Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA DI TEMPAT SUCI NASIONAL SASTIN, SLOVAKIA 15 September 2021 : MARIA – BUNDA PERJALANAN, BUNDA KENABIAN DAN BUDA BELAS KASIH

Bacaan Ekaristi : Kis 1:12-14; 1Ptr 4:13-16; Luk 2:33-35.

 

Di Bait Allah Yerusalem, Maria mempersembahkan bayi Yesus kepada Simeon yang sudah lanjut usia, yang menatang-Nya dan mengakui-Nya sebagai Mesias yang diutus untuk menyelamatkan Israel. Di sini kita melihat Maria yang sesungguhnya : Bunda yang memberikan Yesus Putranya kepada kita. Itulah sebabnya kita mengasihi dan menghormatinya. Di Tempat Kudus Nasional Saštín ini, rakyat Slovakia bergegas kepadanya dengan iman dan devosi, karena mereka tahu bahwa ia memberikan Yesus kepada kita. Logo Perjalanan Apostolik ini menggambarkan jalan berliku di dalam hati yang diliputi oleh salib : Maria adalah jalan yang menuntun kita menuju Hati Kristus, yang memberikan nyawa-Nya demi mengasihi kita.

 

Dalam terang Injil yang baru saja kita dengar, kita dapat merenungkan Maria sebagai teladan iman. Dan kita dapat membedakan tiga dimensi iman : iman adalah perjalanan, kenabian dan belas kasih.

 

Pertama, iman Maria adalah iman yang membawanya kepada sebuah perjalanan. Perempuan belia Nazaret tersebut, setelah mendengar pesan malaikat, “langsung berjalan ke pegunungan” (Luk 1:39) untuk mengunjungi dan membantu Elisabet, sanaknya. Ia tidak menganggap istimewa keterpilihannya sebagai Bunda Sang Juruselamat; ia tidak kehilangan sukacita bersahaja kerendahan hatinya setelah kunjungan malaikat; ia tidak terus memikirkan dirinya sendiri di dalam keempat dinding rumahnya. Sebaliknya, ia mengalami karunia yang ia terima sebagai perutusan yang harus dilaksanakan; ia merasa terdesak untuk membuka pintu dan keluar; ia menjadi benar-benar terperangkap dalam "ketergesaan" Allah untuk menjangkau semua orang dengan kasih-Nya yang menyelamatkan. Itulah sebabnya Maria memulai perjalanannya. Ia memilih ketidaktahuan perjalanan mengatasi kenyamanan rutinitas sehari-harinya, keletihan perjalanan mengatasi kedamaian dan ketenangan rumah; risiko iman yang menjadikan hidup kita sebagai karunia mengasihi orang lain mengatasi kesalehan yang tenang.

 

Injil hari ini juga menampilkan Maria saat ia memulai perjalanan : kali ini menuju Yerusalem, di mana bersama-sama dengan Yusuf, tunangannya, ia mempersembahkan Yesus di Bait Allah. Sisa hidupnya akan menjadi sebuah perjalanan menjejaki langkah Putranya, sebagai murid-Nya yang pertama, bahkan menuju Kalvari, menuju kaki salib. Maria tidak pernah berhenti melakukan perjalanan.

 

Bagimu, rakyat Slovakia, Santa Perawan adalah model iman : iman yang melibatkan perjalanan, iman yang diilhami oleh devosi sederhana dan tulus, peziarahan terus-menerus untuk mencari Tuhan. Dengan melakukan perjalanan ini, kamu mengatasi godaan menuju iman yang pasif, puas dengan ritual ini atau itu ataupun tradisi kuno. Sebaliknya, kamu meninggalkan dirimu dan berangkat, membawa suka dan duka kehidupan ini di dalam ranselmu, dan dengan demikian menjadikan hidupmu sebagai peziarahan mengasihi Allah dan saudara-saudarimu. Terima kasih untuk kesaksian ini! Dan tolong, selalu bertahan dalam perjalanan ini! Jangan berhenti! Dan saya ingin menambahkan sesuatu yang lain. Saya katakan : “Jangan berhenti”, karena ketika Gereja berhenti, ia menjadi sakit. Ketika para Uskup berhenti, mereka membuat Gereja sakit. Ketika para imam berhenti, mereka membuat umat Allah sakit.

 

Iman Maria juga bersifat kenabian. Dengan hidupnya, perempuan belia Nazaret tersebut adalah tanda kenabian yang menunjuk pada kehadiran Allah dalam sejarah manusia, campur tangan-Nya yang penuh belas kasihan yang mengacaukan nalar dunia, meninggikan orang-orang yang rendah dan menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya (bdk. Luk 1:52). Maria mewujudkan "kaum miskin Tuhan", yang berseru kepada-Nya dan menantikan kedatangan Mesias. Ia adalah Putri Sion yang diwartakan oleh para nabi Israel (bdk. Zef 3:14-18), Perawan yang akan mengandung Imanuel, Allah beserta kita (bdk. Yes 7:14). Sebagai Perawan Tak Bernoda, Maria adalah ikon panggilan kita, karena, seperti dia, kita dipanggil untuk menjadi kudus dan tak bercacat dalam kasih (bdk. Ef 1:4), gambaran Kristus.

 

Tradisi kenabian Israel berpuncak dalam diri Maria, karena di dalam rahimnya ia mengandung Yesus, Sang Sabda yang menjelma yang menyempurnakan dan rencana penyelamatan Allah yang pasti. Tentang Yesus, Simeon berkata kepada Maria : "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan" (Luk 2:34).

