Liturgical Calendar

PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 8 November 2013 : ANAK-ANAK YANG DIBERI “ROTI HARAM” DARI KORUPSI KELAPARAN MARTABAT


Bacaan Ekaristi : Rm 15:14-21; Luk 16:1-8

Orangtua yang memberi makan anak-anak mereka "roti haram", yang diperoleh melalui suap dan korupsi, sedang melaparkan anak-anak mereka martabat, karena pekerjaan yang tidak jujur merampas martabat kita. Inilah kata-kata Paus Fransiskus selama homilinya pada Misa Jumat pagi 8 November 2013 di Casa Santa Marta, Vatikan.

Paus Fransiskus memusatkan homilinya pada perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur, dalam rangka berbicara tentang bahaya "keduniawian, perkara duniawi". Yesus "berdoa kepada Bapa agar murid-murid-Nya tidak jatuh ke dalam perangkap keduniawian", yang merupakan "musuh". "Ketika kita berpikir tentang musuh kita, kita benar-benar berpikir pertama-tama tentang iblis, karena iblislah yang merugikan kita. Iblis menikmati suasana, gaya hidup keduniawian. Dan bendahara ini adalah contoh keduniawian. Beberapa orang dari Anda mungkin mengatakan : "Tetapi orang ini hanya melakukan apa yang semua orang lakukan!". Tetapi tidak, tidak semua orang! Beberapa pengelola perusahaan, beberapa pengelola publik, beberapa pengelola pemerintahan ... mungkin juga bukan sangat banyak. Tetapi itu sikap jalan pintas, sikap paling nyaman untuk mencari nafkah".

Dalam perumpamaan, tuan memuji bendahara yang tidak jujur karena kecerdikannya. "Ini adalah pujian bagi suap! Dan kebiasaan suap adalah kebiasaan duniawi dan sangat penuh dosa. Ini adalah kebiasaan yang tidak berasal dari Allah : Allah telah memerintahkan kita untuk membawa pulang roti melalui kerja jujur kita sendiri! Dan orang ini, bendahara ini, ia membawa pulang roti, tetapi bagaimana? Ia memberi makan anak-anaknya roti haram! Dan anak-anaknya - mungkin dididik di perguruan tinggi mahal, mungkin dibesarkan dalam lingkungan terpelajar - diberi makan kotoran oleh ayah mereka, karena ayah mereka, dengan membawa roti haram, telah kehilangan martabatnya! Dan ini adalah dosa besar. Karena kita mungkin mulai dengan suap kecil-kecilan, tetapi seperti sebuah obat bius!"

Oleh karena itu, Paus Fransiskus menegaskan, kita menjadi tergantung pada kebiasaan suap. Tetapi jika ada "kecerdikan duniawi", Paus melanjutkan, ada juga "kecerdikan Kristiani, kecerdikan melakukan hal-hal tidak dalam semangat keduniawian", tetapi semangat kejujuran. Itulah apa yang dikatakan Yesus ketika Ia meminta kita menjadi cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati : mampu menggabungkan keduanya "adalah rahmat dari Roh Kudus", sebuah karunia yang harus kita minta.

Paus Fransiskus mengakhiri dengan sebuah doa. "Mudah-mudahan akan baik bagi kita semua hari ini untuk berdoa bagi banyak anak dan orang muda yang diberi makan roti haram oleh para orang tua mereka : mereka juga lapar, mereka kelaparan martabat! Mari kita berdoa agar Tuhan sudi mengubah hati orang-orang yang setia kepada dewa suap ini. Biarkan mereka menyadari bahwa martabat berasal dari pekerjaan yang bermartabat, dari pekerjaan yang jujur, dari pekerjaan sehari-hari, dan bukan dari jalan pintas ini. Dan marilah kita mengakhiri dengan memikirkan manusia lain dalam Injil tersebut yang memiliki banyak lumbung, begitu penuh sehingga ia tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan mereka, dan Tuhan berkata kepadanya : "Kamu harus mati malam ini". Orang-orang miskin yang telah kehilangan martabat mereka dalam kebiasaan suap ini membawa bersama mereka bukan uang yang telah mereka dapatkan, tetapi hanya berkurangnya martabat mereka! Mari kita berdoa untuk mereka!"

Sumber : Radio Vatikan

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.