Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS (DIBACAKAN OLEH GIOVANNI BATTISTA KARDINAL RE) DALAM MISA VIGILI PASKAH 19 April 2025

Bacaan Ekaristi : Kej. 1:1-2:2; Kej. 22:1-18; Kel. 14:15-15:1; Yes. 54:5-14; Yes. 55:1-11; Bar. 3:9-15,32-4:4; Yeh. 36:16-17a,18-28; Rm. 6:3-11; Mzm. 118:1-2,16ab-17,22-23; Luk. 24:1-12.

 

Malam telah tiba, saat lilin Paskah perlahan bergerak menuju altar. Malam telah tiba, saat madah pujian Paskah mengundang kegembiraan yang tulus, “Bergiranglah, umat seluruh dunia: Terhalaukan kegelapan dosa: bersinar cahaya ilahi: Yesus Kristus, Junjungan kita.” (Exsultet). Pada jam-jam terakhir malam itulah peristiwa yang diceritakan dalam Injil yang baru saja kita dengar terjadi (lih. Luk 24:1-12). Cahaya ilahi kebangkitan mulai bersinar dan Paskah Tuhan dari kematian menuju kehidupan terjadi saat matahari akan terbit. Cahaya pertama fajar menyingkapkan bahwa batu besar yang diletakkan di depan kubur Yesus telah terguling, saat beberapa perempuan, berpakaian duka, berjalan menuju kubur. Kebingungan dan ketakutan para murid masih diselimuti oleh kegelapan. Semuanya terjadi di malam hari.

 

Dengan demikian, Misa Malam Paskah mengingatkan kita bahwa terang kebangkitan menerangi jalan kita selangkah demi selangkah; terang yang meneduhkan itu menerobos kegelapan sejarah dan bersinar dalam hati kita, menyerukan tanggapan iman yang rendah hati, tanpa segala bentuk kemenangan. Perjalanan Tuhan dari kematian menuju kehidupan bukan peristiwa spektakuler yang dengannya Allah menunjukkan kuasa-Nya dan memaksa kita untuk percaya kepada-Nya. Bagi Yesus, perjalanan melewati Kalvari bukan akhir yang mudah. Kita juga tidak boleh mengalaminya seperti itu, dengan santai dan tanpa berpikir. Sebaliknya, kebangkitan seperti benih-benih kecil cahaya yang perlahan-lahan dan tanpa bersuara berakar dalam hati kita, terkadang masih menjadi mangsa kegelapan dan ketidakpercayaan.

 

“Gaya” Allah ini membebaskan kita dari kesalehan tanpa tubuh yang secara keliru membayangkan kebangkitan Tuhan menyelesaikan segalanya seolah-olah disihir. Mengatasinya: kita tidak dapat merayakan Paskah tanpa terus menghadapi malam-malam yang bersemayam dalam hati kita dan bayang-bayang kematian yang begitu sering membayangi dunia kita. Kristus memang menaklukkan dosa dan menghancurkan kematian, namun dalam sejarah duniawi kita, kuasa kebangkitan-Nya masih terus digenapi. Dan penggenapan itu, seperti benih-benih cahaya kecil, telah dipercayakan kepada kita, perlu kita lindungi dan jadikan bertumbuh.

 

Saudara-saudari, khususnya selama Tahun Yubileum ini, kita hendaknya merasakan dengan kuat dalam diri kita panggilan untuk membiarkan pengharapan Paskah bersemi dalam hidup kita dan dunia!

 

Ketika pikiran tentang kematian terasa berat di hati kita, ketika kita melihat bayang-bayang gelap kejahatan yang merajalela di dunia kita, ketika kita merasakan luka-luka keegoisan atau kekerasan yang bernanah dalam tubuh dan masyarakat kita, janganlah kita putus asa, tetapi kembalilah kepada pesan malam ini. Cahaya bersinar teduh, meskipun kita berada dalam kegelapan; janji kehidupan baru dan dunia yang akhirnya terbebas menanti kita; dan awal yang baru, betapapun mustahilnya, dapat mengejutkan kita, karena Kristus telah mengatasi kematian.

