Liturgical Calendar

PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 25 Oktober 2013 : PENGAKUAN YANG TULUS MEMUNGKINKAN ORANG UNTUK MENEMUKAN KEDALAMAN PENGAMPUNAN ALLAH


Bacaan Ekaristi : Rm 7:18-25a; Luk 12:54-59

Paus Fransiskus merenungkan Sakramen Rekonsiliasi dan pengampunan Allah selama homilinya pada Misa Jumat pagi 25 Oktober 2013 di Casa Santa Marta. Paus Fransiskus mengulas Surat Paulus kepada jemaat di Roma, sebuah bacaan di mana Paulus mengakui bahwa "Aku tidak melakukan yang baik yang aku kehendaki, tetapi aku melakukan kejahatan yang tidak aku kehendaki". Pengakuan Paulus terhadap keadaannya sebagai seorang "budak" dosa adalah pengejawantahan perjuangan semua orang Kristiani dalam "kehidupan iman". "Merupakan perjuangan orang-orang Kristiani", kata Paus Fransiskus. "Merupakan perjuangan kita setiap hari. Dan kita tidak selalu memiliki keberanian untuk berbicara tentang perjuangan ini seperti Paulus".

"Kita selalu mencari sebuah cara pembenaran: Tetapi ya, kita semua orang-orang berdosa. Tetapi kita mengatakannya seperti itu, bukan? Ini mengatakannya secara dramatis : merupakan perjuangan kita. Dan jika kita tidak menyadari hal ini, kita tidak akan pernah dapat memiliki pengampunan Allah. Karena jika menjadi seorang berdosa merupakan sebuah kata, sebuah cara berbicara, sebuah gaya berbicara, kita tidak membutuhkan pengampunan Allah. Tetapi jika merupakan sebuah kenyataan yang menjadikan kita para budak, kita memerlukan pembebasan batin Tuhan ini, pembebasan kekuatan itu. Tetapi yang lebih penting di sini yaitu, menemukan jalan keluar, Paulus mengakui dosanya kepada jemaat, kecenderungannya terhadap dosa. Ia tidak menyembunyikannya."

Bapa Suci menekankan pentingnya orang mengakui dosa dengan "kenyataan". Beberapa orang memilih "mengaku kepada Allah" sehingga tidak memiliki persentuhan dengan siapa pun, sementara Paulus mengakui kelemahannya bertatapan muka dengan saudara-saudaranya. Yang lainnya, beliau melanjutkan, akan pergi ke pengakuan dosa, tetapi mengatakan "begitu banyak hal beterbangan di udara, sehingga hal-hal itu tidak memiliki sesuatu yang nyata". Dalam pengakuan dosa cara sama yang demikian tidak dilakukan.

"Mengakukan dosa-dosa kita bukan sedang pergi ke seorang psikiater, atau ke sebuah ruang penyiksaan : sedang berkata kepada Tuhan, 'Tuhan, aku adalah orang berdosa', tetapi mengatakannya melalui saudara, karena hal ini mengatakannya secara nyata. "Aku adalah orang berdosa oleh karena ini, itu dan hal lain, Bapa Suci mengatakan. Paus berusia 76 tahun tersebut melanjutkan dengan mengatakan bahwa melalui kenyataan, kejujuran dan "kesanggupan yang tulus" untuk merasa malu karena dosanya dapat membawa orang menemukan kedalaman belas kasih dan pengampunan Allah. Pendekatan bagi orang untuk mengaku dosa harus merupakan pendekatan anak-anak kecil, yang "memiliki kebijaksanaan itu."

"Ketika seorang anak datang untuk mengaku, ia tidak pernah mengatakan sesuatu yang umum. Tetapi bapa, saya melakukan ini dan saya melakukan itu kepada bibi saya, lain kali saya mengucapkan kata ini' dan mereka mengucapkan kata tersebut. Tetapi mereka nyata, eh? Mereka memiliki kesederhanaan kebenaran itu. Dan kita selalu memiliki kecenderungan untuk menyembunyikan kenyataan kegagalan kita", Paus berkata.

Merasa malu dalam saat orang mengakui dosa di hadapan Allah adalah suatu rahmat, beliau menyimpulkan. "Rahmat malu" ini adalah rahmat yang sama yang diperlihatkan oleh Santo Petrus. "Kita berpikir tentang Peter saat, setelah mukjizat Yesus di danau, [ia mengatakan] 'pergilah daripadaku, Tuhan, karena aku ini seorang berdosa’. Ia malu karena dosa-dosanya di hadapan kekudusan Yesus", Paus mengatakan.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.