Nya dan mampu menangis”.
Dengan
segala sesuatu yang sedang terjadi, dengan semua orang yang sedang menangis
karena pandemi, Paus Fransiskus mengundang kita untuk menanyakan pada diri kita
sendiri apakah kita mampu menangis. “Apakah aku mampu menangis, seperti yang
tentu saja telah dilakukan dan akan dilakukan Yesus sekarang? Apakah hatiku
seperti hati Yesus? Dan jika terlalu sulit untuk menangis, [bahkan jika] aku
dapat berbicara dan berbuat baik untuk membantu, jika tidak memasuki hatiku dan
aku tidak mampu menangis, mohonkanlah rahmat ini kepada Tuhan : Tuhan, agar aku
dapat menangis bersama-Mu, menangislah bersama umat-Mu yang sedang menderita
sekarang juga”.
Paus
Fransiskus kemudian mengakhiri homilinya dengan mengingatkan semua orang bahwa
banyak orang yang sedang menangis hari ini. "Kita mohon rahmat untuk
menangis" bersama "Yesus yang tidak malu untuk menangis".
"Semoga hari ini laksana hari Minggu air mata bagi semua orang".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.