Bacaan Ekaristi : Bacaan 1: Kej. 1:1-2:2; Mzm. 104:1-2a,5-6,10,12,13-14,24,35c atau Mzm. 33:4-5,6-7,12-13,20,22; Bacaan 2: Kej. 22:1-18; Mzm. 16:5,8,9-10,11; Bacaan 3: Kel. 14:15-15:1; MT Kel. 15:1-2,3-4,5-6,17-18; Bacaan 4: Yes. 54:5-14; Mzm. 30:2,4,5-6,11,12a,13b; Bacaan 5: Yes. 55:1-11; MT Yes. 12:2-3,4bcd,5-6; Bacaan 6: Bar. 3:9-15,32-4:4; Mzm. 19:8,9,10,11; Bacaan 7: Yeh. 36:16-17a,18-28; Mzm. 42:3,5bcd; 43:3,4 atau kalau ada pembaptisan MT Yes. 12:2-3,4bcd,5-6 atau juga Mzm. 51:12-13,14-15,18-19; Epistola : Rm. 6:3-11; Mzm. 118:1-2,16ab-17,22-23; Bacaan Injil: Mrk. 16:1-7.
Para perempuan mengira mereka akan
menemukan jasad untuk diurapi; sebaliknya mereka malahan menemukan kubur
kosong. Mereka pergi untuk meratapi orang mati; sebaliknya mereka malahan
mendengar pewartaan kehidupan.
Karena alasan ini, Injil memberitahu
kita, para perempuan "ditimpa gentar dan dahsyat" (Mrk 16:8). Penuh
ketakutan, gentar, dan kedahsyatan. Ketakutan bercampur baur dengan sukacita
yang membuat hati mereka terkejut ketika mereka melihat batu yang sangat besar
di hadapan kubur sudah terguling dan di dalamnya ada seorang muda yang memakai
jubah putih.
Heran ketika mendengar kata-kata :
“Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah
bangkit". Dan sebuah pesan : “Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu
akan melihat Dia".
Semoga kita juga menerima pesan ini,
pesan Paskah. Marilah kita pergi ke Galilea, di mana Tuhan yang bangkit telah
mendahului kita. Namun apa artinya "pergi ke Galilea?"
Pertama, pergi ke Galilea berarti
memulai kembali. Bagi para murid, pergi ke Galilea berarti kembali ke tempat di
mana Tuhan pertama kali mencari dan memanggil mereka untuk mengikuti-Nya.
Tempat perjumpaan pertama mereka dan tempat cinta pertama mereka.
Sejak saat itu, dengan meninggalkan
jala, mereka mengikuti Yesus, mendengarkan khotbah-Nya dan menyaksikan berbagai
mukjizat yang Ia perbuat. Namun, meski mereka selalu bersama-Nya, mereka tidak
sepenuhnya memahami-Nya. Seringkali mereka salah memahami kata-kata-Nya dan di depan
salib mereka meninggalkan-Nya dan melarikan diri.
Meskipun demikian, Tuhan yang bangkit
sekali lagi tampil sebagai yang mendahului mereka ke Galilea. Ia mendahului
mereka. Ia berdiri di depan mereka dan terus-menerus memanggil mereka untuk
mengikuti-Nya. Ia berkata kepada mereka : “Mari kita memulai dari tempat kita
memulai. Marilah kita memulai kembali. Aku ingin kamu bersama-Ku lagi, terlepas
dari segalanya”.
Di Galilea ini, kita belajar untuk
dahsyat dengan kasih Tuhan yang tak terbatas, yang membuka jalur baru di
sepanjang jalan kekalahan kita. Ia seperti ini, dan Ia mengundang kita ke
Galilea untuk menjadi seperti ini.
Inilah pesan pertama Paskah yang akan
saya tawarkan kepadamu : selalu mungkin untuk memulai kembali, karena selalu
ada kehidupan baru yang dapat dibangkitkan Allah di dalam diri kita terlepas
dari semua kegagalan kita.
Bahkan dari puing-puing hati kita -
kita masing-masing tahu, tahu puing-puing hati kita masing-masing. Dari
puing-puing hati kita, Allah bisa menciptakan sebuah karya seni; dari sisa-sisa
kemanusiaan kita yang remuk redam, Allah dapat mempersiapkan sejarah baru. Ia
tidak pernah berhenti mendahului kita : di dalam salib penderitaan, kehancuran
dan kematian, dan dalam kemuliaan hidup yang dibangkitkan kembali, sejarah yang
berubah, harapan yang dilahirkan kembali. Di bulan-bulan pandemi yang kelam
ini, marilah kita mendengarkan Tuhan yang bangkit saat Ia mengundang kita untuk
memulai kembali dan jangan pernah berputus asa.
Pergi ke Galilea juga berarti
menempuh jalan baru. Pergi ke Galilea berarti menjauhi kubur. Para perempuan
sedang mencari Yesus di kubur; mereka pergi untuk mengingat apa yang telah
mereka alami bersama-Nya, yang sekarang telah hilang selamanya. Mereka pergi
untuk menikmati kesedihan mereka.
Ada semacam iman yang bisa menjadi
kenangan akan sesuatu yang dulu indah, sekarang hanya untuk diingat. Banyak
orang - kita juga - mengalami "iman kenangan" seolah-olah Yesus
adalah seseorang dari masa lalu, seorang sahabat lama pada masa muda mereka
yang sekarang sudah jauh, sebuah peristiwa yang terjadi di masa lalu, ketika
mereka menghadiri katekisasi sebagai seorang anak. Keyakinan yang berupa
kebiasaan, hal-hal dari masa lalu, kenangan masa kecil yang indah, justru bukan
lagi keyakinan yang menggerakkan saya, atau menantang saya.
