Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI MINGGU PASKAH II (HARI MINGGU KERAHIMAN ILAHI) DI GEREJA ROH KUDUS, SASSIA, 11 April 2021 : KERAHIMAN YESUS DITERIMA MELALUI TIGA KARUNIA


Bacaan Ekaristi : Kis. 4:32-35; Mzm. 118:2-4,16ab-18,22-24; 1Yoh. 5:1-6; Yoh. 20:19-31.

 

Yesus yang bangkit menampakkan diri kepada para murid pada beberapa kesempatan. Ia dengan sabar menenangkan hati mereka yang bermasalah. Sekarang, kebangkitan-Nya menyebabkan "kebangkitan para murid". Ia membangkitkan semangat mereka dan hidup mereka diubah. Sebelumnya, perkataan Tuhan dan teladan-Nya telah gagal mengubah mereka. Sekarang, pada Paskah, sesuatu yang baru terjadi, dan itu terjadi dalam terang kerahiman. Yesus membangkitkan mereka dengan kerahiman. Setelah menerima kerahiman tersebut, mereka pada gilirannya menjadi berkerahiman. Sulit untuk berkerahiman tanpa pengalaman pertama menerima kerahiman.

 

Pertama, mereka menerima kerahiman melalui tiga karunia. Mula-mula, Yesus menawarkan damai sejahtera kepada mereka, kemudian Roh Kudus dan akhirnya luka-luka-Nya. Murid-murid kecewa. Mereka terkurung karena takut, takut ditangkap dan berakhir seperti Sang Guru. Tetapi mereka tidak hanya berkumpul bersama di sebuah ruangan; mereka juga terjebak dalam penyesalan. Mereka telah meninggalkan dan menyangkal Yesus. Mereka merasa tidak berdaya, tercela, tidak berguna. Yesus datang dan berkata kepada mereka sebanyak dua kali, "Damai sejahtera bagi kamu!". Ia tidak membawa damai sejahtera yang menyingkirkan masalah, tetapi yang menanamkan kepercayaan di dalam diri mereka. Bukan damai sejahtera lahiriah, tetapi damai sejahtera hati. Ia mengatakan kepada mereka, “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu" (Yoh 20:21). Seolah-olah mengatakan, “Aku mengutus kamu karena Aku percaya kepadamu”. Murid-murid yang putus asa itu didamaikan dengan diri mereka. Damai sejahtera Yesus membuat mereka beralih dari penyesalan menuju perutusan. Damai sejahtera Yesus membangkitkan perutusan. Damai sejahtera Yesus tidak memerlukan kemudahan dan kenyamanan, tetapi tantangan untuk keluar dari diri kita. Damai sejahtera Yesus membebaskan diri dari keasyikan yang melumpuhkan; damai sejahtera Yesus memusnahkan ikatan yang membuat hati terpenjara. Murid-murid menyadari bahwa mereka telah diberi kerahiman : mereka menyadari bahwa Allah tidak mengutuk atau merendahkan mereka, tetapi percaya kepada mereka. Pada kenyataannya, Allah lebih percaya kepada kita daripada kita percaya kepada diri kita sendiri. “Ia mengasihi kita lebih baik daripada kita mengasihi diri kita sendiri (bdk. SANTO JOHN HENRY NEWMAN, Meditasi dan Devosi, III, 12, 2). Sejauh menyangkut Allah, tidak ada yang tidak berguna, tercela atau tercampakkan. Hari ini Yesus juga mengatakan kepada kita, “Damai sejahtera bagi kamu! Kamu sangat berharga di mata-Ku. Damai sejahtera bagi kamu! Kamu penting bagi-Ku. Damai sejahtera bagi kamu! Kamu memiliki perutusan. Tidak ada seorang pun yang bisa menggantikanmu. Kamu tidak tergantikan. Dan Aku percaya kepadamu”.

 

Kedua, Yesus menunjukkan kerahiman kepada murid-murid-Nya dengan memberi mereka Roh Kudus. Ia menganugerahkan Roh Kudus demi pengampunan dosa (bdk. ayat 22-23). Murid-murid itu bersalah; mereka telah melarikan diri, mereka telah meninggalkan Sang Guru. Dosa membawa siksaan; kejahatan ada harganya. Dosa kita, seperti yang dikatakan Pemazmur (bdk. 51:5), selalu ada di depan kita. Kita tidak dapat menyingkirkannya. Hanya Allah yang dapat menyingkirnya, dengan kerahiman-Nya hanya Ia yang dapat membuat kita keluar dari kedalaman kesengsaraan kita. Seperti para murid, kita perlu membiarkan diri kita diampuni, memohon pengampunan Tuhan dengan segenap hati. Kita perlu membuka hati kita untuk diampuni. Pengampunan dalam Roh Kudus adalah karunia Paskah yang memungkinkan kebangkitan batin kita. Marilah kita memohon rahmat untuk menerima karunia itu, menerima Sakramen Tobat. Dan untuk memahami bahwa Pengakuan Dosa bukanlah tentang diri kita sendiri dan dosa-dosa kita, tetapi tentang Allah dan kerahiman-Nya. Janganlah kita mengaku dosa untuk merendahkan diri sendiri, tetapi untuk dibangkitkan. Kita, kita semua, sangat membutuhkan hal ini. Seperti anak kecil yang, kapan pun mereka jatuh, perlu digendong oleh ayahnya, kita membutuhkan hal ini. Kita terlalu sering jatuh. Dan tangan Bapa kita siap untuk menjejakkan kaki kita kembali dan membuat kita terus berjalan. Tangan yang terbukti dan dapat dipercaya itu adalah Pengakuan Dosa. Pengakuan dosa adalah sakramen yang mengangkat kita; pengakuan dosa tidak meninggalkan kita di tanah, menangis di atas batu-batu keras tempat kita jatuh. Pengakuan dosa adalah sakramen kebangkitan, kerahiman belaka. Semua orang yang mendengarkan pengakuan dosa harus menyampaikan manisnya kerahiman. Inilah yang harus dilakukan oleh para bapa pengakuan : menyampaikan manisnya kerahiman Yesus yang mengampuni segalanya. Allah mengampuni segalanya.