 

Jangan pernah kita melupakan hal ini : iman tidak bisa dikurangi menjadi pemanis untuk membuat hidup semakin enak. Yesus adalah tanda perbantahan. Ia datang untuk membawa terang ke dalam kegelapan, menyingkap kegelapan apa adanya dan memaksanya untuk tunduk kepada-Nya. Karena alasan ini, kegelapan selalu menentang-Nya. Orang-orang yang menerima Kristus dalam hidup mereka akan bangkit; orang-orang yang menentang-Nya tetap berada dalam kegelapan, menuju kehancuran mereka. Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia datang bukan untuk membawa damai melainkan pedang (bdk. Mat 10:34) : sesungguhnya, sabda-Nya, laksana pedang bermata dua, menembus hidup kita, memisahkan terang dari kegelapan dan menuntut keputusan. Kata-kata-Nya menuntut kita : "Pilihlah!" Ketika bersangkutan dengan Yesus, kita tidak bisa tetap suam-suam kuku, dengan kaki di kedua kubu; kita tidak bisa. Ketika aku menerima-Nya, Ia mengungkapkan perbantahanku, berhalaku, pencobaanku. Ia menjadi kebangkitanku, orang yang selalu mengangkatku saat aku jatuh, orang yang memegang tanganku dan membiarkanku memulai lagi. Ia selalu mengangkatku.

 

Slovakia saat ini membutuhkan nabi-nabi seperti itu. Saya mendorongmu, para Uskup : jadilah nabi yang mengikuti jalan ini. Ini tidak ada hubungannya dengan permusuhan terhadap dunia, tetapi dengan menjadi "tanda-tanda perbantahan" di dalam dunia. Umat Kristiani yang dapat menunjukkan keindahan Injil melalui cara hidup mereka. Umat Kristiani yang merajut dialog di mana permusuhan sedang berkembang; para sokoguru kehidupan persaudaraan di mana masyarakat sedang mengalami ketegangan dan permusuhan; para pembawa aroma manis keramahan dan kesetiakawanan di mana keegoisan pribadi dan bersama terlalu sering terjadi, para pelindung dan penjaga kehidupan di mana budaya kematian berkuasa.

 

Maria, sang bunda perjalanan, memulai perjalanan. Maria juga Bunda kenabian. Terakhir, Maria adalah Bunda belas kasih. Imannya berbelas kasih. Ia, "hamba Tuhan" (bdk. Luk 1:38) yang, dengan kepedulian seorang ibu, memastikan bahwa anggur pada pesta perkawinan di Kana akan cukup (bdk. Yoh 2:1-12), ambil bagian dalam perutusan keselamatan Putranya, bahkan sampai di kaki Salib. Di Kalvari, dalam kesedihannya yang luar biasa, ia memahami nubuat Simeon : “Dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri” (Luk 2:35). Penderitaan Putranya yang mendekati ajal, yang telah menanggung dosa dan kelemahan umat manusia, menembus hatinya. Yesus menderita dalam daging, manusia dukacita, diremukkan oleh kejahatan (bdk. Yes 53:3 dst). Maria menderita dalam roh, sebagai Bunda yang berbelas kasih yang mengeringkan air mata kita, menghibur kita dan menunjukkan kemenangan Kristus yang pasti.

 

Maria, Bunda Dukacita, tetap berada di kaki salib. Ia hanya berdiri di sana. Ia tidak melarikan diri, atau berusaha menyelamatkan diri, atau mencari cara untuk meringankan kesedihannya. Inilah bukti belas kasih sejati : tetap berdiri di bawah salib. Berdiri di sana dan menangis, namun dengan iman yang tahu bahwa, di dalam Putranya, Allah mengubah rupa rasa sakit dan penderitaan serta mengalahkan maut.

 

Dengan merenungkan Bunda Maria yang Berdukacita, semoga kita juga membuka hati kita terhadap iman yang menjadi belas kasih, iman yang mengidentifikasikan diri dengan orang-orang yang terluka, menderita dan terpaksa memikul salib yang berat. Iman yang tidak tetap semu, tetapi menjelma dalam persekutuan dengan orang-orang yang membutuhkan. Iman yang meneladan cara Allah berbuat sesuatu, secara diam-diam meringankan penderitaan dunia kita dan menyirami tanah sejarah dengan keselamatan.

 

Saudara dan saudari yang terkasih, semoga Tuhan selalu memelihara di dalam dirimu keheranan dan rasa syukur atas karunia iman yang agung! Dan semoga Santa Maria memperolehkan bagimu rahmat iman yang selalu muncul baru, sangat kenabian dan berlimpah dalam belas kasih.

 

[Kata-kata Penutup Paus Fransiskus]

 

Waktunya sekarang telah tiba bagi saya untuk meninggalkan negaramu. Dalam Ekaristi ini saya bersyukur kepada Allah karena Ia telah memperkenankan saya untuk datang di antaramu dan mengakhiri peziarahan saya dalam pelukan umat-Mu yang berbakti, merayakan bersama-sama pesta besar keagamaan dan nasional pelindungmu, Perawan Maria yang Berdukacita.

 

Saudara-saudara para uskup yang terkasih, dengan tulus saya mengucapkan terima kasih atas seluruh persiapan dan penyambutanmu. Kembali saya mengucapkan terima kasih kepada Presiden Republik dan otoritas sipil Slovakia. Dan saya berterima kasih kepada semua orang yang, secara berbeda, telah bekerjasama dalam peziarahan ini, terutama melalui doa-doa mereka.

 

Saya membawamu dalam hati saya. Ďakujem všetkým! [Terima kasih semua!]

_____


(Peter Suriadi - Bogor, 15 September 2021)

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.