Bacaan
Ekaristi : Kis. 10:34a,37-43; Mzm. 118:1-2,16ab-17,22-23; Kol. 3:1-4; Yoh.
20:1-9.
Maria
Magdalena, melihat batu penutup kubur telah terguling, berlari-lari memberitahu
Petrus dan Yohanes. Setelah menerima berita yang mengejutkan itu, kedua murid
itu juga berangkat dan — seperti dikatakan Injil — “keduanya berlari
bersama-sama” (Yoh 20:4). Semua tokoh utama dalam kisah Paskah berlari! Di satu
sisi, “berlari” dapat mengungkapkan kekhawatiran bahwa tubuh Tuhan telah dibawa
pergi; tetapi, di sisi lain, ketergesaan Maria Magdalena, Petrus, dan Yohanes
mengungkapkan keinginan, kerinduan hati, sikap batin orang-orang yang berangkat
untuk mencari Yesus. Dia, pada kenyataannya, telah bangkit dari antara orang
mati dan karena itu tidak lagi berada di dalam kubur. Kita harus mencari-Nya di
tempat lain.
Inilah
pesan Paskah: kita harus mencari-Nya di tempat lain. Kristus telah bangkit, Ia
hidup! Ia tidak lagi menjadi tawanan kematian, Ia tidak lagi terbungkus kain
kafan, dan karena itu kita tidak dapat membatasi-Nya pada dongeng, kita tidak
dapat menjadikan-Nya pahlawan dunia kuno, atau menganggap-Nya patung dalam
museum! Sebaliknya, kita harus mencari-Nya dan inilah sebabnya kita tidak dapat
tinggal diam. Kita harus bertindak, berangkat untuk mencari-Nya: mencari-Nya
dalam kehidupan, mencari-Nya dalam wajah saudara-saudari kita, mencari-Nya
dalam kegiatan sehari-hari, mencari-Nya di mana-mana selain dalam kubur.
Kita
harus mencari-Nya tanpa henti. Karena jika Ia telah bangkit dari kematian, maka
Ia hadir di mana-mana, Ia tinggal di antara kita, Ia menyembunyikan diri-Nya
dan menyatakan diri-Nya bahkan hari ini dalam diri saudara-saudari yang kita
temui di sepanjang jalan, dalam situasi yang paling biasa dan tidak terduga
dalam hidup kita. Ia hidup dan selalu bersama kita, meneteskan air mata
orang-orang yang menderita dan menambah keindahan hidup melalui tindakan
sederhana kecil yang kita masing-masing lakukan.
Karena
alasan ini, iman Paskah kita, yang membuka kita untuk berjumpa Tuhan yang
bangkit dan mempersiapkan kita untuk menyambut-Nya dalam hidup kita, sama
sekali bukan sekadar berpuas diri dengan semacam "keyakinan
religius." Sebaliknya, Paskah memacu kita untuk bertindak, berlari seperti
Maria Magdalena dan para murid; Paskah mengundang kita untuk memiliki mata yang
dapat "melihat lebih jauh," memahami Yesus, Dia yang hidup, sebagai
Allah yang menyatakan diri-Nya dan membuat diri-Nya hadir bahkan hari ini, yang
berbicara kepada kita, berjalan di depan kita, mengejutkan kita. Seperti Maria
Magdalena, setiap hari kita dapat mengalami kehilangan Tuhan, tetapi setiap
hari kita juga dapat berlari untuk mencari-Nya lagi, dengan kepastian bahwa Ia
akan membiarkan diri-Nya ditemukan dan akan memenuhi diri kita dengan terang
kebangkitan-Nya.
Saudara-saudari,
inilah pengharapan terbesar dalam hidup kita: kita dapat menjalani keberadaan
yang miskin, rapuh, dan terluka ini dengan berpegang teguh pada Kristus, karena
Ia telah menaklukkan kematian, Ia menaklukkan kegelapan kita dan Ia akan
menaklukkan bayang-bayang dunia, membuat kita hidup bersama-Nya dalam sukacita,
selamanya. Inilah arah tujuan kita, seperti dikatakan Rasul Paulus, melupakan
apa yang telah di belakang kita dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapan
(lih. Flp. 3:12-14). Seperti Maria Magdalena, Petrus dan Yohanes, kita bergegas
untuk bertemu Kristus.
Yubileum
mengajak kita untuk memperbarui karunia pengharapan dalam diri kita,
menyerahkan penderitaan dan kekhawatiran kita kepada pengharapan, membagikannya
kepada mereka yang kita temui di sepanjang perjalanan kita dan mempercayakan
kepada pengharapan masa depan hidup kita dan takdir keluarga umat manusia. Maka
dari itu kita tidak dapat puas dengan hal-hal yang fana di dunia ini atau
menyerah pada kesedihan; kita harus berlari, dipenuhi dengan sukacita. Marilah
kita berlari kepada Yesus, marilah kita menemukan kembali anugerah yang tak
ternilai dengan menjadi sahabat-Nya. Marilah kita membiarkan Sabda kehidupan
dan kebenaran-Nya bersinar dalam hidup kita. Sebagaimana dikatakan teolog besar
Henri de Lubac, “Seharusnya cukup untuk memahami ini: kekristenan adalah
Kristus. Tidak, sungguh, tidak ada yang lain selain ini. Di dalam Kristus kita
memiliki segalanya” (Les responsabilités doctrinales des catholiques dans le
monde d'aujourd'hui, Paris 2010, 276).
Dan
“segalanya” ini yaitu Kristus yang bangkit membuka hidup kita kepada
pengharapan. Ia hidup, Ia masih ingin memperbarui hidup kita hari ini.
Kepada-Nya, sang penakluk dosa dan maut, kita ingin berkata:
“Tuhan,
pada hari raya ini kami mohon karunia ini: agar kami juga diperbarui, agar
dapat mengalami kebaruan abadi ini. Bersihkanlah kami, ya Allah, dari debu
kebiasaan yang menyedihkan, rasa lelah, dan ketidakpedulian; berikanlah kami
sukacita untuk bangun setiap pagi dengan rasa takjub, dengan mata yang siap
untuk melihat warna-warni baru pagi ini, yang unik dan tidak seperti yang lain.
[…] Segalanya baru, Tuhan, dan tidak ada yang sama, tidak ada yang lama” (A.
Zarri, Quasi una preghiera).
Saudari-saudari,
dalam keheranan iman Paskah, dengan membawa dalam hati kita setiap pengharapan
akan kedamaian dan pembebasan, kita dapat berkata: bersama-Mu, ya Tuhan,
segalanya baru. Bersama-Mu, segalanya dimulai lagi.
_____
(Peter Suriadi - Bogor, 20 April 2025)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.