Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA MALAM PASKAH DI BASILIKA SANTO PETRUS, VATIKAN, 3 April 2021 : TIGA MAKNA PERGI KE GALILEA


Bacaan Ekaristi : Bacaan 1: Kej. 1:1-2:2; Mzm. 104:1-2a,5-6,10,12,13-14,24,35c atau Mzm. 33:4-5,6-7,12-13,20,22; Bacaan 2: Kej. 22:1-18; Mzm. 16:5,8,9-10,11; Bacaan 3: Kel. 14:15-15:1; MT Kel. 15:1-2,3-4,5-6,17-18; Bacaan 4: Yes. 54:5-14; Mzm. 30:2,4,5-6,11,12a,13b; Bacaan 5: Yes. 55:1-11; MT Yes. 12:2-3,4bcd,5-6; Bacaan 6: Bar. 3:9-15,32-4:4; Mzm. 19:8,9,10,11; Bacaan 7: Yeh. 36:16-17a,18-28; Mzm. 42:3,5bcd; 43:3,4 atau kalau ada pembaptisan MT Yes. 12:2-3,4bcd,5-6 atau juga Mzm. 51:12-13,14-15,18-19; Epistola : Rm. 6:3-11; Mzm. 118:1-2,16ab-17,22-23; Bacaan Injil: Mrk. 16:1-7.

 

Para perempuan mengira mereka akan menemukan jasad untuk diurapi; sebaliknya mereka malahan menemukan kubur kosong. Mereka pergi untuk meratapi orang mati; sebaliknya mereka malahan mendengar pewartaan kehidupan.

 

Karena alasan ini, Injil memberitahu kita, para perempuan "ditimpa gentar dan dahsyat" (Mrk 16:8). Penuh ketakutan, gentar, dan kedahsyatan. Ketakutan bercampur baur dengan sukacita yang membuat hati mereka terkejut ketika mereka melihat batu yang sangat besar di hadapan kubur sudah terguling dan di dalamnya ada seorang muda yang memakai jubah putih.

 

Heran ketika mendengar kata-kata : “Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit". Dan sebuah pesan : “Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia".

 

Semoga kita juga menerima pesan ini, pesan Paskah. Marilah kita pergi ke Galilea, di mana Tuhan yang bangkit telah mendahului kita. Namun apa artinya "pergi ke Galilea?"

 

Pertama, pergi ke Galilea berarti memulai kembali. Bagi para murid, pergi ke Galilea berarti kembali ke tempat di mana Tuhan pertama kali mencari dan memanggil mereka untuk mengikuti-Nya. Tempat perjumpaan pertama mereka dan tempat cinta pertama mereka.

 

Sejak saat itu, dengan meninggalkan jala, mereka mengikuti Yesus, mendengarkan khotbah-Nya dan menyaksikan berbagai mukjizat yang Ia perbuat. Namun, meski mereka selalu bersama-Nya, mereka tidak sepenuhnya memahami-Nya. Seringkali mereka salah memahami kata-kata-Nya dan di depan salib mereka meninggalkan-Nya dan melarikan diri.

 

Meskipun demikian, Tuhan yang bangkit sekali lagi tampil sebagai yang mendahului mereka ke Galilea. Ia mendahului mereka. Ia berdiri di depan mereka dan terus-menerus memanggil mereka untuk mengikuti-Nya. Ia berkata kepada mereka : “Mari kita memulai dari tempat kita memulai. Marilah kita memulai kembali. Aku ingin kamu bersama-Ku lagi, terlepas dari segalanya”.

 

Di Galilea ini, kita belajar untuk dahsyat dengan kasih Tuhan yang tak terbatas, yang membuka jalur baru di sepanjang jalan kekalahan kita. Ia seperti ini, dan Ia mengundang kita ke Galilea untuk menjadi seperti ini.

 

Inilah pesan pertama Paskah yang akan saya tawarkan kepadamu : selalu mungkin untuk memulai kembali, karena selalu ada kehidupan baru yang dapat dibangkitkan Allah di dalam diri kita terlepas dari semua kegagalan kita.

 

Bahkan dari puing-puing hati kita - kita masing-masing tahu, tahu puing-puing hati kita masing-masing. Dari puing-puing hati kita, Allah bisa menciptakan sebuah karya seni; dari sisa-sisa kemanusiaan kita yang remuk redam, Allah dapat mempersiapkan sejarah baru. Ia tidak pernah berhenti mendahului kita : di dalam salib penderitaan, kehancuran dan kematian, dan dalam kemuliaan hidup yang dibangkitkan kembali, sejarah yang berubah, harapan yang dilahirkan kembali. Di bulan-bulan pandemi yang kelam ini, marilah kita mendengarkan Tuhan yang bangkit saat Ia mengundang kita untuk memulai kembali dan jangan pernah berputus asa.

 

Pergi ke Galilea juga berarti menempuh jalan baru. Pergi ke Galilea berarti menjauhi kubur. Para perempuan sedang mencari Yesus di kubur; mereka pergi untuk mengingat apa yang telah mereka alami bersama-Nya, yang sekarang telah hilang selamanya. Mereka pergi untuk menikmati kesedihan mereka.

 

Ada semacam iman yang bisa menjadi kenangan akan sesuatu yang dulu indah, sekarang hanya untuk diingat. Banyak orang - kita juga - mengalami "iman kenangan" seolah-olah Yesus adalah seseorang dari masa lalu, seorang sahabat lama pada masa muda mereka yang sekarang sudah jauh, sebuah peristiwa yang terjadi di masa lalu, ketika mereka menghadiri katekisasi sebagai seorang anak. Keyakinan yang berupa kebiasaan, hal-hal dari masa lalu, kenangan masa kecil yang indah, justru bukan lagi keyakinan yang menggerakkan saya, atau menantang saya.

