Bacaan
Ekaristi : Yes 29:17-24; Mat 9:27-31.
Ketika Yesus
lewat, dua orang buta berseru-seru dalam kesengsaraan dan harapan :
"Kasihanilah kami, hai Anak Daud" (Mat 9:27). "Anak Daud"
adalah gelar yang dikaitkan dengan Mesias, yang dinubuatkan akan datang dari
garis keturunan Daud. Kedua orang dalam Injil hari ini buta, namun mereka
melihat hal yang paling penting : mereka menyadari bahwa Yesus adalah Mesias
yang telah datang ke dunia. Marilah kita bercermin pada tiga langkah dalam
perjumpaan ini. Ketiga langkah tersebut dapat membantu kita pada gilirannya,
selama masa Adven ini, untuk menyambut Tuhan ketika Ia datang.
Pertama :
Mereka pergi kepada Yesus untuk disembuhkan. Teks mengatakan bahwa dua orang
buta itu berseru-seru kepada Tuhan sambil mengikuti-Nya (bdk. ayat 27). Mereka
tidak dapat melihat-Nya, tetapi mereka mendengar suara-Nya dan mengikuti
jejak-Nya. Di dalam Kristus, mereka sedang mencari apa yang telah dinubuatkan
oleh para nabi : tanda kuasa penyembuhan dan belas kasih Allah hadir di
tengah-tengah umat-Nya. Yesaya telah menulis : “Pada waktu itu mata orang-orang
buta akan dicelikkan” (35:5). Dan nubuat lain, yang kita dengar dalam Bacaan
Pertama hari ini, juga telah menjanjikan : “Lepas dari kekelaman dan kegelapan
mata orang-orang buta akan melihat” (29:18). Kedua orang dalam Injil itu
percaya kepada Yesus. Mereka mengikuti-Nya untuk mencari terang bagi mata
mereka.
Saudara-saudari,
mengapa mereka percaya kepada Yesus? Karena mereka menyadari bahwa, dalam
kegelapan sejarah, Ia adalah terang yang menerangi “malam” hati dan dunia.
Terang yang mengalahkan kegelapan dan mengatasi kebutaan. Kita juga memiliki
semacam "kebutaan" dalam hati kita. Seperti kedua orang buta itu,
kita sering seperti musafir, tenggelam dalam kegelapan hidup. Hal pertama yang
harus dilakukan sebagai tanggapan adalah pergi kepada Yesus, seperti yang
dikatakan-Nya kepada kita : "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan
berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu" (Mat 11:28). Apakah
ada di antara kita yang, dalam beberapa hal, tidak lelah atau berbeban berat?
Namun, kita menolak datang kepada Yesus. Seringkali kita lebih suka tetap
tertutup pada diri kita sendiri, sendirian dalam kegelapan, mengasihani diri
sendiri dan puas memiliki kesedihan sebagai pendamping kita. Yesus adalah tabib
ilahi : Ia sendiri adalah terang sejati yang menerangi setiap orang (bdk. Yoh
1:9), Ia yang memberi kita banyak terang, kehangatan dan kasih. Hanya Yesus
yang membebaskan hati dari kejahatan. Jadi marilah kita bertanya pada diri kita
: apakah aku tetap terbungkus dalam kegelapan keputusasaan dan
ketidakbahagiaan, atau apakah aku pergi kepada Yesus dan memberikan hidupku
kepada-Nya? Apakah aku mengikuti Yesus, menyeru-nyerukan kebutuhanku, dan
menyerahkan kepahitanku kepada-Nya? Marilah kita melakukannya! Marilah kita
memberi Yesus kesempatan untuk menyembuhkan hati kita. Itulah langkah pertama;
tetapi penyembuhan batin membutuhkan dua langkah lanjutan.
Langkah
selanjutnyab: Mereka bersama-sama menderita. Injil tidak berbicara tentang
penyembuhan orang buta secara perorangan, seperti yang terjadi dengan
Bartimeus, misalnya (bdk. Mrk 10:46-52) atau orang yang buta sejak lahir (bdk.
Yoh 9:1-41). Di sini ada dua orang buta. Mereka bersama-sama berada di pinggir
jalan. Mereka bersama-sama menderita, tidakbahagia karena buta, dan
menginginkan terang yang bersinar di kalbu "malam" mereka. Ketika mereka
berbicara, dalam bentuk jamak, karena mereka melakukan segala sesuatunya
bersama-sama : keduanya mengikuti Yesus, keduanya berseru-seru kepada-Nya dan
memohon kesembuhan; bukan masing-masing untuk dirinya sendiri, tetapi
bersama-sama, sebagai kesatuan. Yang sangat penting, mereka berkata kepada
Kristus : Kasihanilah kami. "Kami", bukan "aku". Mereka
bersama-sama memohon pertolongan. Ini adalah tanda yang mengesankan dari
kehidupan Kristiani dan ciri khas semangat gerejawi : berpikir, berbicara dan
bertindak sebagai "kita", meninggalkan individualisme dan rasa
kecukupan diri yang menjangkiti hati.
