Homili Paus berpusat pada Injil tentang penyembuhan seorang lumpuh (Mat
9:1-8). Pada awal Injil hari ini, Yesus berkata kepadanya: "Teguhlah,
hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni". Mungkin, Paus Fransiskus berkata,
orang ini masih "gelisah" karena ia ingin sembuh secara fisik. Kemudian,
berhadapan dengan kritik para ahli Taurat - yang di antara mereka telah
menuduh-Nya menghujat, "karena hanya Allah yang dapat mengampuni dosa" -
Yesus menyembuhkan kondisi fisiknya. Pada kenyataannya, Paus
menjelaskan, penyembuhan, pengajaran, kata-kata yang kuat terhadap
kemunafikan "hanya sebuah tanda, sebuah tanda dari sesuatu melebihi yang
sedang Yesus lakukan", yaitu pengampunan dosa: Dalam Yesus dunia
diperdamaikan dengan Allah. Inilah "mukjizat yang paling mendalam":
"Rekonsiliasi ini adalah penciptaan kembali dunia: inilah perutusan
Yesus yang paling mendalam. Penebusan kita semua orang-orang berdosa;
dan Yesus melakukan hal ini bukan dengan kata-kata, bukan dengan sikap,
bukan berjalan di sepanjang jalan. Bukan! Ia melakukannya dengan
daging-Nya! Diri-Nya sendiri, Allah yang menjadi salah satu dari kita,
seorang manusia, untuk menyembuhkan kita dari dalam, [Ia datang] kepada
kita orang-orang berdosa."
Yesus membebaskan kita dari dosa
dengan membuat diri-Nya "berdosa", menanggung atas diri-Nya "seluruh
dosa" dan ini, Paus berkata, "adalah penciptaan baru". Yesus "turun dari
kemuliaan, merendahkan diri-Nya, bahkan sampai mati, mati di Salib",
bahkan sampai berteriak dengan suara nyaring : "Bapa, mengapa Engkau meninggalkan Daku?".
Inilah "kemuliaan-Nya, dan inilah keselamatan kita":
"Inilah
mukjizat terbesar. Dan apa yang Yesus capai dengan ini? Ia menjadikan
kita anak-anak, dengan kebebasan anak-anak. Oleh karena apa yang telah
dilakukan Yesus, kita dapat mengatakan 'Bapa'. [Jika Ia tidak
melakukannya] kita tidak akan pernah bisa mengatakan ini: 'Bapa!'. Dan
untuk mengatakan 'Bapa' dengan begitu baik dan begitu indah suatu sikap,
dengan kebebasan! Inilah mukjizat Yesus terbesar. Kita, yang adalah
budak dosa - Ia telah membuat kita semua bebas, Ia telah menyembuhkan
kita pada pokok terdalam keberadaan kita. Kita akan melakukan dengan
baik memikirkan tentang hal ini, dan memikirkan betapa indahnya menjadi
anak-anak, dan betapa indah 'kebebasan anak-anak' ini, karena anak
berada di rumah, dan Yesus telah membuka pintu-pintu rumah bagi kita . .
. Sekarang kita berada di rumah!"
Sekarang, Paus menyimpulkan,
kita bisa memahami ketika Yesus berkata "Teguhlah, hai anak-Ku, dosamu
sudah diampuni": Itulah akar keteguhan kita: Aku bebas, aku seorang
anak. . . Bapa mengasihiku, dan aku mengasihi Bapa! Marilah kita mohon
kepada Tuhan rahmat untuk benar-benar memahami karya-Nya ini, apa yang
telah Allah lakukan dalam Dia: Allah telah mendamaikan dunia dengan
diri-Nya di dalam Kristus, mempercayakan kepada kita sabda rekonsiliasi
dan rahmat menyandang sabda rekonsiliasi ini ke depan, dengan kuat,
dengan kebebasan anak-anak. Kita diselamatkan dalam Yesus Kristus! Dan
tak seorang pun bisa mengambil dari kita 'kartu identitas' ini. Inilah
bagaimana aku mengenali diriku sendiri: sebagai anak Allah! Alangkah
indah identitas tersebut! Status kependudukan: kita bebas! Amin.
Telesphore Placidus Kardinal Toppo, Uskup Agung Ranchi di India, merayakan Misa secara konselebrasi bersama Bapa Suci.
Sumber : Radio Vatikan
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.