 

Pesan ini memenuhi hati kita dengan pengharapan baru. Karena dalam diri Yesus yang bangkit, kita memiliki kepastian bahwa sejarah pribadi kita dan keluarga manusiawi kita, meskipun masih terbenam dalam kegelapan malam di mana cahaya tampak jauh dan redup, tetap berada di tangan Allah. Dalam keagungan kasih-Nya, Ia tidak akan membiarkan kita goyah, atau membiarkan kejahatan mengambil alih. Pada saat yang sama, pengharapan ini, yang telah tergenapi dalam diri Kristus, tetap menjadi tujuan yang harus kita capai. Namun, kita dipercaya supaya kita dapat memberikan kesaksian yang dapat dipercaya, sehingga Kerajaan Allah dapat menemukan jalannya ke dalam hati orang-orang di zaman kita.

 

Santo Agustinus mengingatkan kita, “Kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus adalah hidup baru bagi mereka yang percaya kepada-Nya; misteri sengsara dan kebangkitan-Nya ini harus kamu ketahui dengan baik dan kamu teladani dalam hidupmu” (Khotbah 231, 2). Kita harus merefleksikan Paskah dalam hidup kita dan menjadi pembawa pesan pengharapan, pembangun pengharapan, bahkan saat begitu banyak angin kematian masih menerpa kita.

 

Kita dapat melakukan ini melalui perkataan kita, melalui perbuatan sederhana kita sehari-hari, melalui keputusan yang diilhami oleh Injil. Seluruh hidup kita dapat menjadi kehadiran pengharapan. Kita ingin menghadirkannya bagi mereka yang kurang beriman kepada Tuhan, bagi mereka yang telah kehilangan jalan, bagi mereka yang telah menyerah atau terbebani oleh kehidupan; bagi mereka yang sendirian atau kewalahan oleh penderitaan mereka; bagi semua orang miskin dan tertindas di dunia kita; bagi banyak perempuan yang dihina dan dibunuh; bagi mereka yang masih berada dalam kandungan dan bagi anak-anak yang dianiaya; dan bagi para korban perang. Bagi mereka semua dan masing-masing, marilah kita membawa pengharapan Paskah!

 

Saya suka memikirkan seorang mistikus abad ketiga belas, Hadewijch dari Antwerp, yang, terinspirasi oleh Kidung Agung, menggambarkan penderitaannya karena ketidakhadiran orang terkasih dan memohon kembalinya cinta sehingga — sebagaimana dikatakannya — “memungkinkan adanya titik balik bagi kegelapanku” (Poesie, Visioni, Lettere, Genoa 2000, 23).

 

Kristus yang bangkit adalah titik balik definitif dalam sejarah umat manusia. Ia adalah pengharapan yang tidak pudar. Ia adalah kasih yang menyertai dan menopang kita. Ia adalah masa depan sejarah, tujuan akhir yang kita tuju, yang harus disambut ke dalam kehidupan baru di mana Tuhan sendiri akan menghapus segala air mata kita dan “tidak akan ada lagi maut, perkabungan, ratap tangis dan dukacita” (Why 21:4). Dan tanggung jawab kita adalah mewartakan pengharapan Paskah ini, “titik balik” kegelapan menjadi terang.

 

Saudari-saudari, masa Paskah adalah masa pengharapan. “Masih ada ketakutan, masih ada kesadaran yang menyakitkan akan dosa, tetapi juga ada cahaya yang bersinar... Paskah membawa kabar baik bahwa meskipun keadaan dunia tampaknya semakin buruk, Si Jahat telah dikalahkan. Paskah memungkinkan kita untuk menegaskan bahwa meskipun Allah tampak sangat jauh dan meskipun kita tetap disibukkan dengan banyak hal kecil, Tuhan kita berjalan bersama kita di jalan ... Dengan demikian ada banyak terang pengharapan yang memancarkan cahayanya di jalan hidup kita” (H. Nouwen, Seruan Memohon Kerahiman, Doa dari Umat Genesee).

 

Marilah kita memberi ruang bagi terang Tuhan yang bangkit! Dan kita akan menjadi pembangun pengharapan bagi dunia.

_____

(Peter Suriadi - Bogor, 20 April 2025)

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.