Sebuah
tulisan muncul dalam benak, di pintu sebuah kuburan kecil, di utara :
"Kamu yang lewat, pikirkan langkahmu, dan memikirkan langkahmu pikirkan
langkah terakhir". Kamu yang lewat.
Hidup adalah
sebuah perjalanan, kita semua sedang dalam perjalanan. Kita semua, jika kita
ingin melakukan sesuatu dalam kehidupan, sedang dalam perjalanan. Perjalanan
bukan sebuah jalan-jalan, bahkan sebuah labirin, bukan sebuah jalan-jalan.
Dalam perjalanan, kita melewati begitu banyak fakta sejarah, menghadapi begitu
banyak situasi sulit. Dan juga di depan kuburan. Inilah nasihat kuburan :
"Kamu yang lewat, hentikan langkah dan pikirkan, pikirkan langkahmu,
langkah terakhir". Kita semua akan memiliki satu langkah terakhir.
Seseorang dapat mengatakan kepada saya : "Bapa, jangan terlalu sedih,
jangan tragis". Tetapi itulah kebenarannya. Hal penting adalah bahwa
langkah terakhir itu mendapati kita di jalan, tidak berbelok di jalan; dalam
perjalanan hidup dan bukan dalam labirin yang tak berujung. Berada di jalan
sehingga langkah terakhir akan mendapati kita berjalan. Inilah pemikiran
pertama yang ingin saya katakan dan itu berasal dari hati saya.
Pemikiran
kedua adalah kuburan. Orang-orang ini - orang-orang yang baik - mati dalam
perang, mereka mati karena mereka dipanggil untuk membela tanah air mereka,
mempertahankan nilai-nilai, mempertahankan cita-cita dan, berkali-kali, membela
situasi politik yang menyedihkan dan patut disayangkan. Dan para korban, para
korban perang, yang memakan anak-anak tanah air. Dan saya memikirkan Anzio,
Redipuglia; Saya memikirkan Piave dalam '14 - banyak yang bersemayam di sana -;
saya memikirkan pantai Normandia : empat puluh ribu, dalam pendaratan itu!
Tetapi itu tidak masalah, mereka jatuh ...
Saya berhenti
di depan sebuah kuburan di sana: “Tidak diketahui. Mati untuk Prancis.
1944". Bahkan tanpa nama. Dalam hati Allah berada nama kita semua, tetapi
ini adalah tragedi perang. Saya yakin semua orang yang pergi dengan itikad
baik, dipanggil dari tanah air mereka untuk mempertahankannya, bersama Allah.
Tetapi kita, yang sedang dalam perjalanan, apakah kita cukup berjuang sehingga
tidak ada perang? Mengapa ekonomi negara-negara tidak dibentengi oleh industri
senjata? Hari ini khotbah seharusnya melihat kuburan : "Mati untuk
Prancis”; beberapa memiliki nama, beberapa lainnya tidak. Tetapi
kuburan-kuburan ini adalah pesan perdamaian : "Berhentilah, saudara dan saudari,
berhentilah! Berhentilah, pemasok senjata, berhentilah!".
Dua pemikiran
ini saya tinggalkan untukmu. “Kamu yang lewat, pikirkan, langkahmu, langkah
terakhir”: semoga dalam damai, dalam kedamaian hati, dalam kedamaian segalanya.
Pemikiran kedua : Kuburan-kuburan ini yang berbicara, berteriak, berteriak pada
diri mereka sendiri, mereka berteriak : "Damai!".
Semoga Tuhan
membantu kita untuk menabur dan menyimpan dua pemikiran ini di dalam hati kita.
____
(Peter
Suriadi - Bogor, 2 November 2021)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.