Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS (DIBACAKAN OLEH ANGELO KARDINAL COMASTRI) DALAM MISA HARI RAYA PASKAH KEBANGKITAN TUHAN 20 April 2025 : PASKAH MEMACU KITA UNTUK BERLARI

Bacaan Ekaristi : Kis. 10:34a,37-43; Mzm. 118:1-2,16ab-17,22-23; Kol. 3:1-4; Yoh. 20:1-9.

 

Maria Magdalena, melihat batu penutup kubur telah terguling, berlari-lari memberitahu Petrus dan Yohanes. Setelah menerima berita yang mengejutkan itu, kedua murid itu juga berangkat dan — seperti dikatakan Injil — “keduanya berlari bersama-sama” (Yoh 20:4). Semua tokoh utama dalam kisah Paskah berlari! Di satu sisi, “berlari” dapat mengungkapkan kekhawatiran bahwa tubuh Tuhan telah dibawa pergi; tetapi, di sisi lain, ketergesaan Maria Magdalena, Petrus, dan Yohanes mengungkapkan keinginan, kerinduan hati, sikap batin orang-orang yang berangkat untuk mencari Yesus. Dia, pada kenyataannya, telah bangkit dari antara orang mati dan karena itu tidak lagi berada di dalam kubur. Kita harus mencari-Nya di tempat lain.

 

Inilah pesan Paskah: kita harus mencari-Nya di tempat lain. Kristus telah bangkit, Ia hidup! Ia tidak lagi menjadi tawanan kematian, Ia tidak lagi terbungkus kain kafan, dan karena itu kita tidak dapat membatasi-Nya pada dongeng, kita tidak dapat menjadikan-Nya pahlawan dunia kuno, atau menganggap-Nya patung dalam museum! Sebaliknya, kita harus mencari-Nya dan inilah sebabnya kita tidak dapat tinggal diam. Kita harus bertindak, berangkat untuk mencari-Nya: mencari-Nya dalam kehidupan, mencari-Nya dalam wajah saudara-saudari kita, mencari-Nya dalam kegiatan sehari-hari, mencari-Nya di mana-mana selain dalam kubur.

 

Kita harus mencari-Nya tanpa henti. Karena jika Ia telah bangkit dari kematian, maka Ia hadir di mana-mana, Ia tinggal di antara kita, Ia menyembunyikan diri-Nya dan menyatakan diri-Nya bahkan hari ini dalam diri saudara-saudari yang kita temui di sepanjang jalan, dalam situasi yang paling biasa dan tidak terduga dalam hidup kita. Ia hidup dan selalu bersama kita, meneteskan air mata orang-orang yang menderita dan menambah keindahan hidup melalui tindakan sederhana kecil yang kita masing-masing lakukan.

 

Karena alasan ini, iman Paskah kita, yang membuka kita untuk berjumpa Tuhan yang bangkit dan mempersiapkan kita untuk menyambut-Nya dalam hidup kita, sama sekali bukan sekadar berpuas diri dengan semacam "keyakinan religius." Sebaliknya, Paskah memacu kita untuk bertindak, berlari seperti Maria Magdalena dan para murid; Paskah mengundang kita untuk memiliki mata yang dapat "melihat lebih jauh," memahami Yesus, Dia yang hidup, sebagai Allah yang menyatakan diri-Nya dan membuat diri-Nya hadir bahkan hari ini, yang berbicara kepada kita, berjalan di depan kita, mengejutkan kita. Seperti Maria Magdalena, setiap hari kita dapat mengalami kehilangan Tuhan, tetapi setiap hari kita juga dapat berlari untuk mencari-Nya lagi, dengan kepastian bahwa Ia akan membiarkan diri-Nya ditemukan dan akan memenuhi diri kita dengan terang kebangkitan-Nya.

 

Saudara-saudari, inilah pengharapan terbesar dalam hidup kita: kita dapat menjalani keberadaan yang miskin, rapuh, dan terluka ini dengan berpegang teguh pada Kristus, karena Ia telah menaklukkan kematian, Ia menaklukkan kegelapan kita dan Ia akan menaklukkan bayang-bayang dunia, membuat kita hidup bersama-Nya dalam sukacita, selamanya. Inilah arah tujuan kita, seperti dikatakan Rasul Paulus, melupakan apa yang telah di belakang kita dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapan (lih. Flp. 3:12-14). Seperti Maria Magdalena, Petrus dan Yohanes, kita bergegas untuk bertemu Kristus.

 

Yubileum mengajak kita untuk memperbarui karunia pengharapan dalam diri kita, menyerahkan penderitaan dan kekhawatiran kita kepada pengharapan, membagikannya kepada mereka yang kita temui di sepanjang perjalanan kita dan mempercayakan kepada pengharapan masa depan hidup kita dan takdir keluarga umat manusia. Maka dari itu kita tidak dapat puas dengan hal-hal yang fana di dunia ini atau menyerah pada kesedihan; kita harus berlari, dipenuhi dengan sukacita. Marilah kita berlari kepada Yesus, marilah kita menemukan kembali anugerah yang tak ternilai dengan menjadi sahabat-Nya. Marilah kita membiarkan Sabda kehidupan dan kebenaran-Nya bersinar dalam hidup kita. Sebagaimana dikatakan teolog besar Henri de Lubac, “Seharusnya cukup untuk memahami ini: kekristenan adalah Kristus. Tidak, sungguh, tidak ada yang lain selain ini. Di dalam Kristus kita memiliki segalanya” (Les responsabilités doctrinales des catholiques dans le monde d'aujourd'hui, Paris 2010, 276).

 

Dan “segalanya” ini yaitu Kristus yang bangkit membuka hidup kita kepada pengharapan. Ia hidup, Ia masih ingin memperbarui hidup kita hari ini. Kepada-Nya, sang penakluk dosa dan maut, kita ingin berkata:

 

“Tuhan, pada hari raya ini kami mohon karunia ini: agar kami juga diperbarui, agar dapat mengalami kebaruan abadi ini. Bersihkanlah kami, ya Allah, dari debu kebiasaan yang menyedihkan, rasa lelah, dan ketidakpedulian; berikanlah kami sukacita untuk bangun setiap pagi dengan rasa takjub, dengan mata yang siap untuk melihat warna-warni baru pagi ini, yang unik dan tidak seperti yang lain. […] Segalanya baru, Tuhan, dan tidak ada yang sama, tidak ada yang lama” (A. Zarri, Quasi una preghiera).

 

Saudari-saudari, dalam keheranan iman Paskah, dengan membawa dalam hati kita setiap pengharapan akan kedamaian dan pembebasan, kita dapat berkata: bersama-Mu, ya Tuhan, segalanya baru. Bersama-Mu, segalanya dimulai lagi.

_____

(Peter Suriadi - Bogor, 20 April 2025)

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.