 

Bersama dengan damai sejahtera yang merehabilitasi kita dan pengampunan yang mengangkat kita, Yesus memberi murid-murid-Nya karunia kerahiman yang ketiga : Ia menunjukkan kepada mereka luka-luka-Nya. Dengan luka-luka itu kita disembuhkan (bdk. 1Ptr 2:24; Yes 53:5). Tetapi bagaimana luka-luka bisa menyembuhkan kita? Dengan kerahiman. Dalam luka-luka itu, seperti Thomas, kita secara harfiah dapat menyentuh fakta bahwa Allah telah mengasihi kita sampai akhir. Ia telah membuat luka-luka kita menjadi luka-luka-Nya dan menanggung kelemahan kita dalam tubuh-Nya. Luka-luka-Nya adalah saluran yang terbuka antara Dia dan kita, menumpahkan kerahiman atas kesengsaraan kita. Luka-luka-Nya adalah jalan yang telah dibuka Allah bagi kita untuk masuk ke dalam kasih-Nya yang lembut dan “menyentuh” siapa Dia sesungguhnya. Marilah kita tidak pernah lagi meragukan kerahiman-Nya. Dengan menyembah dan mencium luka-luka-Nya, kita menyadari bahwa dalam kasih-Nya yang lembut segenap kelemahan kita diterima. Hal ini terjadi pada setiap Misa, di mana Yesus menawarkan kepada kita tubuh-Nya yang terluka dan bangkit. Kita menyentuh-Nya dan Ia menyentuh hidup kita. Ia menurunkan surga bagi kita. Luka-luka-Nya yang bercahaya menghalau kegelapan yang kita bawa dalam batin. Seperti Thomas, kita menemukan Allah; kita menyadari betapa dekatnya Ia dengan kita dan kita tergerak untuk berseru, "Ya Tuhanku dan Allahku!" (Yoh 20:28). Segalanya berasal dari hal ini, dari rahmat menerima kerahiman. Inilah titik awal perjalanan Kristiani kita. Tetapi jika kita percaya pada kemampuan kita sendiri, pada efisiensi tatanan dan rencana kita, kita tidak akan melangkah jauh. Hanya jika kita menerima kasih Allah, barulah kita dapat menawarkan sesuatu yang baru kepada dunia.

 

Dan itulah yang dilakukan para murid : menerima kerahiman, mereka pada gilirannya menjadi berkerahiman. Kita melihat hal ini dalam Bacaan Pertama. Kisah Para Rasul mempertalikan bahwa "Tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama" (4:32). Ini bukan komunisme, tetapi Kristiani belaka. Lebih mengejutkan lagi ketika kita memikirkan bahwa mereka adalah murid-murid yang sebelumnya juga mempertengkarkan tentang kelayakan dan pahala, dan tentang siapa yang terbesar di antara mereka (bdk. Mat 10:37; Luk 22:24). Sekarang mereka berbagi segalanya; mereka "sehati dan sejiwa"(Kis 4:32). Bagaimana mereka berubah seperti itu? Mereka sekarang melihat dalam diri orang lain kerahiman yang juga mengubah hidup mereka sendiri. Mereka menemukan bahwa mereka berbagi perutusan, pengampunan dan tubuh Yesus, dan oleh karena itu berbagi kepunyaan mereka tampaknya wajar. Teks melanjutkan : "Tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka" (ayat 34). Ketakutan mereka telah disingkirkan dengan menyentuh luka-luka Tuhan, dan sekarang mereka tidak takut untuk menyembuhkan luka-luka mereka yang berkekurangan. Karena di sana mereka melihat Yesus. Karena Yesus ada di sana, dalam luka-luka mereka yang berkekurangan.

 

Saudari yang terkasih, saudara yang terkasih, apakah kamu ingin bukti bahwa Tuhan telah menjamah hidupmu? Lihatlah apakah kamu bisa membungkuk untuk membalut luka-luka orang lain. Hari ini adalah hari untuk memohon, “Apakah aku yang begitu sering menerima damai sejahtera Tuhan, kerahiman-Nya, berkerahiman kepada orang lain? Apakah aku, yang sudah begitu sering diberi makan tubuh Yesus, berusaha menghilangkan rasa lapar orang miskin?” Janganlah kita tetap acuh tak acuh. Janganlah kita menjalankan iman satu arah, iman yang menerima tetapi tidak memberi, iman yang menerima pemberian tetapi tidak memberikannya sebagai balasannya. Setelah menerima belas kasihan, marilah kita sekarang menjadi berkerahiman. Karena jika kasih hanya tentang kita, iman menjadi gersang, mandul dan mengedepankan perasaan. Tanpa orang lain, iman menjadi tanpa tubuh. Tanpa perbuatan kerahiman, iman mati (bdk. Yak 2:17). Saudara dan saudari yang terkasih, marilah kita diperbarui oleh damai sejahtera, pengampunan dan luka-luka Yesus yang penuh kerahiman. Marilah kita memohon rahmat untuk menjadi saksi-saksi kerahiman. Hanya dengan cara ini iman kita akan hidup dan hidup kita bersatu. Hanya dengan cara ini kita akan memberitakan Injil Tuhan, yaitu Injil kerahiman.

____


(Peter Suriadi - Bogor, 11 April 2021)

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.