Pergi ke Galilea justru berarti
menyadari bahwa iman, jika ingin dihidupkan, harus kembali ke jalannya. Pergi
ke Galilea setiap hari harus memperbarui langkah pertama perjalanan,
kedahsyatan perjumpaan pertama. Dan pergi ke Galilea harus terus percaya, tidak
memikirkan sudah tahu segalanya, tetapi merangkul kerendahan hati orang-orang
yang memperkenankan diri mereka dikejutkan oleh cara Allah.
Kita takut akan kejutan-kejutan
Allah; kita sering takut Allah akan mengejutkan kita. Dan hari ini Tuhan
mengundang kita untuk menjadikan diri kita terkejut.
Lalu, marilah kita pergi ke Galilea
untuk menemukan bahwa Allah tidak dapat bersemayam di antara kenangan masa
kecil kita, tetapi hidup dan dipenuhi dengan kejutan. Bangkit dari antara orang
mati, Yesus tidak pernah berhenti membuat kita dahsyat.
Kemudian, inilah pesan kedua Paskah :
iman bukanlah album kenangan masa lalu; Yesus tidak ketinggalan zaman. Ia hidup
di sini dan sekarang. Ia berjalan di sampingmu setiap hari, dalam setiap
situasi yang sedang kamu alami, dalam setiap pencobaan yang harus kamu
tanggung, dalam harapan dan impianmu yang terdalam.
Ia membuka pintu baru ketika kamu
tidak mengharapkannya, Ia mendorongmu untuk tidak memanjakan diri dalam
nostalgia masa lalu atau sinisme tentang masa kini. Bahkan jika kamu merasa
bahwa semuanya telah hilang, tolong perkenankanlah dirimu terbuka terhadap
kedahsyatan kebaruan yang dibawa Yesus : Ia pasti akan mengejutkanmu.
Pergi ke Galilea juga berarti pergi
ke pinggiran. Galilea adalah pos terdepan : mereka yang tinggal di wilayah yang
beragam dan berlainan itu adalah orang-orang yang paling jauh dari kemurnian
ritual Yerusalem. Namun di sanalah Yesus memulai perutusan-Nya. Di sanalah Ia
membawa pesan-Nya kepada orang-orang yang berjuang untuk hidup dari hari demi
hari, mewartakan pesan ini kepada orang-orang yang tersisih, yang rentan dan
yang miskin. Di sana Ia membawa wajah dan kehadiran Allah, yang tanpa kenal
lelah mencari orang-orang yang putus asa atau tersesat, yang pergi ke pinggiran
keberadaan, karena di mata-Nya tidak ada orang yang paling hina, tidak ada orang
yang tidak disertakan.
Tuhan yang bangkit meminta
murid-murid-Nya untuk pergi ke sana bahkan sampai hari ini. Ia meminta kita
untuk pergi ke Galilea, ke “Galilea yang sesungguhnya” ini. Pergi ke Galilea
adalah tatanan kehidupan sehari-hari, jalanan yang kita lalui setiap hari,
sudut-sudut kota kita. Di sana Tuhan mendahului kita dan menjadikan diri-Nya
hadir dalam kehidupan orang-orang di sekitar kita, orang-orang yang ambil
bagian di zaman kita, rumah kita, pekerjaan kita, kesulitan dan harapan kita.
Di Galilea kita belajar bahwa kita
dapat menemukan Yesus yang bangkit di wajah saudara-saudari kita, dalam
antusiasme orang-orang yang bermimpi dan kepasrahan orang-orang yang putus asa,
dalam senyuman orang-orang yang bersukacita dan air mata orang-orang yang
menderita, dan terutama orang-orang miskin dan orang-orang yang berada di pinggiran.
Kita akan merasakan betapa dahsyat kebesaran Allah terungkap dalam kehinaan,
betapa keindahan-Nya terpancar dalam diri orang-orang miskin dan sederhana.
Dan inilah pesan ketiga Paskah :
Yesus, Tuhan yang bangkit, mengasihi kita tanpa batas dan ada di sana setiap
saat kehidupan kita. Setelah menjadikan diri-Nya hadir di jantung dunia kita,
Ia mengundang kita untuk mengatasi rintangan, menyingkirkan prasangka, dan setiap
hari mendekati orang-orang di sekitar kita untuk menemukan kembali rahmat
kehidupan sehari-hari.
Marilah kita mengenali-Nya di sini,
hadir di Galilea kita, dalam kehidupan sehari-hari. Bersama-Nya, hidup akan
berubah. Karena mengatasi seluruh kekalahan, kejahatan dan kekerasan, mengatasi
seluruh penderitaan dan kematian, Yesus yang bangkit hidup dan menuntun
sejarah.
Saudara, saudari, jika pada malam ini
kamu sedang mengalami satu jam kegelapan, hari yang belum fajar, cahaya yang
redup atau mimpi yang remuk redam, bukalah hatimu dengan kedahsyatan terhadap
pesan Paskah : “Jangan takut, Ia telah bangkit! Ia menunggumu di Galilea”.
Pengharapanmu tidak akan tetap tidak
terpenuhi, air matamu akan mengering, ketakutanmu akan digantikan oleh harapan.
Karena Tuhan selalu berjalan di depanmu, Ia selalu berjalan mendahuluimu. Dan,
bersama Dia, hidup selalu dimulai kembali.
____
(Peter Suriadi - Bogor, 4 April 2021)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.