Bacaan
Ekaristi : Kis. 8:5-8,14-17; Mzm. 66:1-3a,4-5,6-7a,16,20; 1Ptr. 3:15-18; Yoh.
14:15-21.
Dalam
perpisahan dari para murid (bdk. Yoh 14:15-21), Yesus memberi mereka kedamaian,
memberikan kedamaian, dengan sebuah janji : "Aku tidak akan meninggalkan
kamu sebagai yatim piatu" (ayat 18). Janji tersebut melindungi mereka dari
kesusahan itu, dari perasaan yatim piatu yang menyusahkan itu. Hari ini di
dunia ada perasaan yatim piatu yang luar biasa : banyak orang yang memiliki
banyak hal, tetapi Bapa beranjak lenyap. Dan dalam sejarah umat manusia hal ini
diulangi : ketika Bapa beranjak lenyap, ada sesuatu yang beranjak lenyap dan selalu
ada keinginan untuk bertemu, menemukan Bapa, bahkan dalam mitologi kuno. Kita
memikirkan mitologi Oedipus, mitologi Telemakus, banyak mitologi lainnya :
selalu mencari Bapa yang beranjak lenyap. Hari ini kita dapat mengatakan bahwa
kita hidup dalam sebuah masyarakat di mana Bapa beranjak lenyap, perasaan yatim
piatu yang memengaruhi kepemilikan dan persaudaraan.
Inilah
sebabnya Yesus berjanji : "Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan
memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain" (ayat 16). “Aku beranjak
pergi - kata Yesus - tetapi yang lain akan datang dan mengajarimu akses menuju
Bapa. Ia akan mengingatkanmu tentang akses kepada Bapa”. Roh Kudus tidak datang
untuk "mencari pelanggan"; Ia datang untuk memberi sinyal akses
kepada Bapa, mengingatkan akses kepada Bapa, apa yang telah dibuka oleh Yesus,
apa yang telah ditunjukkan oleh Yesus. Tidak ada spiritualitas Putra semata,
Roh Kudus semata : pusatnya adalah Bapa. Putra diutus oleh Bapa dan kembali
kepada Bapa. Roh Kudus diutus oleh Bapa untuk mengingatkan dan mengajarkan kita
bagaimana mengakses Bapa.
Hanya
dengan kesadaran anak-anak yang bukan yatim piatu ini kita dapat hidup damai di
antara kita. Selalu perang, baik perang kecil maupun perang besar, selalu
memiliki dimensi yatim piatu : Bapa yang membuat kedamaian beranjak lenyap.
Karena alasan ini, ketika Petrus dalam jemaat pertama mengatakan untuk memberi
pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang kristiani yang meminta pertanggungan
jawab (bdk. 1Ptr 3:15-18), ia berkata : "Tetapi haruslah dengan lemah
lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni" (ayat 16), yaitu
kelembutan yang diberikan Roh Kudus. Roh Kudus mengajarkan kita kelembutan ini,
kemanisan anak-anak Bapa. Roh Kudus tidak mengajarkan kita untuk menghina. Dan
salah satu akibat dari perasaan yatim piatu adalah penghinaan, perang, karena
jika tidak ada Bapa tidak ada saudara, persaudaraan lenyap. Mereka adalah -
manisnya, rasa hormat, kelemahlembutan ini - mereka adalah sikap memiliki,
memiliki sebuah keluarga yang yakin memiliki seorang Bapa.
"Aku
akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang
lain" (Yoh 14:16) yang akan mengingatkan kamu tentang akses kepada Bapa,
akan mengingatkan kamu bahwa kita memiliki seorang Bapa yang merupakan pusat
dari segalanya, asal mula segalanya , kesatuan semua orang, keselamatan semua
orang karena Ia mengutus Putra-Nya untuk menyelamatkan kita semua. Dan sekarang
mengutus Roh Kudus untuk mengingatkan kita akan akses kepada-Nya, kepada Bapa
dan, dari kebapaan ini, sikap persaudaraan yang lembut, manis, dan damai ini.
Kita
mohon kepada Roh Kudus untuk mengingatkan kita selalu, selalu, tentang akses
kepada Bapa ini, untuk mengingatkan kita bahwa kita memiliki seorang Bapa. Dan
bagi peradaban ini, yang memiliki perasaan yatim piatu yang besar, berikanlah
rahmat untuk menemukan Bapa, Bapa yang memberi makna bagi segenap kehidupan dan
menjadikan manusia sebagai sebuah keluarga.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.