 

Pergi ke Galilea justru berarti menyadari bahwa iman, jika ingin dihidupkan, harus kembali ke jalannya. Pergi ke Galilea setiap hari harus memperbarui langkah pertama perjalanan, kedahsyatan perjumpaan pertama. Dan pergi ke Galilea harus terus percaya, tidak memikirkan sudah tahu segalanya, tetapi merangkul kerendahan hati orang-orang yang memperkenankan diri mereka dikejutkan oleh cara Allah.

 

Kita takut akan kejutan-kejutan Allah; kita sering takut Allah akan mengejutkan kita. Dan hari ini Tuhan mengundang kita untuk menjadikan diri kita terkejut.

 

Lalu, marilah kita pergi ke Galilea untuk menemukan bahwa Allah tidak dapat bersemayam di antara kenangan masa kecil kita, tetapi hidup dan dipenuhi dengan kejutan. Bangkit dari antara orang mati, Yesus tidak pernah berhenti membuat kita dahsyat.

 

Kemudian, inilah pesan kedua Paskah : iman bukanlah album kenangan masa lalu; Yesus tidak ketinggalan zaman. Ia hidup di sini dan sekarang. Ia berjalan di sampingmu setiap hari, dalam setiap situasi yang sedang kamu alami, dalam setiap pencobaan yang harus kamu tanggung, dalam harapan dan impianmu yang terdalam.

 

Ia membuka pintu baru ketika kamu tidak mengharapkannya, Ia mendorongmu untuk tidak memanjakan diri dalam nostalgia masa lalu atau sinisme tentang masa kini. Bahkan jika kamu merasa bahwa semuanya telah hilang, tolong perkenankanlah dirimu terbuka terhadap kedahsyatan kebaruan yang dibawa Yesus : Ia pasti akan mengejutkanmu.

 

Pergi ke Galilea juga berarti pergi ke pinggiran. Galilea adalah pos terdepan : mereka yang tinggal di wilayah yang beragam dan berlainan itu adalah orang-orang yang paling jauh dari kemurnian ritual Yerusalem. Namun di sanalah Yesus memulai perutusan-Nya. Di sanalah Ia membawa pesan-Nya kepada orang-orang yang berjuang untuk hidup dari hari demi hari, mewartakan pesan ini kepada orang-orang yang tersisih, yang rentan dan yang miskin. Di sana Ia membawa wajah dan kehadiran Allah, yang tanpa kenal lelah mencari orang-orang yang putus asa atau tersesat, yang pergi ke pinggiran keberadaan, karena di mata-Nya tidak ada orang yang paling hina, tidak ada orang yang tidak disertakan.

 

Tuhan yang bangkit meminta murid-murid-Nya untuk pergi ke sana bahkan sampai hari ini. Ia meminta kita untuk pergi ke Galilea, ke “Galilea yang sesungguhnya” ini. Pergi ke Galilea adalah tatanan kehidupan sehari-hari, jalanan yang kita lalui setiap hari, sudut-sudut kota kita. Di sana Tuhan mendahului kita dan menjadikan diri-Nya hadir dalam kehidupan orang-orang di sekitar kita, orang-orang yang ambil bagian di zaman kita, rumah kita, pekerjaan kita, kesulitan dan harapan kita.

 

Di Galilea kita belajar bahwa kita dapat menemukan Yesus yang bangkit di wajah saudara-saudari kita, dalam antusiasme orang-orang yang bermimpi dan kepasrahan orang-orang yang putus asa, dalam senyuman orang-orang yang bersukacita dan air mata orang-orang yang menderita, dan terutama orang-orang miskin dan orang-orang yang berada di pinggiran. Kita akan merasakan betapa dahsyat kebesaran Allah terungkap dalam kehinaan, betapa keindahan-Nya terpancar dalam diri orang-orang miskin dan sederhana.

 

Dan inilah pesan ketiga Paskah : Yesus, Tuhan yang bangkit, mengasihi kita tanpa batas dan ada di sana setiap saat kehidupan kita. Setelah menjadikan diri-Nya hadir di jantung dunia kita, Ia mengundang kita untuk mengatasi rintangan, menyingkirkan prasangka, dan setiap hari mendekati orang-orang di sekitar kita untuk menemukan kembali rahmat kehidupan sehari-hari.

 

Marilah kita mengenali-Nya di sini, hadir di Galilea kita, dalam kehidupan sehari-hari. Bersama-Nya, hidup akan berubah. Karena mengatasi seluruh kekalahan, kejahatan dan kekerasan, mengatasi seluruh penderitaan dan kematian, Yesus yang bangkit hidup dan menuntun sejarah.

 

Saudara, saudari, jika pada malam ini kamu sedang mengalami satu jam kegelapan, hari yang belum fajar, cahaya yang redup atau mimpi yang remuk redam, bukalah hatimu dengan kedahsyatan terhadap pesan Paskah : “Jangan takut, Ia telah bangkit! Ia menunggumu di Galilea”.

 

Pengharapanmu tidak akan tetap tidak terpenuhi, air matamu akan mengering, ketakutanmu akan digantikan oleh harapan. Karena Tuhan selalu berjalan di depanmu, Ia selalu berjalan mendahuluimu. Dan, bersama Dia, hidup selalu dimulai kembali.

____


(Peter Suriadi - Bogor, 4 April 2021)

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.