Dengan
penderitaan bersama-sama dan persahabatan persaudaraan mereka, kedua orang buta
ini mengajarkan banyak hal kepada kita. Kita masing-masing buta dalam beberapa
hal sebagai akibat dosa, yang menghalangi kita untuk “melihat” Allah sebagai
Bapa kita dan satu sama lain sebagai saudara dan saudari. Karena itulah apa
yang dilakukan dosa; dosa memutarbalikkan kenyataan : dosa membuat kita melihat
Allah sebagai penguasa yang lalim dan satu sama lain sebagai masalah. Ini
adalah pekerjaan si penggoda, yang memutarbalikkan berbagai hal, menempatkannya
dalam terang yang negatif, membuat kita jatuh ke dalam keputusasaan dan
kepahitan. Dan kemudian kita menjadi mangsa kesedihan yang mengerikan, yang
berbahaya dan bukan berasal dari Allah. Kita tidak harus menghadapi kegelapan
sendirian. Jika kita menanggung kebutaan batin kita sendirian, kita bisa
menjadi kewalahan. Kita perlu berdiri berdampingan satu sama lain, bersama-sama
menderita dan menghadapi jalan di depan bersama-sama.
Saudara dan
saudari terkasih, dihadapkan dengan kegelapan batin kita sendiri dan tantangan
di depan kita dalam Gereja dan masyarakat, kita dipanggil untuk memperbarui
rasa persaudaraan kita. Jika kita tetap terbagi-bagi, jika setiap orang hanya
memikirkan dirinya sendiri, atau kelompoknya, jika kita menolak untuk bersatu,
jika kita tidak berdialog dan berjalan bersama, kita tidak akan pernah
sepenuhnya sembuh dari kebutaan kita. Penyembuhan terjadi ketika kita membawa
penderitaan kita bersama-sama, ketika kita menghadapi masalah bersama-sama,
ketika kita mendengarkan dan berbicara satu sama lain. Itulah anugerah hidup
dalam komunitas, menyadari betapa pentingnya menjadi komunitas. Inilah yang saya
minta darimu : kamu senantiasa tetap bersama-sama, senantiasa bersatu; kamu
maju bersama-sama dengan sukacita sebagai saudara dan saudari Kristiani,
anak-anak dari satu Bapa. Dan saya juga memintanya untuk diri saya sendiri.
Dan sekarang,
langkah ketiga : Mereka dengan penuh sukacita mewartakan Kabar Baik. Setelah
Yesus menyembuhkan mereka, dua orang dalam Injil itu, yang di dalam diri mereka
kita dapat melihat cermin diri kita, mulai menyebarkan kabar baik ke seluruh
wilayah. Ada sedikit ironi dalam hal ini. Yesus telah mengatakan kepada mereka
untuk tidak memberitahu siapa pun apa yang telah terjadi, namun mereka justru
melakukan sebaliknya (bdk. Mat 9:30-31). Dari apa yang diberitahukan kepada
kita, jelas bahwa mereka tidak berniat untuk tidak menaati Tuhan; mereka sama
sekali tidak dapat menahan sukacita mereka atas kesembuhan mereka dan sukacita
perjumpaan mereka dengan Yesus. Ini adalah tanda khas lain dari orang Kristiani
: sukacita Injil yang tak tertahankan, yang “memenuhi hati dan hidup semua orang
yang menjumpai Yesus” (Evangelii Gaudium, 1), secara alami menuntun untuk
bersaksi dan membebaskan kita dari risiko iman yang bersifat pribadi, suram dan
bersungut-sungut.
Saudara dan
saudari terkasih, saya senang melihatmu menghayati dengan penuh sukacita pesan
Injil yang membebaskan. Saya berterima kasih atas hal ini. Bukan penyebaran
agama, tetapi kesaksian; bukan moralisme yang menghakimi tetapi rahmat yang
merangkul; bukan kesalehan yang dangkal tetapi kasih yang hidup. Saya
mendorongmu untuk terus maju di jalan ini. Seperti dua orang buta dalam Injil,
marilah kita sekali lagi berjumpa Yesus, dan keluar dari diri kita sendiri
untuk menjadi saksi Yesus yang tak kenal takut bagi semua orang yang kita
temui! Marilah kita berangkat, membawa terang yang telah kita terima. Marilah
kita maju untuk menerangi malam yang sering mengelilingi kita! Kita membutuhkan
umat Kristiani yang tercerahkan, tetapi terutama mereka yang dipenuhi terang,
orang-orang yang dapat menjamah kebutaan saudara-saudari mereka dengan kasih
yang lembut dan dengan tingkah laku dan kata-kata penghiburan yang menyalakan
terang harapan di tengah kegelapan. Umat Kristiani yang dapat menabur benih
Injil di ladang kering kehidupan sehari-hari, dan membawa kehangatan kepada
tanah terlantar penderitaan dan kemiskinan.
Saudara dan
saudari, Tuhan Yesus juga sedang melewati jalan-jalan di Siprus, mendengarkan
seruan kebutaan kita. Ia ingin menjamah mata dan hati kita serta menuntun kita
menuju terang, memberi kita kelahiran kembali secara rohani dan kekuatan baru.
Kepada kita, Ia mengajukan pertanyaan yang Ia ajukan kepada kedua orang buta
itu : "Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?" (Mat 9:28).
Percayakah kita bahwa Yesus dapat melakukannya? Marilah kita perbarui iman kita
kepada-Nya. Marilah kita katakan kepada-Nya : Yesus, kami percaya bahwa
terang-Mu lebih besar dari kegelapan kami; kami percaya bahwa Engkau dapat
menyembuhkan kami, Engkau dapat memperbarui persekutuan kami, Engkau dapat
meningkatkan sukacita kami. Bersama seluruh Gereja, marilah kita berdoa :
Datanglah, Tuhan Yesus!
_____
(dialihbahasakan oleh Peter Suriadi - Bogor, 3 Desember 2021)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.